5 research outputs found

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP RASA INGIN TAHU DAN TELITI PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

    Get PDF
    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu dan teliti melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran tematik, tema selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Banyuresmi Kabupaten Bandung Barat dan dilatar belakangi keadaan siswa yang kurang menunjukkan sikap rasa ingin tahu dan teliti didalam pembelajaran karena guru sering menggunakan metode ceramah dan belum melaksanakan model pembelajaran inkiri terbimbing. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan sistem siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan pada setiap siklusnya menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang terdiri dari 5 tahap, yaitu merumuskan masalah, merumuskan jawaban sementara, menguji jawaban tentative, menarik kesimpulan, serta menerapkan kesimpulan dan generalisasi. Teknik evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes untuk mengetahui hasil belajar siswa dan teknik non tes untuk mengetahui aktivitas inkuiri terbimbing siswa dan kemampuan dalam sikap rasa ingin tahu dan teliti siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata sikap rasa ingin tahu 2.52/kategori sedang (siklus I) menjadi 3,32/kategori baik (siklus II) dan teliti dari kategori cukup (siklus I) menjadi 2,75/kategori sedang menjadi 3,28/kategori baik (siklus II). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkat kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu dan teliti pada pembelajaran tematik tema selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi pada kegiatan pembelajaran 1 dan 2 di kelas IV SDN Banyuresmi Kabupaten Bandung Barat. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadikan salah satu model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran Tematik. Kata kunci: Inkuri terbimbing, rasa ingin tahu, teliti MODEL APPLICATION FOR GROWING GUIDED INQUIRY LEARNING ATTITUDE AND TASTE LIKE TO KNOW CAREFULLY LEARNING ON THEMATIC (Classroom Action Research on Energy Frugality Always Theme, Subtheme Various Kinds of Energy Sources in Class IV Semester 1 SDN Banyuresmi West Bandung regency) Ade Rizki Syahrul Nuriman 105060157 ABSTRACT This research aims to improve students' skills in the attitude of curiosity and carefully through guided inquiry learning model on thematic learning, always save energy sub-theme theme various energy sources. The research was conducted in the fourth grade SDN Banyuresmi West Bandung Regency and background of the students state that fails to demonstrate an attitude of curiosity and meticulous in learning because teachers often use the lecture method and not implement guided inquiry learning model. This study uses Classroom Action Research (CAR) using a system consisting of a cycle of planning, implementation, observation, analysis and reflection. This study was conducted in two cycles with each cycle to implement guided inquiry learning model that consists of 5 stages, namely the formulation of the problem, formulate a response while, testing tentative answers, draw conclusions, and apply the conclusions and generalizations. Evaluation techniques used in this study is a test technique to determine student learning outcomes and non-test techniques to determine the guided inquiry activities of students and the ability of the attitude of curiosity and conscientious student. The results showed an increase in the average value of the attitude of curiosity 2:52 / medium category (first cycle) to 3.32 / category either (cycle II) and conscientious enough category (first cycle) to 2.75 / medium category into 3 , 28 / categories either (cycle II). This suggests that the use of guided inquiry learning model can increase the ability of students in the attitude of curiosity and meticulous in learning thematic sub-theme theme always save energy all kinds of energy sources on learning activities 1 and 2 in class IV SDN Banyuresmi West Bandung regency. Thus, the use of guided inquiry learning model can be used as one of the learning model to be applied to the Thematic learning. Keywords: guided inquiry, curiosity, meticulous BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki pengaruh yang dinamis dalam kehidupan siswa dimasa depan nanti. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki siswa secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan dan karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosial budayanya. Dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pembelajaran dalam definisi pendidikan di atas adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar seperti tertuang dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 20 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Proses pendidikan ini pada dasarnya merupakan interaksi fungsional antar berbagai komponen pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia No. 20 Tahun 2003 untuk Berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tetapi pada kenyataannya pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam persoalan. Persoalan itu memang tidak akan pernah selesai, karena substansi yang ditransformasikan selama proses pendidikan dan pembelajaran selalu berada di bawah tekanan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemajuan masyarakat. Salah satu persoalan pendidikan kita yang masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang silih berganti dan terlalu membebani anak tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut mesti dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang memahami jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, mampu bersaing di dunia internasional. Kurikulum sifatnya dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban suatu bangsa, maka semakin berat pula tantangan yang dihadapinya. Persaingan ilmu pengetahuan semakin gencar dilakukan oleh dunia internasional, sehingga Indonesia juga dituntut untuk dapat bersaing secara global demi mengangkat martabat bangsa. