10 research outputs found

    Keberlanjutan Ekonomi Rumah Tangga Pembudi Daya Ikan Kerapu di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali

    Get PDF
    Ketimpangan sosial ekonomi yang masih terlihat dalam kehidupan masyarakat pesisir telah berkontribusi pada distribusi kemiskinan, sehingga perlu intervensi pemerintah pusat maupun daerah. Tujuan penelitian ini meliputi (1) mengidentifikasi karakteristik usaha rumah tangga (RT); (2) menganalisis indeks keberlanjutan rumah tangga; dan (3) menganalisis strategi keberlanjutan RT pembudi daya kerapu, khususnya di Kecamatan Gerokrak, Kabupaten Buleleng, Bali. Penelitian dilakukan selama bulan Februari—Desember 2018 di Teluk Pegametan, Kabupaten Buleleng, Bali. Riset ini menggunakan pendekatan “Sustainable Livelihood Approach”. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan diinput dan dianalisis secara deskriptif, analisis finansial, serta penghitungan indeks keberlanjutan ekonomi rumah tangga “iKERT” kelautan dan perikanan yang terdiri dari lima indeks modal (alam, manusia, finansial, sosial, dan fisik). Hasil penelitian menunjukkan besarnya indeks keberlanjutan ekonomi rumah tangga untuk masing-masing modal adalah 75,49 (modal finansial); 59,23 (modal alam); 35,92 (modal fisik); 45,48 (modal manusia); dan 42,34 (modal sosial). Secara komposit, indeks modal alam, indeks modal sosial, indeks modal fisik cukup sesuai dengan keberlanjutan ekonomi rumah tangga kelautan perikanan. Ketiga indeks sudah mendekati nilai rata-rata dari sebaran indeks (50%) yang diasumsikan sebagai kondisi ideal untuk keberlanjutan ekonomi rumah tangga. Sementara itu, kebijakan maupun program yang terkait dengan indeks modal manusia, belum terlalu optimal untuk mendukung keberlanjutan ekonomi rumah tangga pembudi daya ikan di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.Title: Household Economy Sustainability of Grouper Farmers in Gerokgak Sub District, Buleleng Regency, Bali ProvinceThe socio-economic disparity among coastal communities lead to the widespread distribution of poverty, hence, they need intervention from central government as well as local government. The purpose of this study consists of; 1) to identify the characteristics of household livelihood activity; (2) to analyse the index of household economic sustainability; and (3) to recommend the strategy for sustainable households’ economy. The study was conducted during February to December 2018 in Buleleng Regency (Pegametan Bay), Bali. The research used “Sustainable Livelihood Approach”. Data were collected from interviews, observation, and documentation. The data were analyzed using descriptive analysis, financial analysis, and index to calculate of the sustainability of fisheries households’ economy called “iKERT” based on five capitals, namely natural, human, financial, social, and physical. The result of the study indicates that the index of each indicator is 75,49 (financial capital); 59,23 (natural capital); 35,92 (physical capital); 45,48 (human capital); and 42,34 (social capital). As a composite manner, the natural capital index, social capital index, physical capital index, are quite appropriate with the household economic sustainability of fish farmers. These three indexes are approach to the average of the index distribution (50%) that is assumed an ideal condition for household economic sustainability. Meanwhile, the related policies and programs to the Human Capital Index have not reached to support the household economic sustainability of fish farmers in Gerokgak Sub District, Buleleng Regency, Bali

