10 research outputs found

    Analisa Kerusakan Pada Undercarriage Track Roller Bulldozer Komatsu D85ess

    Get PDF
    Bulldozer is a heavy equipment that serves to facilitate work on a large scale by pushing, displacing, leveling a material in a construction or mining project. At the bottom of the Bulldozer there is a component, namely the undercarriage. the undercarriage serves to support and transmit the unit load to the ground, when the unit moves there is a track roller component as a track link guide. When the track roller is damaged, it will affect the track link. To find out the damage to the track roller, an undercarriage inspection can be carried out, so that the type of damage and the value of wear on the track roller can be determined, damage to the track roller can occur on the surface of the roller and flange roller. The disassembly process is a component disassembly process that aims to find out the damage and choose repair recommendations, namely replacing the track roller

    Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Tenaga Kerja pada Pengecoran Logam di Koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten

    Get PDF
    Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan sedikit fluktuasi sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam perut yang disebut dengan suhu tubuh core temperature Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ada dan tidaknya pengaruh tekanan panas terhadap tekanan darah tenaga kerja pada pengecoran logam di Koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini bagian pengecoran sebanyak 15 orang dan produksi sebanyak 15 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah Uji Mann-Whitney dengan program SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh iklim kerja yang melebihi NAB terhadap tekanan darah pada bagian pengecoran diketahui bahwa nilai sistol 0,041 (p < 0,05) dan diastol 0,029 (p < 0,05) maka di bagian pengecoran terdapat perbedaan. Bagian produksi diketahui bahwa nilai sistol 0,935 (p > 0,05) dan diastol 1,000 (p > 0,05) maka di bagian produksi tidak ada perbedaan. Sedangkan di bagian pengecoran dan produksi diketahui nilai sistol 0,325 > 0,05 berarti tidak ada perbedaan dan diastol 0,000 < 0,05 berarti ada perbedaan. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan tekanan darah setelah terpapar tekanan panas

    PENGARUH STRUKTUR PASAR TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA PERIODE 2005 � 2009

    No full text
    This paper is aim to prove two competing hypothesis, whether the SCP or traditional hypothesis or the efficiency structure hypothesis are able to explain the influence of market structure on the profitability of the banking industry in Indonesia. Data used in this research is data there are 122 commercial banks in Indonesia during 2005 to 2009. Consequently the research model used in this study is panel data model, which combines cross section data and time series. After testing with the method of Chow test, the LM test and Hausman test to choose the best model, it is known that in this study is the best model is the fixed effect model. Based on the results of fixed effect model (FEM), it is known that the concentration has a positive and significant impact on the profitability of the banking industry in Indonesia. These findings support the SCP or traditional hypothesis. While an individual bank's market share variable has negative coefficient and significant impact on profitability, so this finding do not support the efficiency structure hypothesis. In this study also include variable transaction costs as explanatory variables in the Indonesian banking profitability.. To confirm the findings of fixed effect regression model, so, in this study, in depth interview was conducted. The results of depth interview stating that high profitability is not directly affected by the concentration ratio. Oligopoly structure in the banking industry has no effect on the use of market power and pricing behavior

    Toleransi Empat Genotipe Bawang Putih (Allium Sativum L.) Terhadap Beberapa Pola Tanam Dan Ketahanannya Terhadap Penyakit Mati Pucuk

