48 research outputs found

    Keuntungan Pembesaran Sapi Peranakan Simmental melalui Perbaikan Pakan di Kabupaten Semarang

    Full text link
    Usaha peternakan sapi di Jawa Tengah merupakan USAha ternak sapi rakyat dengan sistem pemeliharaan tradisional sehingga produktivitas daging rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi daging sapi ialah membesarkan pedet melalui perbaikan pakan. Pengkajian dilaksanakan dengan tujuan mengetahui Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dan keuntungan USAha pembesaran sapi yang mendapatkan perbaikan pakan dibandingkan pakan model peternak. Pengkajian dilakukan di Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, dari bulan Oktober–Desember 2012, menggunakan 16 ekor sapi peranakan Simmental umur 6–8 bulan yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapatkan perbaikan pakan (rumput gajah, jerami fermentasi dan konsentrat dengan jumlah sesuai dengan bobot badan) dan kelompok model peternak (rumput gajah, jerami, ubi kayu dan bekatul. PBBH dihitung dengan mengurangi bobot badan akhir dan bobot badan awal dibagi waktu pembesaran. Keuntungan didekati dengan kelayakan finansial USAha dianalisis dengan membandingkan keuntungan dan biaya (BCR) dan rasio Perubahan keuntungan dan biaya (MBCR). Hasil kajian menunjukkan bahwa PBBH pada pembesaran anak sapi yang mendapat perlakuan perbaikan pakan sebesar 0,66 + 0,17 kg/ekor/hari lebih tinggi dibandingkan model peternak 0,43 + 0,39 kg/ekor/hari. Hasil analisis BCR memperoleh nilai 0,13 dan 0,09 untuk pemberian pakan perbaikan dan pakan peternak dengan keuntungan masing-masing Rp7.733.550 dan Rp4.999.950. Perbedaan pemberian pakan menghasilkan nilai MBCR = 1,40. Dapat disimpulkan bahwa pembesaran sapi peranakan Simmental dengan pemberian pakan perbaikan berupa rumput gajah, jerami fermentasi dan konsentrat mampu meningkatkan PBBH

    Pengaruh Temperatur terhadap Pembentukan Kerak Gipsum dalam Pipa

    Full text link
    Sutrisno, S. Muryanto, AP Bayuseno, in this paper explain that gypsum crust (CaSO4.2H2O) that occurs in the pipe very detrimental to the industry because it resulted in narrowing of the cross-section, reinforcing walls, inhibit heat transfer and slow processing time. Therefore, gypsum crust should be prevented or inhibited growth. Gypsum crust growth is affected by the concentration, temperature and flow rate as well as impurities. This study aimed to determine the effect of temperature on the formation of gypsum crust. Gypsum scaling experiments carried out by reacting a NaSO4 with CaCl2 in a test tool that has been designed. The experiments were performed at a temperature of 27oC-50oC with Ca2 + concentration of 3500 ppm, flow rate 30 ml / min and stainless steel test pipes. Results from this study showed a rise in temperature by lowering the induction time and increase mass scale and make a longer crystal sizes. Test results morphology, composition and purity of the results of the experiment showed that the crust was beanr gypsum

    Pembentukan Kerak Kalsium Karbonat (Caco3) di dalam Pipa Beraliran Laminer pada Laju Alir 30 Ml/menit Hingga 50 Ml/menit dan Penambahan Aditif Asam Malat

