14 research outputs found
Selecting Fish Combination of Polyculture to Reduce Periphyton Abundance in Floating Net Cage in Cirata Reservoir, West Java, Indonesia
Being a considerable potential area for aquaculture activities in the form of floating net cage, reservoir has taken on issues due to its characteristics as a common property with an open access. The problems have led to the vast growing and uncontrolled number of the net cages; one of which occurs in Cirata Reservoir. The objective of this research was to find the best combination of fishes in polyculture at Floating net cage in order to reduce periphyton abundance and to increase aquaculture productivity in Cirata Reservoir. The research has been conducted from February to March 2015. The research method used completely randomized design with three treatments and three replications. The treatments consist of fish combination of tilapia with silver barb, carp with silver barb, and black pacu with silver barb which were cultured for five weeks in floating net cage size (1 x 1 x 1) m3. The individual fish weight were approximately 10 g for tilapia, carp and silver barb, and approximately 4 g for black pacu. stocking density were 80 fishes per unit cage (40 fishes for each species) . The combination of black pacu and silver barb produced highest productivity of 459.77 gr / m3 or 82 % during five weeks. Meanwhile, combination of carp and silver barb gave lowest periphyton abundance of 28 345 cells / cm2. It can be concluded that black pacu and silver barb is the best combination due to growth rate and aquaculture productivity but not in periphyton abundance.Keywords: Polyculture, Cirata reservoir, Cageculture
Aktivitas Antioksidan Dan Antibakteri Ekstrak Jeroan Teripang Holothuria Atra Dari Perairan Pulau Biawak Kabupaten Indramayu
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada jeroan teripang Holothuria atra dan potensinya sebagai antioksidan dan antibakteri. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 s/d Mei 2015 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental di laboratorium yang terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama ekstraksi dengan metode maserasi dan identifikasi metabolit sekunder dilanjutkan tahap kedua uji antioksidan menggunakan metode DPPH dan uji antibakteri menggunakan metode difusi agar. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ekstrak jeroan teripang H.atra memiliki nilai rendemen 4,177% dan mengandung senyawa alkaloid, triterpenoid dan saponin. Nilai IC50 ekstrak jeroan teripang H.atra 126,19 ppm termasuk antioksidan kategori sedang dan diameter zona hambat ekstrak jeroan teripang H.atra 7,79 mm pada konsentrasi 10.000 ppm sehingga termasuk antibakteri kategori sedang
Penambahan Telur Ikan Nilem Terhadap Tingkat Kesukaan Produk Olahan Stick
Penelitian mengenai Penambahan Telur Ikan Nilem Terhadap Tingkat Kesukaan Produk Olahan Stick ini bertujuan untuk mengetahui persentase konsentrasi penambahan telur ikan nilem pada Stick yang paling disukai panelis. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret sampai April 2016 di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Jasa Uji Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan lima perlakuan yaitu penambahan telur ikan nilem 0%, 10%, 15%, 20% dan 25% dengan 20 panelis semi terlatih sebagai ulangan. Parameter yang diamati adalah Uji Organoleptik meliputi kenampakan, aroma, rasa, tekstur dan Uji kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak untuk perlakuan kontrol dan stick yang paling disukai). Berdasarkan hasil penelitian terhadap Uji Hedonik menunjukkan bahwa penambahan telur ikan nilem pada semua perlakuan disukai panelis, akan tetapi perlakuan penambahan telur ikan nilem 15% menghasilkan stick yang lebih disukai dibanding perlakuan lainnya dengan nilai rata-rata hedonik terhadap kenampakan 7,2, aroma 7,1, tekstur 7,2, rasa 6,2, nilai kadar air 4,27%, kadar abu 2,19%, kadar lemak 37,66%, dan kadar protein 12,72%
Pengaruh Metode Rendering terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Organoleptik Ekstrak Kasar Minyak Ikan Lele
