2 research outputs found
Perencanaan Sistem Penyaluran Dan Pengolahan Air Limbah Domestik Di Sempadan Sungai Pepe Segmen 1 Kota Surakarta
Pada segmen 1 Sungai Pepe, yang terdiri dari Kelurahan Manahan dan Gilingan masih belum terlayani penyaluran dan pengolahan air limbah ke sistem terpusat Kota Surakarta. Pada segmen ini, air limbah domestik yang dihasilkan dari berbagai aktivitas masyarakat setempat mengalir ke Sungai Pepe. Berdasarkan hasil uji pada saluran 1 mewakili bagian hulu, nilai TSS 486 mg/l, COD 341,6 mg/l dan BOD 122,5 mg/l. Pada titik saluran 2 yakni Kelurahan Manahan, nilai TSS 345 mg/l, COD 141,6 mg/l, BOD 121,67 mg/l dan pada titik saluran 3 yang mewakili Kelurahan Gilingan, nilai TSS 319 mg/l, COD 123,7 mg/l, BOD 122,4 mg/l. Hal ini menunjukan bahwa air limbah domestik yang masuk ke Sungai Pepe segmen 1 masih diatas baku mutu menurut Perda Jateng No. 5 Tahun 2012. Sehingga diperlukan perencanaan penyaluran dan pengolahan air limbah domestik untuk mencegah pencemaran air sungai dengan memanfaatkan lahan di sempadan sungai. Pada perencanaan ini, sistem penyaluran air limbah menggunakan sistem small bore sewerage. Pemilihan alternatif instalasi pengolahan menggunakan metode AHP (Analytical Hirarchy Process) dengan software Expert Choice 11. Alternatif terpilih terdiri dari bak pengendap, Horizontal Subsurface Constructed Wetland (HSFSCW) dan bak pengumpul. Terdapat 6 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), terdiri dari 3 unit di Kelurahan Manahan yang melayani 2 RW dan 3 unit di Kelurahan Gilingan yang melayani 1 RW. Perhitungan dilakukan dengan kriteria efisiensi penyisihan untuk bak pengendap BOD 25%, COD 20%, TSS 50% dan HSFSCW dengan efisiensi BOD 74%,COD 70%, TSS 60% sehingga akan menghasilkan keluaran air limbah domestik yang sesuai dengan baku mutu
MFCS 2 IN 1 : MICROBIAL FUEL CELLS PENGOLAH AIR LIMBAH DAN PENGHASIL LISTRIK (ALTERNATIF : LIMBAH ISI RUMEN SAPI DENGAN PENGARUH VARIASI COD DAN PH)
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk, konsumsi masyarakat akan pangan pun meningkat. Salah satu kebutuhan akan protein hewani dari daging sapi. Di kota Semarang frekuensi pemotongan hewan sekitar 40-50 ekor sapi dan meningkat hingga 100 ekor sapi perhari menjelang lebaran (Suaramerdeka, 2012). Frekuensi pemotongan yang tinggi ini berpotensi untuk menimbulkan limbah. Limbah yang berasal dari rumen sapi fasa cair mengandung konsentrasi COD sebesar 5.500-7000 mg/L (Padmono, 2005). Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke badan air penerima. Reaktor terbaru dari proses pengolahan anerobik yang sering digunakan dalam pengolahan air limbah yang saat ini telah banyak dikembangkan yaitu microbial fuel cells. Menurut (Aeltermn et al. 2006 dalam Zhang, 2012) microbial fuel cells (MFCs) adalah reaktor bioelektrochemical yang dapat mengkonversi energi kimia dari zat organik pada air limbah menjadi listrik dengan katalis dari mikroorganisme. Penelitian dengan MFCs dual chamber dengan substrat limbah rumen sapi fasa cair dengan variasi pH 7 (netral), pH 5 (asam), pH 9 (basa) ini menunjukan bahwa variasi pH berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi COD dan produksi listrik pada pengolahan air limbah rumen sapi menggunakan reaktor Microbial fuel cells. Rreaktor dengan varioasi pH netral produksi listrik terbesar adalah 219,0916 mW/m2, sedangkan variasi pH asam dan pH basa power density terbesar 108,5341 mW/m2 dan 174,5589mW/m2 . Penurunan COD optimum pada hari ke 10 untuk pH netral COD 167,5 mg/L pada reaktor N1 (memenuhi baku mutu), pH asam COD 185,2 mg/L pada reaktor A2 (memenuhi baku mutu), dan pH basa 292,1 mg/L (belum memenuhi baku mutu). Efisensi penyisihan optimum pada pH netral 94,8%, pH asam 94,4% dan pH basa 88,1 %. Pada reaktor dengan variasi substrat pH netral power density, penurunan COD dan efisiensi penurunan lebih baik dibanding dengan pH asam dan basa, meskipun demikian mikroorganisme dalam limbah rumen sapi tetap dapat berkembang biak dalam kondisi substrat pH ekstrim.
Kata Kunci : MFCs, limbah rumen sapi, pH, power density, CO