    No full text
    Bawang putih merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia yang umumnya digunakan sebagai bumbu masakan, obat – obatan dan lain sebagainya sehingga kebutuhan masyarakat terhadap bawang putih sangat tinggi. Menurut data Kementan (2018), produksi bawang putih meningkat dari tahun 2017 ke 2019 yaitu dari 19.510 ton menjadi 88.816 ton. Peningkatan produksi bawang putih perlu dijaga karena kebutuhan bawang putih akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Pertumbuhan dan hasil panen bawang putih dapat dipengaruhi oleh genotipe dan pola tanam yang digunakan. Genotipe dapat mempengaruhi hasil karena genotipe memiliki potensi hasil dan tingkat toleransi terhadap perubahan lingkungan yang berbeda. Pola tanam dapat mempengaruhi hasil produksi dan pertumbuhan bawang putih karena akan mempengaruhi aerasi bawang putih. Pada umumnya bawang putih yang ditanam di tengah bedengan memiliki umbi yang lebih kecil daripada bawang putih yang ditanam di pinggir bedengan. Masalah lain pada budidaya bawang putih adalah penyakit mati pucuk yang disebabkan oleh jamur Phytophthora porri. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai toleransi tanaman bawang putih terhadap beberapa aerasi dengan memodifikasi model penanaman dan pengaruhnya terhadap beberapa genotipe bawang serta mengetahui ketahanan genotipe bawang putih terhadap penyakit mati pucuk. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan BPTP Jatim dengan ketinggian ± 490 meter diatas laut yang dilaksanakan pada bulan Februari - Juli 2020. Rancangan yang digunakan yaitu RPT (Rancangan Petak Terbagi). Perlakuan yang digunakan ada dua yaitu genotipe sebagai sub plot dan pola tanam sebagai main plot. Genotipe yang digunakan yaitu G1, G2, G3 dan G4. Setiap genotipe bawang putih memiliki tingkat toleransi yang berbeda terhadap pola tanam yang dilihat dari bobot umbi segar dan bobot siung. G1 termasuk peka, G2 dan G4 termasuk medium toleran. Bobot umbi segar G3 termasuk peka sedangkan bobot siung G3 termasuk medium toleran. Empat genotipe bawang putih memiliki ketahanan terhadap penyakit mati pucuk yang berbeda yaitu G1 termasuk agak tahan sedangkan G2, G3 dan G4 termasuk tahan. Peningkatan serangan penyakit mati pucuk pada G1 dari P1 ke P2 ke P3 adalah yang tertinggi dibandingkan dengan genotipe lainnya. Hal itu dikarenakan tingkat ketahanan G1 yang paling rendah dibandingkan dengan G2, G3 dan G4

    Pengaruh Tinggi Celah Aliran Pada Sluice Gate Terhadap Kinerja Kincir Air Jenis Sudu Melengkung

    No full text
    Salah satu energy terbarukan yang berpotensi di Indonesia adalah energy air. Energi air merupakan sumber energy yang bersih dan ramah lingkungan. Energi air adalah yang sangat melimpah di Indonesia yaitu sekitar 75.000-76.000 MW. Dari jumlah potensi energy air tersebut, pemanfaatannya dalam skala besar masih 3.783 MW Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan skala kecil 220 MW (PLTMH) Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hidro. Energi baru terbarukan yang bersumber dari air dapat dimanfaatkan sebagai energy listrik. Salah satu pemanfaatan energy listrik adalah pada pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). Salah satu energi air skala kecil adalah arus sungai yang mempunyai potensi energy yang tersimpan dalam aliran dengan kecepatan 0.01 s/d 2.8 m/s. Meski hanya kecepatan rendah, energi yang tersimpan didalamnya bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik. Penggunaan dan pemanfaatan energi air kecepatan rendah salah satunya adalah dengan menggunakan Kincir air. Kincir air ini memanfaatkan potensi energi kinetik berupa kecepatan aliran air dari sungai. Kinerja Kincir air bergantung pada kecepatan aliran, sudut sudu, pengarah aliran, ukuran aliran, jumlah sudu, dan kelengkungan sudu. Sudut pengarah aliran Kincir air adalah salah satu variabel yang sangat mempengaruhi putaran dan gaya tangensial dimana putaran dan gaya tangensial tersebut menentukan daya dan efisiensi sebuah Kincir air. Kincir air dengan sudu segitiga dan melengkung menghasilkan putaran (RPM) yang lebih tinggi dari pada kincir air dengan sudu tipe datar, karena volume air yang tertahan pada sudu segitiga dan melengkung lebih tinggi dari volume yang dengan menggunakan jenis sudu datar. Massa air pada kincir air menghasilkan momen inersia dan kemudian menghasilkan kecepatan sudut yang lebih tinggi, yang menyebabkan kincir air berputar lebih cepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan pintu air dan lebar pintu air yang optimal terhadap kinerja kincir air. Pengujian telah dilakukan secara eksperimental pada skala laboratorium. Dalam pengujiannya, penelitian ini menggunakan kincir air saluran terbuka dengan variasi lebar celah aliran pada pintu air 25mm, 35mm, dan 40mm. Setiap variasi lebar celah aliran akan diuji pada laju aliran 12 liter/detik. Parameter seperti daya giling, torsi turbin, dan efisiensi akan ditentukan berdasarkan hasil pengukuran kecepatan putar kincir air, ketinggian air, dan beban pengereman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebar celah aliran pintu air berpengaruh terhadap kinerja kincir air. Performa performa kincir air tertinggi diperoleh pada celah aliran 25mm diikuti lebar celah aliran 35mm dan performa terendah diperoleh pada variasi lebar celah 40mm. Performa maksimum kincir air diperoleh pada variasi lebar celah aliran 25mm pada kondisi putaran 50 rpm dengan debit 12 liter/detik dimana daya yang dihasilkan sebesar 15,06 Watt dan efisiensi sebesar 29,82%.

