79 research outputs found

    Potency of Agroindustrial Wastewaters for Increasing Dissolution of Phosphate Rock Fertilizers

    Full text link
    Agroindustrial wastewaters were considered not maximum used in Lampung Province since it has acidic properties that can be used as an acid solvent. This study aimed was to explore the most potential agroindustrial wastewaters in dissolving phosphate rock by acidulation in the laboratory scale. The experimen were arranged by factorial i.e. first factor were phosphate rock origin (Sukabumi, west Java and Selagailingga, central Lampung) and second factor was kinds of solvent (agroindustrial wastewaters of pineapple, tapioca, tofu industry, and palm oil as well as a conventional acid solvent such as HCl, H2SO4, and CH3COOH).  The incubation process were 0, 1, 2, and 3 month. The results showed that agroindustrial wastewaters that have highest potency for solubizing phosphate rock was industrial tofu wastewaters and followed by industrial wastewaters of tapioca, palm oil, and pineapple. Both the conventional  acid  and  agroindustrial  wastewaters    solvent  have  a  big  potency  for  solubilize  phosphate  rock, however, its highest soluble P-value was not match with the ISO criteria for phosphate fertilizers Quality I (SNI) because it has not reached the solubility of 80% of its total P2O5, but has been qualified as a fertilizer both the quality phosphate A, B, and C (SNI).Keywords: Acidulation, agroindustrial wastewater, P fertilizer, phosphate rock [How to Cite: Ainin N, S Yusnaini and Sarno. 2014. Potency of Agroindustrial Wastewaters to Increase the Dissolution of Phosphate Rock Fertilizers. J Trop Soils 19: 43-51. Doi: 10.5400/jts.2014.19.1.43]  [Permalink/DOI: www.dx.doi.org/10.5400/jts.2014.19.1.43] &nbsp

    Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Aplikasi Mulsa Bagas Terhadap Infiltrasi Pada Pertanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Ratoon Kedua

    Full text link
    P enelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem pengolahan tanah dan pemberian mulsa bagas terhadap laju infiltrasi pada lahan pertanaman tebu (Saccharum officinarum L.) ratoon kedua. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2013 sampai pada bulan September 2013 dan pengamatan infiltrasi dilakukan pada bulan Juni 2013 (selesai panen tebu) di PT GMP, Lampung Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian pada musim tanam ke 3 (ratoon kedua), Pengukuran infiltrasi langsung dilakukan dilahan PT GMP dan analisis contoh tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Jurusan AGT, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung untuk mengetahui sifat fisik tanah. Perlakuan disusun dalam rancangan petak terpisah (split plot design) dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 kali ulangan. Petak utama yaitu sistem olah tanah, yang terdiri dari OTI (T 1 ) dan TOT (T 0 ). Anak petak adalah aplikasi mulsa bagas, yang terdiri dari mulsa bagas 80 t ha -1 (M 1 ) dan tanpa mulsa bagas 80 t ha -1 (M 0 ). Dengan demikian terbentuk 4 kombinasi perlakuan dengan 5 kelompok sehingga diperoleh 20 satuan percobaan. Adapun kombinasi perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut: T 1 M 1 = olah tanah intensif + mulsa bagas 80 t ha -1 ; T1 M 0 = olah tanah intensif + tanpa mulsa bagas; T 0 M 1 = tanpa olah tanah + mulsa bagas 80 t ha -1 ; T 0 M 0 = tanpa olah tanah + tanpa mulsa bagas; Data total infiltrasi yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 1% dan 5%, yang sebelumnya diuji homogenitas ragamnya dengan Uji Bartlett dan aditivitasnya dengan Uji Tukey. Rata-rata nilai tengah diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 1% dan 5%. Dibuat kurva laju infiltrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Kapasitas dan kecepatan laju infiltrasi pada sistem OTI lebih tinggi dibandingkan dengan sistem TOT; (2) Perlakuan sistem OTI maupun TOT dengan aplikasi mulsa bagas 80 t ha -1 tidak berpengaruh terhadap meningkatnya laju infiltrasi; (3) tidak terdapat interaksi antara sistem olah tanah dengan aplikasi mulsa bagas terhadap laju infiltrasi tanah

