18 research outputs found
Struktur bahasa Mambai
Penelitian ini dlakukan dalam us aha melestarikan bahasa daerah, khususnya bahasa Mambai. yang berkaitan erat dengan penjelasan Undang-Undang Oasar 1945, Bab XV, Pasal 36 yang menyatkan bahwa bahasa-bahasa daerah yang masih dipakai sebagai alat perhubungan (komunikasi) yang hidup dan dipelihara oleh penuturnya, dihargai dan
dipelihara oleh negara karena bahasa-bahasa daerah tersebut merupakan bag ian dari kebudayaan yang hidup (Halim, 1980:21). Oalam pertumbuhan dan perkembangannya, bahasa Mambai dengan bahasa Indonesia di satu pihak dan bahasa-bahasa daerah yang ada di sekitarnya di pihak lain, terjadi saling mempengaruhi. Saling pengaruh
itu dapat terjadi baik dalam tataran fonologi, tataran morfologi rnaupun pada tataran sintaksis. Bahasa yang saling berkontak tentu akan menimbulkan berbagai dampak, baik yang bersifat positif maupun yang
bersifat negatif. Untuk membina dan menwnbuhkan bahasa Indonesia di satu pihak dan bahasa-bahasa daerah di pihak lain, diperlukan adanya pembinaan dan pengembangan yang terencana dan terarah agar dampak negatif yang ditimbulkan dari kontak bahasa-bahasa tersebut dapat
dihindarkan. Oi samping itu, bahasa Mambai yang terrnasuk salah satu bahasa daerah di Timor Timur diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif untuk memperkaya bahasa Indonesia, terutama dalam pengembangan kosakatanya
BAHASA BALI DI TENGAH MASYARAKAT MULTIETNIS: Kajian Vitalitas Bahasa
Penelitian ini mengungkap tentang penggunaan bahasa Bali (BB) oleh masyarakat multietnis di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pilihan bahasa masyarakat etnis Bali dan masyarakat nonetnis Bali sehingga vitalitas BB dapat diketahui berdasarkan nilai rata-rata indikatornya. Vitalitas BB pada setiap indikatornya dideskripsikan dengan menerapkan metode kuantitatif melalui penyebaran kuesioner yang memuat pilihan bahasa dan vitalitas bahasa. Tahapan pengolahan data kuantitatif dimulai dengan penyuntingan, pengodean, dan pemrosesan data dengan hitungan statistik deskriptif. Hasilnya, pada tujuh ranah penggunaan bahasa oleh responden etnis Bali sebagian besar memilih menggunakan bahasa Indonesia (BI) dan sebagiannya lagi memilih bahasa campuran (BC) antara BI dan BB, baik pada ranah formal maupun nonformal.Sementara itu, BB juga menjadi salah satu bahasa yang dipilih dan digunakan oleh responden nonetnis Bali pada ranah ketetanggaan, lingkungan kerja, pemerintahan, teransaksi, dan media sosial, sedangkan pilihan terhadap bahasa daerah lain (BDL) hanya digunakan pada ranah rumah tangga. Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun bukan merupakan masyarakat etnis Bali, responden mampu dan paham berkomunikasi menggunakan BB. Pada sepuluh indikator yang termasuk dalam vitalitas bahasa, BB pada indikator jumlah penutur, posisi dominan masyarakat penutur, sikap bahasa, pembelajaran, dan dokumentasi masuk dalam kriteria aman. Sementara itu, pada indikator kontak bahasa, bilingualitas, dan ranah penggunaan bahasa, BB masuk dalam kriteria stabil, tetapi perlu dirawat. Namun, pada indikator regulasi dan tatangan baru, BB masuk dalam kriteria mengalami kemunduran
RAW WATER QUALITY ANALYSIS TO DISCOVER THE CAUSE OF PIPELINE SCALLING PROBLEM IN PT. X (ICE PRODUCTION COMPANY)
PT. X is one of the ice companies in which its largest company is located in Bali, more precisely in the Pidada area, North Denpasar. Based on field observations the area is an area that has a calcareous soil structure. The water source of PT. X was extracted from the groundwater. From the field observation, it was found that the pipeline network, that connected the inlet water to water treatment system and ice production units, was severely covered by faint white scale. In order to discover the origin of this scale, water quality testing need to be carried out. From the results, it was found that the total hardness in the inlet water, taken from the groundwater tap, was 162.85 mg/l with calcium concentration of 2.15 mg/l and iron 3.83 mg/l. Water quality testing was also carried out in the water treatment unit consisting of resin softener where the total hardness surprisingly increased into 279.81 mg/l, calcium concentration was 2.96 mg/l, iron concentration was 0.55 mg/l. Even after being treated in softener resin, the total hardness increased sharply to 483 mg/l, which categorized as extreme hardness. The increase in total hardness indicates that there was a failure in the operation of the water treatment system, even it also contributed to the higher hardness and calcium concentration. This over-year’s treatment failure has been causing accumulation of hardness and calcium concentration in the compartment of both water treatment system and ice production unit that inflicts a higher hardness level in the effluent