    Full text link
    Pengerakan merupakan masalah yang kompleks dan selalu terjadi di dalam suatu industri. Terjadinya kerak karena proses alami adanya reaksi kimia antara kandungan-kandungan yang tidak dikehendaki yang terlarut di dalam air. Kalsium karbonat (CaCO3) adalah salah satu komponen utama dari kerak yang banyak dijumpai. Akibat adanya pengerakan ini akan merugikan yaitu mempertebal dinding pipa yang dilewati cairan dan dapat mempengaruhi laju aliran ataupun perpindahan panas. Oleh karena itu harus dilakukan pencegahan untuk menghambat pertumbuhan kerak dalam pipa tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan eksperimen tentang pertumbuhan kerak kalsium karbonat (CaCO3) dalam pipa uji, dengan mereaksikan CaCl2 dan Na2CO3 dengan laju alir 30 ml/menit, 40 ml/menit, dan 50 ml/menit dengan konsentrasi larutan 3500 ppm Ca2+ sebagai salah satu parameter proses pertumbuhan kerak. Asam malat (C4H6O5) ditambahkan ke dalam larutan sebagai impuritas. Adapun pipa uji berisi empat pasang kupon terbuat dari tembaga. Pembentukan kristal kalsium karbonat (CaCO3) diprediksi dapat diketahui dari menurunnya nilai konduktivitas larutan pada waktu percobaan sehingga waktu induksinyapun dapat diketahui. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan laju alir dari 30 ml/menit ke 50 ml/menit mempercepat waktu induksi. Dengan penambahan aditif asam malat (C4H6O5) 3 ppm dan 5 ppm menambah/memperlambat waktu induksi

    Eksperimen Pembentukan Kerak Gipsum Dengan Konsentrasi Ca2+ : 3500 PPM Dan Aditif Fe2+

    Get PDF
    Pengerakan (scaling) merupakan masalah yang kompleks dan selalu terjadi di dalam suatu industri. Terjadinya kerak karena proses alami adanya reaksi kimia antara kandungan-kandungan yang tidak dikehendaki yang terlarut di dalam air seperti: Ca2+, SO4-2, CO3-2dan Mg2+. Gipsum (CaSO4.2H2O) adalah salah satu komponen utama dari kerak yang banyak dijumpai. Akibat adanya pengerakan ini akan merugikan yaitu mempertebal dinding pipa yang dilewati cairan dan dapat mempengaruhi laju aliran ataupun perpindahan panas. Oleh karena harus dilakukan pencegahan untuk menghambat pertumbuhan kerak dalam pipa tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan eksperimen tentang pertumbuhan kerak gipsum dalam pipa uji, dengan mereaksikan CaCl2 dan Na2SO4 dengan laju alir 30 ml/menit dan konsentrasi larutan 3500 ppm, Ca2+. Fe2+ ditambahkan kedalam larutan sebagai impuritas. Adapun pipa uji berisi empat pasang kupon terbuat dari kuningan karena tahan terhadap korosi. Pembentukan kristal gipsum dapat dilihat dari menurunnya nilai konduktivitas larutan pada waktu percobaan sehingga waktu induksinyapun dapat diketahui. Bentuk kristal gipsum dilihat dari hasil kajian morfologi yang dilakukan dengan menggunakan SEM, Massa kerak ditimbang untuk mengetahui pengaruh penambahan aditif terhadap massa kerak yang terjadi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan aditif Fe2+ 5 ppm memperpanjang waktu induksi 27.2 %, menurunkan massa kerak 17.6 % dan penambahan aditif Fe2+ 10 % memperpanjang waktu induksi 54.5 % menurunkan massa kerak 38.5 %.. Aditif juga mempengaruhi morfologi Kristal gipsum yaitu kristal menjadi lebih pendek tapi tidak merubah bentuk kristal, yaitu tetap orthorhombic

    Eksperimen Pembentukan Kerak Gipsum pada Pipa Beraliran Laminir dengan Parameter Laju Alir dan Aditif Ion Cu2+ : Kajian Kinetis

    Full text link
    Wiji Mangestiyono, , A.P. Bayuseno, Stefanus Muryanto, in this paper explain that the problem of gypsum scaling becomes a trouble for some industry in which use some water for its system. Some disadvanteges come up because of : the time of industrial process will be more longer and production cost increase necesery.To prevent the growth of scale, the experiment must be done. Researcher try to answer this problem so an experimental about kinetic study of gypsum scaling established. Flowrate would be a parameter with assume that it has effect on reaction flow. The result of this experiment are : reaction rate increase when flow rate increase; adition some aditives becomes reaction rate decrease