    Mediation Analysis Using the Hierarchical Multiple Regression Technique: A Study of the Mediating Roles of World-Class Performance in Operations

    Get PDF
    The changing environment in an organization is forcing the organization to find a plan of integrated management framework and adequate performance measurement. Failure to plan basically means planning failure for the business. Finding the critical factors of quality management practices (QMP), themediating roles of the contextual factors of world-class performance in operations (i.e., world-class company practices or WCC, operational excellence practices or OE, company nonfinancial performance or CNFP), and the company financial performance would enable the company to facilitate the sustainability of TQM implementation model.This empirical study aims to assess how TQM—a holistic management philosophy initially developed by W. Edward Deming, which integrates improvement strategy, management practices, and organizational performance—is specifically implemented in the oil and gas companies operating in Indonesia. Relevant literature on the TQM, the world-class performance in operations (world-class company and operational performance), the company performance (financial and non-financial performances), and the amendments of the Law of the Republic of Indonesia concerning the oil and gas industry, and related research on how the oil and gas industry in Indonesia develops sustainable competitive advantage and sustainable development programs are reviewed in details in our study. The findings from data analysis provide evidence that there is a strong positive relationship between the critical factors of quality management practices and the company financial performance mediated by the three mediating variables, i.e., world-class company practices, operational excellence practices, and company non-financial performance

    Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Aplikasi Mulsa Bagas Pada Pertanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Terhadap Populasi Mikroorganisme Pelarut Fosfat Di PT. GMP Lampung Tengah

    Full text link
    Sugarcane plantation atPT Gunung Madu Plantation (GMP) has done intensive tillage since 1975. To maintain sustainable production and soil fertility is necessary to manage soil according to good soil conservation. The good choice to maintaince soil quality is no-tillage and mulching system. The research was carried out since July 2010,phosphate solubilizing microorganismwere observedat9 and 12 months after ratoon one, in April and July 2012. The research was designed as a split plot with a randomized block design (RBD) with 5 replications . Main plot are tillage system that consists of no-tillage (T0) and tillage (T1). The subplots were application of baggase mulch. Consisting ofwithout bagasse mulch application (M0) andwith 80 t ha-1baggase mulch (M1). Data were analyzed by analysis of variance at the level of 1% and 5%, which previously had been analyzed with the Bartlett test forHomogeneity and Additivity with Tukey test, and followed by LSD test at the level of 1% and 5%. The results showed that the tillage system and bagasse mulch application did not give significant effect on the population of phosphate solubilizing microorganism. Correlation test results showed that the phosphate solubilizing microorganism population has no correlation with organic C, total N, soil pH, soil moisture, soil temperature, and available P

    Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Aplikasi Mulsa Bagas Terhadap Respirasi Tanah Pada Pertanaman Tebu (Saccharum Officanarum L) Tahun Ke-5 Plant Cane Di PT Gunung Madu Plantations