    SISTEM BAGI HASIL PADA USAHA PERIKANAN TANGKAP DI KEPULAUAN ARU

    Get PDF
    Sistem bagi hasil usaha perikanan merupakan sistem yang diberlakukan dari pemilik kapal/perahu atau juragan kepada awak kapal. Sistem bagi hasil memiliki pengaruh penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup nelayan. Dari hasil pembagian usaha, ABK mendapatkan presentase yang paling rendah jika dibandingkan dengan awak lainnya. Sehingga pada musim paceklik, ABK seringkali menemui masalah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Permasalahan ini menjadi masalah abadi yang menjadikan ABK di Kabupaten Kepulauan Aru terlilit oleh hutang dengan pihak peminjam informal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sistem bagi hasil pada usaha perikanan di Kepulauan Aru dan menyusun opsi rekomendasi sebagai strategi dalam mengatasi permasalahan ekonomi ABK sebagai nelayan kecil. Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Aru pada bulan Juli 2016. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Analisis kualitatif dilakukan untuk menganalisis sistem bagi hasil pada usaha perikanan tangkap di Kabupaten Kepulauan Aru. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan dari pemilik dan awal kapal/perahu. Hasil peneltian menunjukan bahwa pada sistem bagi hasil nelayan yang diberlakukan pada nelayan di Kabupaten Kepulauan Aru berdasarkan jenis alat tangkapnya, memiliki pendapatan diatas Upah Minimum Regional (UMR) per bulan. Meskipun demikian, nelayan ABK masih menemui kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya khususnya ketika musim paceklik.Hal ini karena nelayan masih memiliki ketergantungan pada pemilik baik ketika akan melakukan kegiatan melaut, maupun ketika akan memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin tinggi. Dari analisa tersebut, maka disarankan perlunya kebijakan yang menjamin ketersediaan modal untuk nelayan kecil dan perlu adanya pendampingan usaha dari pemerintah. Hal ini penting agar nelayan kecil tidak tergantung kepada pemilik sehingga nelayan dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya pada atau bukan saat musim paceklik.Title: Profit Sharing System of Fishing Business in The Aru IslandsProfit sharing system in the fishery is a system applied by the ship / boat owner or skipper to the crew. The profit sharing system has an important role influencing in fishers’s life needs. From the results of the division of fishing business earning, crews received the lowest percentage of earning compared to other crew position members. This, in turn, creates problems for lowest level crew to fulfill their householdlife needs. Finally, these crews keep entangling with debts with informal borrowers. This study aimed at describing profit sharing system of fishing business in the Aru Islands and formulating recommendations as a strategy to overcome problem of lowest crew members as a small-fisher. Study was conducted in Aru Islands Regency in July 2016. Sampling was carried out using purposive sampling method. A qualitative analysis was used to analyze the profit sharing system in fishing business in the Aru Islands Regency. A quantitative data analysis was used to analyze the owner’s income and the start of the ship / boat. Results of the study showed that the fishers profit sharing system was applied to fishers in the Aru Islands Regency based on the type of fishing gear generating an income above the Regional Minimum Wage (UMR) per month. Even so, lowest level crew fishers still have difficulties in fulfilling their living needs, especially when the season is famine. This was because fishers still have a dependency on the owner both when going to sea activities, and when they will meet the needs of higher families. From the analysis, this study suggest the need for policies to ensure availability capital for small fishers and assistantship of fishing business from the government. This is important in order to ensuring small fishers are not dependent on the owner so that small fisher can fulfill their household needs during high and low fishing seasons

    PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP USAHA BUDI DAYA KARAMBA JARING APUNG (KJA) IKAN KERAPU DI KABUPATEN BULELENG, PROPINSI BALI

    Get PDF
    Persepsi masyarakat mengenai usaha budi daya  perikanan sangat penting dalam pengembangan usaha budi daya. Hal ini dikarenakan pengembangan budi daya  perikanan membutuhkan partisipasi masyarakat sebagai aktor utama keberhasilan budi daya  perikanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pembudidaya  terhadap aktivitas budi daya  KJA di Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali pada Tahun 2017 dengan menggunakan metode survey melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif (mix method). Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur dan publikasi ilmiah, maupun hasil penelitian terdahulu baik berupa laporan tahunan, data kecamatan dalam angka, kabupaten dalam angka dan publikasi lainnya. Wawancara dilakukan secara purposive kepada informan dengan menggunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan meliputi persepsi masyarakat yang dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat pesisir di Kabupaten Buleleng bekerja sebagai nelayan dan atau pembudidaya KJA yaitu budi daya ikan kerapu dan menjadi alternatif mata pencaharian masyarakat yang menjanjikan keuntungan. Persepsi masyarakat mengenai aktivitas budi daya  yang dijalankan secara umum cukup baik dan memberikan keuntungan. Pemerintah diharapkan memberikan perhatian kepada pelaku usaha perikanan budi daya  dengan memberikan pendampingan dan pelatihan yang diperlukan oleh pembudi daya  yaitu pelatihan mengenai pengendalian hama dan penyakit, teknis pembesaran di KJA sesuai standar, cara budi daya  yang baik, pelatihan seleksi benih, dan pelatihan pemasaran. Title: Community Perception to Marine Culture Activity in Buleleng Regency, Bali ProvinceCommunity perceptions about the cultivation of fisheries are very important in the development of aquaculture business. This is due to the development of aquaculture requires community participation as the main factor to successful cultivation of fisheries. The purpose of this study was to determine the perceptions of aquaculture farmers on floating net cage cultivation activities in Buleleng Regency. This research was conducted in Buleleng Regency, Bali Province during 2017 using survey methods with qualitative and quantitative approaches (mix method). Primary data was collected through interviews, observation, and documentation. While secondary data was collected from literature studies and scientific publications, annual reports, statistical data of Buleleng Regency such as regency in figures and other publications. Interviews were conducted purposively to informants using a structure questionnaire including community perceptions. Data analysis used descriptive statistics. The results of this study shows that the cultivation of floating net cages in Buleleng Regency, namely cultivation of grouper aquaculture and an alternative livelihood that promises benefits. Public perceptions of cultural activities in general, which are carried out in a fairly good manner and provide benefits. The government is expected to pay attention to aquaculture fisheries entrepreneurs by providing assistance and training needed by farmers, namely training on pest and disease control, technical enlargement in floating net cages according to standards, good cultivation practices, seed selection training, and marketing training