    PENGARUH ADITIF Zn2+ TERHADAP PEMBENTUKAN KERAK GIPSUM DALAM PIPA

    Get PDF
    Kerak gypsum (CaSO4.2H2O)  yang terjadi dalam pipa sangat merugikan bagi industri karena mengakibatkan penyempitan penampang, mempertebal dinding, menghambat  pemindahan panas dan memperlambat waktu proses. Oleh karenanya, kerak gipsum harus dicegah atau dihambat pertumbuhannya. Pertumbuhan kerak gipsum dipengaruhi oleh konsentrasi, temperatur dan laju alir serta impuritas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aditif Zn2+ terhadap pembentukan kerak gipsum. Percobaan pembentukan kerak gipsum dilakukan dengan mereaksikan larutan  CaCl2.2H2O dengan  larutan  NaSO4 dalam alat uji  yang telah dirancang. Percobaan dilakukan dengan konsentrasi aditif 0 ppm  –  10 ppm pada suhu kamar, konsentrasi Ca2+3500 ppm, laju alir 30 ml/menit dan pipa uji stainless steel.   Hasil dari penelitian ini menunjukkan penambahan  aditif Zn2+ mengakibatkan naiknya waktu induksi dan menurunnya massa kerak dan menjadikan ukuran kristal lebih  kecil dan pendek. Hasil pengujian morfologi, komposisi dan kemurnian menunjukkan bahwa kerak hasil percobaan benar-benar gipsum. Keywords : additive, gypsum, scale, zin

    A temperature-mediated precipitation of struvite-family crystals in wastewater

    Get PDF
    The paper presents results of the investigation into the temperature mediated mineralogical formation of struvite family crystals in a synthetic wastewater. The scale-forming solution was set-up by mixing solutions of MgCl2 and NH4H2PO4 with Mg+2, NH4 + and PO4 -3 in a molar ratio (MAP) of 1:1:1. The temperature was altered: 30, 35 and 40 OC. The initial pH of the solution was set up in 9.0. SEM (equipped with EDX) analysis revealed that the crystals have a needle like-shaped morphology, and contained Mg, K, P, and O as the main composition. The Rietveld analysis of the XRPD pattern confirmed that the major phase of struvite, and struvite-(K) formed in the precipitating solids. Apparently, bobierrite and newberyte were other phosphate minerals formed at the temperature of 35 OC. Analysis of this experimental data suggested that the temperature-mediated crystallization process yielded a potential optimization of struvite precipitation

    Influence of Flow Rates and Copper (II) ions on the Kinetics of Gypsum Scale Formation in Pipes

    Get PDF
    Experiments were performed in a piping system to examine the effects of flow rates and Cu2+, a common metal ion in wastewater, on the kinetics of gypsum (CaSO4.2H2O) scale formation. The scaling was monitored by measuring the decrease in Ca2+ concentrations, [Ca2+], of the scaling solution. AAS analysis shows that [Ca2+] reduces progressively after a certain induction time, during which time the concentration remains steady. Thus, the gypsum precipitation which leads to scaling in pipes does not occur spontaneously. Higher impurity concentrations (0 to 10 ppm Cu2+) result in longer induction time (26 to 42 min), which indicate that Cu2+ could inhibit the scale formation. Impurity concentrations and the scale mass generated are negatively correlated. Reduction in scale mass was as high as 61% depending on impurity concentrations and flow rates. Data of [Ca2+] versus time were used to calculate the reaction rate of the gypsum precipitation which led to scaling. It was found that the reaction follows a first order kinetics with respect to [Ca2+], with rate constants ranging between 5.28 and 7.37 per hour, which agree with most published values for mineral scale formation
    corecore