    Full text link
    Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi di dalam tanah karena adanya kehidupan dan aktivitas dari mikroorganisme di dalam tanah yang dalam aktivitasnya membutuhkan O 2 dan mengeluarkan CO 2 . Respirasi tanah juga merupakan suatu indikator yang baik terhadap mutu tanah. Sistem olah tanah pada tanah yang diolah mampu meningkatkan respirasi tanah dibandingkan tanah yang tidak diolah (TOT) karena tanah yang diolah mempunyai aerasi yang lebih baik dibandingkan tanah yang tidak diolah (TOT) dan tanah yang diaplikasi kan mulsa bagas mampu meningkatkan respirasi tanah dibandingkan tanpa aplikasi mulsa bagas karena pemberian bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme, mikroorganisme menggunakan bahan organik sebagai sumber energinya.oleh karena itu perlakuan sistem olah tanah dan pemberian mulsa bagas akan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme tanah yang dapat diukur dengan respirasi tanah. Penelitian dilaksanakanbulan September 2014 hingga Januari 2015. Penelitian ini dirancang secara split plot dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 kali ulangan. Petak utama yaitu sistem olah tanah yang terdiri dari dari tanpa olah tanah (T 0 ) dan olah tanah intensif (T 1 ). Anak petak adalah aplikasi mulsa bagas, yang terdiri dari tanpa mulsa bagas (M 0 ) dan mulsa bagas 80 t ha -1 (M 1 ). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5%, yang sebelumnya telah diuji homogenitas ragamnya dengan uji Bartlett dan aditivitasnya dengan uji Tukey, dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 1% dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas memberikan pengaruh yang nyata terhadap respirasi tanah pada 0 BSP dan 3 BSP namun tidak ada interaksi antara pengolahan tanah dan aplikasi mulsa bagas. Hasil uji BNT 5% menunjukan respirasi pada tanah yang diolah lebih tinggi dibandingkan tanah yang tidak diolah dan tanah yang diaplikasikan mulsa lebih tinggi dibandingkan tanpa aplikasi mulsa. Rata-rata respirasi tanah tertinggi pada olah tanah pada pengamatan 0 BSP dan 3 BSP berturut-turut yaitu 41,92 mg jam -1 m -2 dan 45,62 mg jam -1 m -2 sedangkan yang terendah yaitu 36,46 mg jam -1 m -2 dan 40,55 mg jam -1 m -2 dan rata-rata respirasi tanah tertinggi yang diaplikasi mulsa pada pengamatan 0 BSP dan 3 BSP berturut-turut yaitu42,11 mg jam -1 m -2 dan 46,40 mg jam -1 m -2 dan respirasi tanah terendah yang tanpa aplikasi mulsa yaitu 36,26 mg jam -1 m -2 dan39,77 mg jam -1 m -2 . Hasil uji korelasi menunjukkan tinggi rendahnya C-Organik tanah, pH tanah, kelembaban tanah dan suhu tanah tidak berpengaruh nyata terhadap respirasi tanah

    ERP implementation success in Iran: Examining the role of system environment factors

    Get PDF
    The aim of this paper is to examine factors related to system environment (namely, system quality and vendor support) that influences ERP implementation success in Iranian companies. Implementation success is identified using user satisfaction and organizational impact perspective. The study adopts the survey questionnaire approach to collect empirical data. The questionnaire was distributed to ERP users and a total of 384 responses were used for analysis. The results illustrated that both system quality and vendor support have significant effect on ERP implementation success. This implies that companies must ensure they source for the best available system and a vendor that is dependable, reliable and trustworthy

    Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Aplikasi Mulsa Bagas Terhadap Populasi Dan Biomassa Cacing Tanah Pada Pertanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Ratoon Ke-2

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem olah tanah (TOT) dan aplikasi mulsa bagas pada lahan pertanaman tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap populasi dan biomassa cacing tanah di PT Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah pada ratoon 2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013. Percobaan dilakukan di lahan pertanaman tebu PT Gunung Madu Plantations dengan perlakuan sistem olah tanah dan aplikasi limbah pabrik gula jangka panjang dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2020. Analisis cacing tanah dilakukan di Laboratorium Biologi Ilmu Tanah dan analisis contoh tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Unversitas Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dan disusun secara split plot dengan 5 ulangan. Sebagai petak utama adalah perlakuan sistem olah tanah (T) yaitu T 0 = olah tanah intensif, T 1 = tanpa olah tanah, dan anak petak dalam penelitian ini adalah penggunaan limbah pabrik gula yaitu : M 0 = tanpa mulsa ; M 1 = mulsa 80 ton ha -1 bagas (C/N ratio 86). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam yang sebelumnya telah diuji homogenitas ragamnya dengan Uji Bartlett dan aditivitasnya dengan Uji Tukey. Rata-rata nilai tengah diuji dengan uji BNT pada taraf 1% dan 5%. Untuk mengetahui hubungan antara populasi dan biomassa cacing tanah dengan C-organik, pH, kadar air tanah, dan suhu tanah dilakukan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Sistem olah tanah tidak berpengaruh terhadap populasi dan biomassa cacing tanah pada pertanaman tebu; (2) pengaplikasian mulsa bagas berpengaruh terhadap populasi dan biomassa cacing tanah pada pertanaman tebu; (3) terdapat 2 famili cacing tanah yang didapat dari hasil identifikasi, yaitu famili Megascolecidae dan famili Glossoscolecidae; (4) tidak terdapat interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas terhadap populasi dan biomassa cacing tanah
    corecore