    Kinerja Rantai Pasok dan Manajemen Logistik Komoditas Udang di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat

    Get PDF
    Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi budi daya udang yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja rantai pasok dan manajemen logistik komoditas udang di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Survei dilakukan pada bulan April—Juni 2019. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada pembudi daya udang, pengumpul, dan pedagang besar, kemudian data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok komoditas udang di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dapat dilihat dengan 2 (dua) indikator, yaitu efektivitas dan efisiensi. Indikator efektivitas menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok udang di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan dari sisi produksi sekitar 18,45%. Hal ini menunjukkan pasokan udang di Kabupaten Indramayu dapat  memenuhi permintaan UPI udang yang ada di Jawa Barat. Pasokan udang di Indramayu sebagian besar didistribusikan ke wilayah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan sekitarnya. Indikator efisiensi dilihat dari disparitas harga antar waktu dan margin harga. Disparitas harga terbesar terjadi pada ukuran udang S100, yaitu sebesar 6%, disparitas harga terkecil terjadi pada udang dengan ukuran S70, yaitu sebesar 3%. Margin harga yang terjadi pada setiap simpul dalam rantai pasok udang. Margin harga untuk ukuran udang S170 pada pedagang kecil 3% dan pengecer 22%. Pada ukuran udang S100, margin harga yang terjadi adalah pedagang kecil 4,3% dan pedagang besar 2%. Selain itu, biaya distribusi komoditas udang yang dikeluarkan masih tinggi sehingga perlu perbaikan dalam sistem manajemen rantai pasok komoditas udang melalui perbaikan sarana prasarana produksi, distribusi, dan penyimpanan yang dilakukan secara terintegrasi untuk menghasilkan jaminan komoditas udang secara efektif dan efisien.Title: Supply Chain Performance and Logistic Management of Shirmp in Indramayu District, West JavaIndramayu Regency is one of the regencies that has large enough cultivation potential. This study aimed to analyze the supply chain performance and logistics management of shrimp commodities in Indramayu Regency, West Java. The survey was conducted from April to June 2019. Primary data collection was conducted through interviews with shrimp farmers, middlemen, and wholesalers using a questionnaire, and the data were analyzed using a descriptive method. The results showed that the supply chain performance of shrimp commodities in Indramayu Regency, West Java, can be seen with 2 (two) indicators, namely effectiveness and efficiency. The effectiveness indicator show that the performance of the shrimp supply chain in West Java Province has increased from the production side around 18.45%. This is show that shrimp supply in Indramayu Regency can meet the demand for shrimp UPI in West Java. Most of the shrimp supply in Indramayu distribute to DKI Jakarta, East Java, and surrounding areas. Efficiency indicator showed from the price disparity over time and the price margin. The highest price disparity occurs in the size of shrimp S100, which is 6%, the lowest price disparity occurs in shrimp with size S70, which is 3%. The price margin occurred at each node in the shrimp supply chain. Price margin for shrimp size S170 is 3% for small traders and 22% for retailers. At S100 shrimp size, the price margin occurred is 4.3% for small traders and 2% for wholesalers. On the other hand, the distribution costs of shrimp commodities are still high. Therefore, it is necessary to improve the shrimp commodity of supply chain management system by production, distribution, and storage facilities that are carried out in an integrated manner to produce a guarantee of shrimp commodities effectively and efficiently