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan yang akan menimpa dunia pendidikan kita, ketegasan kurikulum dan implementasinya sangat dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan yang jauh tertinggal dengan negara-negara maju di dunia. Kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang ditempuh atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah. Di samping itu juga, kurikulum diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan. Rencana pelajaran merupakan salah satu komponen dalam asas-asas yang harus dikuasai. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P Tahun 2013 memutuskan dan menetapkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dengan pasal sebagai berikut: Pasal 1 Kerangka Dasar Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah merupakan landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis yang berfungsi sebagai acuan pengembangan Struktur Kurikulum pada tingkat nasional dan pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah serta pedoman pengembangan kurikulum pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Dengan ini dapat disimpulkan, bahwa kurikulum merupakan landasan atau pedoman bagi seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik atau pembimbing bagi siswa ke arah tujuan yang diingankan sehingga adanya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bisa menjadikan Insan Kamil. Banyak wacana yang berkembang tentang kurikulum 2013 ini. Ada berbagai persepsi dan kritik yang berkembang dan perlu dihargai sebagai bagian dari proses pematangan kurikulum yang sedang disusun. Selama era reformasi, ini adalah ketiga kalinya kurikulum ditelaah dan dikembangkan dalam skala nasional setelah rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan pembelajaran tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong siswa mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan, mempresentasikan, apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Sesuai dengan inti dari kurikulum 2013, ada pada upaya penyederhanaan, dan pembelajaran tematik-integratif. Maka peneliti mendefiniskan pengertian dari pembelajaran tematik yaitu, pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan pembelajaran tematik diharapkan akan memberikan banyak keuntungan di antaranya: pertama, siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu. Kedua, siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. Ketiga, kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. Keempat, siswa merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, siswa mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata. Kelima, guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran. Yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selabihnya dapat digunakan untuk kegiatan remidial, pemantapan, atau pengayaan. Menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2010:10) mengartikan bahwa, Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Di samping penggunaan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan kurangnya keterlibatan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung,pembelajaran pun lebih bersifat teacher-centerd guru hanya menyampaikan pembelajaran tematik sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif. Pembelajaran seperti itu akan menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep yang mereka peroleh. Akibatnya dalam menghadapi tantangan dunia luar atau terjun langsung kemasyarakat maupun dunia kerja mereka hanya menonjolkan pengetahuan atau konsep tetapi mereka tidak mengetahuai proses dan bagaimana harus bersikap yang seharusnya diperlihatkan dari konsep tersebut. Dengan demikian, seorang guru perlu menerapkan sebuah model yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam menyelesaikan masalah, keterampilan mengambil keputusan, keterampilan dalam menganalisis data, berpikir secara logis dan sistematis. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk menemukan konsepnya sendiri adalah dengan model inkuiri terbimbing (guided inquiry). Model pembelajaran Inquiry (inkuiri) terbimbing merupakan posisi guru membimbing siswa dengan melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Sehingga model pembelajaran inqury terbimbing ini cocok digunakan dalam pembelajaran tematik, dimana siswa terlibat langsung dengan objek yang dipelajarinya. Pembelajaran inkuiri yang melibatkan keakifan siswa, siswa didorong untuk belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri. Dilhat dari kemampuan siswa, khususnya dalam pokok bahasan keberagaman budaya bangsaku. Hasil yang diperoleh masih banyak yang belum mencapai nilai ketuntasan, mungkin karena salah satu faktor guru yang tidak sempat mempersiapkan media pembelajaran. Sehingga siswa menjadi kurang paham dan belajarnya menjadi monoton. Berdasarkan pernyataan dan latar belakang masalah di atas, maka betapa pentingnya suatu model pembelajaran diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran tematik khususnya pada subtema macam-macam sumber energi di kelas IV. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Menumbuhkan Sikap Rasa Ingin Tahu Dan Teliti pada Subtema Macam-Macam Sumber Energi”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Masih rendahnya kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Banyuresmi Kabupaten Bandung Barat terutama pada pembelajaran tematik khususnya pada subtema Macam-Macam Sumber Energi. 2. Pola pengajaran masih berpusat pada guru dari pada berpusat pada siswa, pembelajarannya lebih bersifat teacher-centerd guru hanya menyampaikan pembelajaran tematik sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual. 3. Siswa cenderung monoton karena hanya bertindak sebagai pendengar setia dan pemerhati apa yang diterangkan oleh guru. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah penerapan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan teliti pada siswa di Kelas IV SD Negeri Banyuresmi Kabupaten Bandung Barat? Rumusan masalah umum tersebut dapat dijabarkan secara khusus yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan penerapan model Inkuiri terbimbing untuk menumbuhkan sikap rasa ingin tahu dan teliti subtema macam-macam sumber energi pada siswa kelas IV SD Negeri Banyuresmi Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk menumbuhkan sikap rasa ingin tahu dan teliti subtema macam-macam sumber energi pada siswa kelas IV SD Negeri Banyuresmi Kabupaten Bandung Barat? 3. Adakah peningkatan kemampuan siswa dalam rasa ingin tahu dan teliti, subtema macam-macam sumber energi melalui penerapan model inkuiri terbimbing pada siswa kelas IV SD Negeri Banyuresmi Kabupaten Bandung Barat? D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perencanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk mnumbuhkan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu dan teliti subtema macam-macam sumber energi pada siswa kelas IV SD Negeri Banyuresmi Kabupaten Bandung Barat? 2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model inkuiri terbimbing untuk menumbuhkan sikap rasa ingin tahu dan teliti subtema macam-macam sumber energi pada siswa kelas IV SD Negeri Banyuresmi Kabupaten Bandung Barat? 3. Mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam sikap rasa ingin tahu dan teliti, subtema macam-macam sumber energi melalui penerapan model pembelajaran inquiry terbimbing pada siswa kelas IV SD Negeri Banyuresmi Kabupaten Bandung Barat? E. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya Penelitian Tindakan Kelas diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi beberapa pihak penelitian ini meliputi manfaat teoretis. 1. Manfaat secara teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan pengetahuan keilmuan dalam dunia pendidikan bagi guru Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran tematik di kelas IV semester 1. 2. Manfaat secara praktis Secara ptaktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tematik. Pada dasarnya penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk berbagai pihak antara lain sebagai berikut: a. Guru Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan acuan guru dalam meningkatkan pemahaman konsep-konsep yang sulit dipahami oleh siswa. b. Siswa Dapat meningkatkan berpikir secara sistematis dan menambah ilmu pengetahuan siswa terhadap materi pembelajaran tematik sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa. c. Sekolah Untuk dijadikan bahan perpustakaan di sekolah, dapat dijadikan sebagai acuan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah serta membantu sekolah menjadi lebih berkembang. d. Peneliti Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa, juga membuat siswa menjadi lebih aktif berpendapat dalam proses pembelajaran. F. Definisi Operasional 1. Model Inkuiri Terbimbing Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus. a. Jujur terhadap data. b. Rasa ingin tahu yang tinggi. c. Terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, ulet dan tidak cepat putus asa. d. Kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris. e. Dapat bekerja sama dengan orang lain. 2. Rasa Ingin Tahu Rasa keingintahuan adalah dimana kita berhasrat ingin mengetahui suatu hal. Dalam kamus bahasa Indonesia, ingin memiliki arti hendak, mau, dan berhasrat. Rasa ingin tahu adalah perasaan alamiah dari kita lahir. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia rasa ingin tahu bermakna Rasa ingin tahu ialah perasaan atau sikap yang kuat untuk mengetahui sesuatu dorongan kuat untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu. Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (19853134) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain: Sikap ingin tahu apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya, maka ia beruasaha mengetahuinya senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen. 3.Sikap Teliti Teliti diartikan dengan cemat, seksama, dan hati-hati, sedangkan cermat diartikan dengan seksama, teliti, berhati-hati dalam mengerjakan sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia teliti bermakna cermat; saksama: ia mengamat-amatinya dng ~; ia kurang ~ memeriksanya; hati-hati. BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran Model pembelajaran menurut Soekamto, dkk. (2000) adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. http://andriani-jafar.blogspot.com/2012/03/definisi-strategi-pembelajaran-metode.html (di akses tanggal 27 agustus 2014) Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari dari pada strategi, metode, atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yaitu : 1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh pendidik. 2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3) Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal. 4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Model pembelajaran dapat di definisikan sebagai s