    Uji Efisiensi dan Konsumsi Bahan Bakar Traktor Roda Dua Berdasarkan Kedalaman Pembajakan Dengan Variasi Penggunaan Bahan Bakar Biosolar (CN 49), Dexlite (CN 51), dan Pertamina Dex (CN 53)

    No full text
    Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam bidang pertanian. Hal tersebut menyebabkan Indonesia memiliki banyak lahan pertanian. Lahan pertanian tersebut dapat dimanfaatkan oleh para petani untuk menanam komoditas tanaman. Salah satunya adalah komoditas tanaman pokok. Tanaman pokok seperti padi, jagung merupakan kebutuhan pokok setiap orang. Untuk mengolah lahan petani di Indonesia secara umum mengolah lahan menggunakan traktor roda 2. Kegiatan penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial terdiri dari 2 faktorial dengan 3 taraf dan 3 kali pengulangan. Faktor pertama yakni kedalaman bajak 20 cm, 25 cm, 30 cm. Dipilih kedalaman tersebut karena bukan kondisi tanah gambut dan pada proses pengolahan tanah primer. Faktor kedua penggunaan variasi jenis bahan bakar minyak yaitu biodiesel, dexlite, pertamina dex. Kemudian dicari efisiensi dan konsumsi bahan bakar. Setelah itu, data dianalisis dengan metode ANOVA (Analysis of Variance) dengan α = 5 %. Pada kegiatan penelitian dengan perlakuan tersebut ditemukan hasil kemudian dilakukan UJI ANOVA (Analysis of Variance) dengan α = 5 % pada data Efisiensi pada variable kedalaman bajak dan jenis bahan bakar dengan F. Hitung sebesar 0,969 untuk nilai F. Tabel 0,05 sebesar 2,68 dan F. Tabel 0,01 sebesar 4,04 artinya 0,969 < 2,68 < 4,04 sehingga tidak berpengaruh signifikan. Kemudian untuk Nilai Sig. sebesar 0,448 sehingga 0,448 > 0,05 sehingga tidak signifikan. Pada konsumsi bahan bakar variable kedalaman bajak dan jenis bahan bakar dengan F. Hitung sebesar 0,850 untuk nilai F. Tabel 0,05 sebesar 2,68 dan F. Tabel 0,01 sebesar 4,04 artinya 0,850 < 2,68 < 4,04 sehingga tidak signifikan. Kemudian untuk Nilai Sig. 0,512 sehingga 0,512 > 0,05 sehingga tidak signifikan. Pada harga bahan bakar variable jenis bahan bakar dengan F. Hitung sebesar 3514,112 untuk F. Tabel 0,05 sebesar 3,40 dan F.Tabel 0,01 sebesar 5,61 artinya 3514,112 > 3,40 > 5,61 sehingga berpengaruh signifikan. Kemudian dilakukan Uji BNT α = 5 % hasilnya berpengaruh signifikan pada harga bahan bakar dengan variable jenis bahan bakar

    Oral and dental late effects in survivors of childhood cancer: a Children’s Oncology Group report

    No full text

    Pain Associated with Radiation Treatment for Breast Cancer

    No full text
    Breast cancer is the most frequently diagnosed cancer and the second leading cause of cancer death in American women. Postsurgical adjuvant radiotherapy (RT) significantly improves local-regional recurrence and breast cancer survival, so currently most breast cancer patients receive RT after surgery. However, pain related to cancer or treatment is a critical quality of life issue for breast cancer survivors. Most of the previous studies have focused on chemotherapy-related neuropathy; however, many breast cancer patients undergoing RT experience clinically significant levels of unrelieved cancer pain despite standard pain management. Multiple risk factors contribute to pre-RT, post-RT, and RT-related pain. Considering pre-RT pain is an independent risk factor for post-RT pain, and also RT-associated pain can last for many decades, pain management during RT may be an effective preventive strategy. Furthermore, if hypo-fractionation RT can provide equivalent long-term tumor control and survival but with reduced RT-associated pain, it may present a cost-effective treatment strategy to improve RT outcomes. Lastly, compared to non-Hispanic Whites, underserved minorities are more likely to suffer worse RT-related pain. Therefore, future research is warranted to characterize the molecular mechanisms of RT-related pain disparities and identify high-risk population for precision intervention
    corecore