    SISTEM DISTRIBUSI UDANG VANAME DI KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Sistem distribusi memberikan pengaruh terhadap ketersediaan udang vannamei di pasar lokal Kabupaten Banyuwangi, tetapi belum didukung oleh sistem informasi distribusi udang vaname tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan profil budi daya udang vaname di Kabupaten Banyuwangi dan menganalisis sistem distribusi udang vaname. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode survei di Kabupaten Banyuwangi yang dilakukan pada bulan April 2019. Data primer diambil dengan menggunakan teknik wawancara dan diskusi dengan 40 responden yang bekerja sebagai pembudi daya udang tradisional, semi intensif dan intensif, pedagang pengumpul, supplier atau pemasok, unit pengolahan ikan (UPI), jasa logistik, pegawai Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, serta asosiasi Shrimp Club Indonesia di Banyuwangi (SCI). Data sekunder diperoleh melalui studi literatur. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menggambarkan temuan-temuan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) petambak udang vaname di Kabupaten Banyuwangi memiliki kapasitas usaha dan kondisi budi daya yang berbeda-beda tergantung pada luasan lahan yang dimiliki, 2) pemasaran udang vaname di Kabupaten Banyuwangi melalui dua sistem, yaitu dari pembudi daya menjual ke supplier untuk dijual ke cold storage di Banyuwangi dan Surabaya. Udang vaname dari pembudi daya dijual ke pedagang pengepul untuk dijual ke pasar lokal di wilayah Banyuwangi, Bali, dan Situbondo. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberi dukungan akses informasi serta perbaikan sarana dan prasarana dari pemerintah sehingga arus distribusi udang vaname dapat berjalan lancar, efektif, dan efisienTittle: Distribution System of Vannamei Shrimp in Banyuwangi Regency, East Java ProvinceThe distribution system influences the availability of vannamei shrimp in local market of Banyuwangi Regency. However, there is less information on shrimp stock availability. This study aimed to describe the profile of vannamei shrimp farming and to analyze its distribution system in Banyuwangi Regency. The study used qualitative approach with a survey method in Banyuwangi Regency during April 2019. The primary data were collected through interview and discussion with 40 respondents of traditional shrimp farmers, semi-intensive and intensive farming methods, collectors, suppliers, fish processing plant, logistic services, government officers, and Indonesian Shrimp Club associations (SCI). Secondary data were collected through literature studies. Data were analyzed with descriptive qualitative to illustrate research findings. The findings showed that; 1) vannamei shrimp farmers in Banyuwangi Regency differ in business capacity and farming condition depending on the farm size, 2) vannamei shrimp in Banyuwangi were marketed in two systems; first, direct selling from the farmers to suppliers for cold storage in Banyuwangi and Surabaya; second, sales from the farmers to collectors for local markets in Banyuwangi, Bali and Situbondo. Therefore, government need to provide information access and infrastructure to support the ease, effectivity and efficiency of vannamei shrimp distribution