    PROTOTYPE APPLICATION OF CROWD DETECTION SYSTEM FOR TRADITIONAL MARKET VISITOR BASED ON IOT USING RFID MFRC522

    Get PDF
    Crowds of people are the government's concern in dealing with the COVID-19 pandemic because the virus transfers unwittingly from one person to another and transmits it to the closest environment. One of the locations where crowds are difficult to avoid is a traditional market and is thought to be one of the places that have the potential to become the center of the spread of COVID-19. Various efforts made by the government in suppressing crowds have yielded results, but not a few violations that occur are carried out intentionally or unintentionally, one of the efforts to prevent crowd violations is the traditional market visitor detection monitoring system by market management so that market visitors do not violate health protocols and crowds that occur in an area can be avoided. In this study, an IoT-based crowd detection system application prototype uses an RFID sensor MFRC522 as a crowd indicator based on data on the number of visitors entering a kiosk that is recorded in the database and then displayed on the application, this data becomes an indicator of which kiosk other visitors want to go to so that the crowd can be avoided. System functionality testing was carried out with 4 scenarios and system reliability testing through data transmission was carried out 10 times with test data in the form of kiosk id and visitor id sent via a single Transmission Control Protocol (TCP) with a full-duplex communication channel. The test results show that crowd indications can be detected in the application with data transmission speeds reaching 875 KB/s with an average delay of 231.4 ms and a standard deviation of 215 ± 313 ms

    Design and Build an Assessment Platform by Inserting Moodle-Based Cryptographic Methods

    Get PDF
    The use of digital platforms in the learning process is increasing, especially in the context of assessment activities. In this context, it is essential to realize that digital platforms can be subject to attack or fraud by irresponsible parties. It is due to the presence of sensitive data and/or restricted to a limited number of authorized persons. Therefore, the protection of data and its security in using digital platforms is very important. To enhance this layer of security in data protection, cryptographic methods play a crucial role in maintaining information security. By applying cryptographic methods to learning platforms for assessment purposes, we can increase the security and integrity of the data involved in the assessment process. This research aims to produce a plugin that can be used on a Moodle-based Learning Management System (LMS). This plugin will provide an additional activity in the form of an assessment activity with an essay exam type. When this plugin is used, all questions and answers will be encrypted into text that is difficult to understand by unauthorized parties when an attack attempt occurs. In this way, the learning platform for assessment purposes can safeguard and protect data from access by irresponsible parties

    META ANALISIS PENGARUH TEKANAN PENANGKAPAN TERHADAP UKURAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI TELUK BANTEN

    Get PDF
    Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is an important economical fishery commodity for fishermen in Banten Bay that are caught using gill nets and collapsible traps. The increasing of fishing pressure has highly potential to reduce the quality of the catch as exposed in previous studies. However, the comprehensive, and time series analysis of the previous research results have not been conducted. The purpose of this study is to analyze the variations of blue swimming crab caught in Banten Bay through a combination of meta-analysis techniques, fishing trials and field obser-vations to determine the effect of fishing activities on swimming crab sizes, and evaluate the status of swimming crab fisheries in Banten Bay. Standard mean difference from 10 different studies was used as a meta-analysis parameter. The results of the meta-analysis showed that fishing activities were conducted from 2004 to 2018 had a significant effect on the decreasing of the swimming crab size. The average of swimming crab carapace width caught in 2019 approximately 121.66 mm. The proportion of legal swimming crabs in 2014, 2015 and 2019 was more than 80%, so that the status of swimming crab fisheries in Banten Bay is still environmentally friendly.Keywords: carapace width, meta analysis, fisheries, Portunus pelagicus, blue swimming cra

    Edukasi Pendidikan Mitigasi Erupsi Gunung Semeru pada Siswa Sekolah Dasar

    No full text
    Pendidikan mitigasi bencana alam diperlukan bagi masyarakat kawasan bencana yang bertujuan untuk memberikan penanganan awal bencana. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk memberikan edukasi mitigasi di Sekolah Dasar yang dapat dikaitkan dengan pembelajaran di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangan buku ajar mitigasi bencana di kawasan terdampak gunung semeru. Jenis penelitian merupakan penelitian pengembangan menggunakan 4D yang terdiri dari Define, Design, Develop, dan Diseminate. Metode yang digunakan adalah observasi dan angket. Teknik analisis data menggunkana deskriptif kuantitaif, dan deskriptif kualitatif untuk hasil pengembangan buku ajar.  Dari hasi penelitian diperoleh bahwa buku ajar yang dikembangkan dari aspek materi, desain dan Bahasa mendapatkan presentasi 84.12% dari rata-rata validator dengan kategori sangat valid. Pada unsur keterbacaan buku ajar mendapatkan presentasi 81,27% dengan kategori baik. Dari hasil tersebut, maka buku ajar yang telah dikembangkan bisa digunakan untuk memberikan edukasi mitigasi awal kepada siswa SD yang dikaitkan dengan pembelajaran di kelas. Implikasi dari penelitian ini yakni memberikan pemahaman dan pengetahuan secara menyenangkan akan edukasi mitigasi bencana dan bisa diimplementasikan untuk ke depannya
    corecore