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran dan Laboratorium Kimia Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran pada bulan Juni sampai Agustus 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode ekstraksi rendering terbaik pada minyak ikan lele berdasarkan karakteristik fisik, kimia dan organoleptikMetode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif eksperimental, dengan membandingkan metode ekstraksi Wet Rendering dan Dry Rendering. Pengamatan yang dilakukan terhadap karakteristik fisik adalah viskositas, karakteristik kimia meliputi angka asam dan bilangan peroksida serta karakteristik organoleptik meliputi kekeruhan, warna dan bau. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi rendering terbaik untuk minyak ikan lele adalah metode Wet Rendering dengan angka asam sebesar 0.95 mgKOH/g, bilangan peroksida 1.08 meq/kg dan mendapatkan rata-rata skor tertinggi dari 20 panelis pada pengujian organoleptic yang meliputi parameter kekeruhan, bau dan warna
Penambahan Tepung Karaginan terhadap Tingkat Kesukaan Bakso Ikan Manyung
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat penambahan tepung karaginan terhadap jumlah daging ikan manyung untuk menghasilkan produk bakso yang paling disukai. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran dan di Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor pada bulan Mei sampai bulan Juni 2016. Metode yang digunakan adalah eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan penambahan karaginan terhadap jumlah daging ikan manyung (b/b) dan 20 orang panelis sebagai ulangannya. Keenam perlakuan tersebut yaitu 0,0%, 0,5%, 1,0%, 1,5%, 2,0%, 2,5%. Parameter yang diamati adalah tingkat kesukaan berdasarkan karakteristik organoleptik yang meliputi kenampakkan, aroma, tekstur dan rasa. Analisis yang digunakan adalah analisis nonparametrik Friedman, kemudian dilanjut dengan uji perbandingan berganda (Multiple comparison) jika terdapat perbedaan antar perlakuan. Pengambilan keputusan terbaik dilakukan menggunakan metode Bayes. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa bakso ikan manyung dengan perlakuan penambahan tepung karaginan sebesar 1% dari bobot daging merupakan perlakuan yang paling disukai dibandingkan perlakuan lainnya
Karakterisasi Kimiawi dan Organoleptik Pempek dengan Penambahan Tepung Tulang Ikan Mas Asal Waduk Cirata
Penelitian mengenai karakterisasi kimiawi dan organoleptik pempek dengan penambahan tepung tulang ikan mas bertujuan untuk mengetahui jumlah tepung tulang ikan pada produk pempek yang paling disukai panelis. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan Agustus sampai Nopember 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan lima perlakuan yaitu penambahan tepung tulang ikan mas sebanyak 0, 5, 10, 15 dan 20% pada pempek. Parameter yang diamati adalah rendemen, karakteristik kimiawi (kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu) tepung tulang ikan, dan karakteristik organoleptik (kenampakan, aroma, tekstur dan rasa) pempek berdasarkan tingkat kesukaan menggunakan skala hedonik serta kadar kalsium pempek dari perlakuan paling disukai. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tepung tulang ikan mas menghasilkan rendemen 30%, karakteristik kimiawinya meliputi kadar air 10,56% kadar protein 12, 11%; kadar lemak 4, 07% dan kadar abu 2,5%. Karakteristik organoleptik terhadap kenampakan, aroma, tekstur dan rasa pempek pada dengan penambahan tepung tulang ikan mas hinga 15% masih disukai panelis. Kriteria rasa memiliki nilai terbesar dibandingkan kenampakan, aroma dan tekstur berdasarkan uji Bayes. Kadar kalsium pada pempek dengan penambahan 10% tepung tulang ikan mas adalah 0, 65 % jika dibandingkan dengan kontrol sebesar 0,18%
Characterization of Bacillus Megaterium and Bacillus Mycoides Bacteria as Probiotic Bacteria in Fish and Shrimp Feed
This study was designed to identify probiotic characteristics and test the cellulolytic ability of Bacillus megaterium and Bacillus mycoides bacteria for probiotic microbe candidates in fish and shrimp feed. The identification of the cellulolytic and amylolytic abilities of these bacteria was obtained by non-experimental method and descriptive analysis. Results indicated that the maximum growth of B. megaterium was observed after six hours at 35.62 x 1010 (CFU), while B. mycoides was after 30 hours at 42.6 x 1010 (CFU). Macroscopic observation showed that the colony of B. megaterium was concave and smooth, while B. mycoides was flat, relatively rough, with silken threads around the colony. Both bacteria had a milky white color, bacillus shape, Gram positive, and sporous. The activity of cellulose and amylase enzymes in B. megaterium were 3,974 units/ml and 1,831 units/ml respectively. The activity of cellulose and amylase enzymes in B. mycoides were 3,506 units/ml and 3,730 units/ml respectively. This study concludes that both bacteria could be used in fish feed.
Keywords: Characterization, Bacillus megaterium, Bacillus mycoides, probiotic microbes, feed