    RANTAI PASOK DAN SISTEM LOGISTIK UDANG VANAME DI KABUPATEN PINRANG, PROVINSI SULAWESI SELATAN

    Get PDF
    Udang vaname merupakan salah satu komoditas unggulan budi daya di Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Pinrang. Secara umum, jenis udang yang dibudidayakan adalah  udang windu, vaname, udang putih, dan lainnya tersebut, mengalami penurunan produksi dari tahun 2014 sampai tahun 2016 sebesar 4,7%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rantai pasok  udang vaname, dan mengidentifikasi logistik udang vaname di Kabupaten Pinrang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem rantai pasok komoditas udang vaname di Kabupaten Pinrang memiliki tiga tipe rantai pasok, yaitu tipe 1: pembudi daya udang skala tradisional – pedagang kecil – pengecer – pasar; tipe 2: pembudi daya udang skala semi intensif – pedagang kecil – pedagang besar – Unit Pengolahan Ikan (UPI); tipe 3: pembudi daya intensif – pedagang besar– UPI. Ketiga rantai pasok tersebut memiliki nilai farmer share 80%, 94%, dan 90%, dan dikategorikan sebagai rantai pasok  yang efisien. Namun demikian, rantai pasok tipe 1 memiliki margin pemasaran terbesar dibanding rantai pasok lainnya. Pada sistem logistik komoditas, biaya distribusi udang vaname masih tinggi karena ketersediaan pasokan yang terbatas dan belum optimalnya sarana prasarana logistik seperti infrastruktur, alat transportasi yang menyebabkan tingginya biaya distribusi udang di Kabupaten  Pinrang. Oleh karena itu, penerapan manajemen sistem rantai pasok pada kegiatan produksi,  pemasaran, penanganan pascapanen, transportasi dilakukan secara integrasi, sehingga dapat menjamin kelancaran komoditas udang secara efektif dan efisien yang tercermin dari biaya logistik yang rendah, tepat waktu, dan kualitas udang yang bagus. Title: Supply Chain and Logistic System of Vannamei Shrimp  in Pinrang Regency, South Sulawesi ProvinceVannamei shrimp is one of main commodities in South Sulawesi Province, especially in Pinrang Regency. In general, the cultured species which are black tiger, vannamei, white shrimp, and other shrimps, have been decreased in production by 4.7% during 2014 to 2016. The research aimed to analyze the supply chain and logistic system of vannamei shrimp in Pinrang Regency. The research found there were 3 (three) types of vannamei supply chain in Pinrang; type 1: traditional shrimp farmer – middleman – retailer – traditional market; type 2: semi intensive shrimp farmer – small trader – supplier – fish processing unit (UPI); type 3: intensive shrimp farmer – supplier – fish processing unit (UPI). The farmer shares of each supply chain respectively were 80%, 94%, and 90%. These number indicated that the supply chains were efficient. However, type 1 had the biggest margin compared with the other types. On the other hand, the distribution cost of vannamei shrimp in Pinrang Regency were relatively high due to its limited supply, infrastructure and transportation. Therefore, there should be integrated management of supply chain in production, marketing, postharvest handling, and transportation to ensure the effectivity and efficiency of shrimp distribution. This improvement could be reflected in the low cost of logistic, precise delivery time, and good quality of the shrimp product

    Studi Komparasi Analisa Nilai Tambah Antara Usaha Pemindangan Dan Usaha Pengasapan Ikan Di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

    Get PDF
    Kabupaten Banyuwangi dengan hasil lautnya yang sangat melimpah masih memiliki berbagai macam permasalahan yang berdampak pada penurunan nilai produk diantaranya nilai tambah yang rendah. Berkaitan dengan rendahnya nilai tambah dan mutu hasil produk perikanan di Kabupaten Banyuwangi, perlu dilakukan upaya penanganan hasil produksi melalui diversifikasi produk dengan pengolahan lebih lanjut salah satunya dengan pemindangan dan pengasapan ikan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Genteng yang terdapat pengusaha pemindangan dan pengasapan ikan. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis karakteristik home industry pemindangan dan pengasapan ikan, 2) nilai tambah yang dihasilkan, 3) analisa efisiensi usaha, serta 4) prospek usaha pemindangan dan pengasapan ikan di Kecamatan Genteng dengan melihat peluang usaha, kendala dan alternatif yang diberikan. Penelitian dilakukan mulai tanggal 1 Mei sampai 10 Mei 2013 dengan teknik pengambilan sampel secara sensus terhadap 5 populasi pengusaha pemindangan dan 1 pengusaha pengasapan. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan pemberian kuisioner. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Usaha pemindangan dan pengasapan ikan di Kecamatan Genteng masih bersifat tradisional dengan peralatan sederhana yang biasa dijumpai pada rumah tangga. Pemasaran yang mampu menjangkau dan memenuhi pasar lokal di wilayah Kecamatan Genteng memberikan keuntungan tersendiri. Jika dibandingkan dengan usaha pengasapan yang hanya ada satu orang memberikan ruang dan keuntungan secara maksimal karena tidak ada usaha yang serupa. Namun, dengan jumlah penduduk yang besar serta besarnya kapasitas Pasar Genteng yang menjadi tujuan konsumen dari berbagai daerah di luar Kecamatan Genteng sehingga pengusaha pemindangan maupun pengasapan ikan di Kecamatan Genteng tidak memiliki kendala dalam hal pemasaran. Usaha pengasapan ikan memberikan nilai tambah yang lebih besar daripada usaha pemindangan. Nilai tambah pada pengolahan ikan asap sebesar Rp 4524,96 per kilogram bahan baku menunjukkan bahwa nilai produk pada usaha pengasapan ikan lebih baik daripada usaha pemindangan. Selain itu, jika dilihat dari distribusi marjin yang dihasilkan, pada usaha pengasapan memberikan share keuntungan pemilik usaha yang lebih besar daripada usaha pemindangan yaitu sebesar 56,66 % per produksi. Hasil analisa jangka pendek pada usaha pengasapan ikan menghasilkan keuntungan yang lebih besar daripada usaha pemindangan. Hasil perhitungan R/C Ratio per tahun juga menunjukkan bahwa usaha pengasapan memberikan nilai sebesar 1,22 per tahun sedangkan R/C Ratio pada usaha pemindangan sebesar 1,14 per tahun. Hasil nilai rentabilitas usaha menunjukkan bahwa baik usaha pengasapan maupun pemindangan menguntungkan untuk dijalankan. Hal ini terlihat dari rentabilitas usaha pengasapan sebesar 22,35 per tahun dan pada usaha pemindangan rentabilitas rata-rata sebesar 14,19. Nilai rentabilitas usaha pengasapan dan pemindangan tersebut lebih besar daripada BI rate yaitu acuan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan selama satu tahun pada bank maupun lembaga keuangan yang ditetapkan Bank Indonesia untuk tahun 2014 sebesar 7,5 % per tahun. Prospek usaha ditinjau dari ketersediaan bahan baku, usaha pemindangan dan pengasapan sangat menguntungkan. Hal ini didukung dengan produksi perikanan laut Kabupaten Banyuwangi yang mencapai 40.425,84 ton pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 44.469,39 ton pada tahun 2012. Selain itu dari aspek produksi, usaha pemindangan dan pengasapan ikan tidak mengalami kendala dikarenakan proses produksi yang sederhana sehingga dapat dengan mudah dilakukan oleh siapapun. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada usaha pengasapan dan pemindangan tidak terlalu mahal sehingga dapat menghemat biaya pengeluaran. Namun, secara keseluruhan, usaha pengasapan ikan lebih prospektif daripada usaha pemindangan mengingat jumlah persaingan usaha sejenis tidak ada karena hanya ada satu pengusaha pengasapan ikan dengan jumlah konsumen yang banyak dan area pemasaran yang luas mengingat Kecamatan Genteng sebagai sentra perdagangan di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah bagi peneliti yang a kan melanjutkan penelitian ini, diharapkan melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai aspek lain yang mendukung kelayakan usaha pemindangan dan pengasapan ikan terutama aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, aspek lingkungan, aspek hukum, serta aspek finansial jangka panjang. Bagi pengusaha pemindangan dan pengaspan ikan hendaknya lebih memperhatikan aspek sanitasi dan higiene produk karena mempengaruhi kualitas produk, serta melakukan pembukuan usaha sehingga kelayakan usaha secara administratif dapat terwujud. Bagi pemerintah hendaknya dapat memberikan pendampingan usaha serta akses informas

    Global Prevalence and Potential Influencing Factors of COVID-19 Vaccination Hesitancy : A Meta-Analysis

    Get PDF
    Countries worldwide have deployed mass COVID-19 vaccination drives, but there are people who are hesitant to receive the vaccine. Studies assessing the factors associated with COVID-19 vaccination hesitancy are inconclusive. This study aimed to assess the global prevalence of COVID-19 vaccination hesitancy and determine the potential factors associated with such hesitancy. We performed an organized search for relevant articles in PubMed, Scopus, and Web of Science. Extraction of the required information was performed for each study. A single-arm meta-analysis was performed to determine the global prevalence of COVID-19 vaccination hesitancy; the potential factors related to vaccine hesitancy were analyzed using a Z-test. A total of 56 articles were included in our analysis. We found that the global prevalence of COVID-19 vaccination hesitancy was 25%. Being a woman, being a 50-year-old or younger, being single, being unemployed, living in a household with five or more individuals, having an educational attainment lower than an undergraduate degree, having a non-healthcare-related job and considering COVID-19 vaccines to be unsafe were associated with a higher risk of vaccination hesitancy. In contrast, living with children at home, maintaining physical distancing norms, having ever tested for COVID-19, and having a history of influenza vaccination in the past few years were associated with a lower risk of hesitancy to COVID-19 vaccination. Our study provides valuable information on COVID-19 vaccination hesitancy, and we recommend special interventions in the sub-populations with increased risk to reduce COVID-19 vaccine hesitancy
    corecore