12 research outputs found

    Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (Tgt) Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas Viib4 Di Mts Darul Hikmah Pekabaru

    Full text link
    The purpose of this research is to increase the interest and learning outcomes VIIb4 grade science students MTs Darul Hikmah Pekanbaru after the implementation of cooperative learning model type Teams Games Tournament (TGT). This study was conducted in April-May 2016. This study is a Class Action Research (CAR) conducted in two siklus.Subjek were students in grade VIIb4 by the number of students 24 orang.Parameter of this study are of interest, learning outcomes (absorption and Mastery learning), awards groups, student activities and activity guru.Hasil research found the average student interest before the implementation of cooperative learning model TGT is 1.80 (Low), increased after the first cycle that 2:03 (Medium), and increased after the second cycle ie 3:26 (High) .Rata average dayaserap students padasiklus I amounted to 78.75% (Enough), meninkat padasiklus II became 85.00% with a (Good). Ketuntasanbelajarindividupadasiklus I is 75.00% category, please, padasiklus II became 87.50% dengankategori Baik.Penghargaan group of the second cycle of the four groups awarded with Great category, the second cycle groups one group was awarded the Super category and three groups received awards by category Hebat.Rata -rata activity of students in the first cycle is 66.55% (Less), padasiklus II is 76.90% with (Enough) .Rata average teacher activity padasiklus I and II cycle of 100% dengankategoriSangat Good. Based on research that has been done, Model Cooperative Learning Teams Games Tournament (TGT) in science teaching can improve learning outcomes siswakelas interest and VIIb4 MTs Darul Hikmah Pekanbaru

    Perancangan Sistem Scheduling Job Menggunakan Drum Buffer Rope untuk Meminimasi Keterlambatan Order dan Manufacturing Lead TIME pada Bagian Machining Mpm di PT Dirgantara Indonesia

    Full text link
    PT Dirgantara Indonesia (DI) adalah Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pesawat. Salah satu bagian produksi di PT DI yaitu bagian Machining, Medium Perismatic Machine (MPM), memiliki jumlah mesin terbanyak dan menerima order dengan jumlah terbanyak terutama untuk program Airbus. Proses pada Machining terdiri atas preoperation, main operation, dan next operation. Main operation yaitu di work center Deckel Maho memiliki waktu proses terlama dibandingkan proses lainnya sehingga terjadi bottleneck. Secara kapasitas Deckel Maho masih mampu memenuhi order yang datang, namun sistem kerja pada preoperation masih berdasarkan utilitas sehingga order release dilakukan tanpa melihat beban di Deckel Maho. Rata-rata Manufacturing Lead Time (MLT) existing adalah 47,66 jam dan rata-rata queue time di depan Deckel Maho adalah 24,47 jam. Masalah keterlambatan penyelesaian order juga terjadi di MPM yang disebabkan oleh rule sequencing yang digunakan adalah First Come First Served. Rule ini tidak sesuai dengan kondisi aktual di shop floor. Dalam mencapai tujuan penyelesaian order yang tepat waktu dan minimasi MLT, maka diusulkan penjadwalan dengan pendekatan metode drum buffer rope, yaitu menjadwalkan stasiun bottleneck sebagai control point dan sumber daya non bottleneck lainnya mengikuti penjadwalan stasiun bottleneck tersebut. Aturan sequencing yang diusulkan adalah Earliest Due date sebagai prioritas pertama untuk meminimasi jumlah order yang terlambat. Apabila terdapat due date di quality control yang sama, maka pertimbangkan total time di Deckel Maho yang terkecil untuk diprioritaskan dengan Shortest Processing Time untuk meminimasi flow time. Apabila total time di Deckel Maho sama, maka pilih order secara random. Setelah menggunakan drum buffer rope, MLT usulan menjadi 20,39 jam dan queue time menjadi 2,71 jam. Order yang terlambat di bulan Februari pada kondisi existing dengan rule sequencing FCFS adalah 5 order sedangkan pada kondisi usulan tidak ada order yang terlambat

    Person-centred experiential therapy (PCET) training within a UK NHS IAPT service: experiences of selected counsellors in the PRaCTICED trial

    Get PDF
    We investigated the experiences of 10 counsellors undergoing training in a form of person-centred experiential therapy (PCET), known in the UK as Counselling for Depression (CfD). Training was delivered at a service level as part of the PRaCTICED trial. Counsellors who took part in the study either completed (N=5), failed to complete (N=3) or were ongoing (N = 2) in their PCET training. Framework analysis was selected to extract rich data and an in-depth account of counsellors’ experiences. Inconsistencies were reported between counsellors’ previous theoretical backgrounds and PCET. Difficulties were also reported in resolving person-centred and emotion-focused elements of PCET. Key facilitators and barriers to completing PCET training were identified, including counsellors’ intrapersonal factors

    Pengaruh Keamanan Produk, Digital Marketing dan Motivasi terhadap Omset Penjualan

    Full text link
    The safety of a product is the initial asset of a product that can be marketed. Especially for skincare products that have become the daily consumption of women and men. Security guarantees must be very concerned by consumers. A person before making a decision to join a business must also pay attention to the safety of the products to be sold, so that product safety becomes an important element in running a business. To start marketing products, members must also master digital marketing so that the product targets are in accordance with consumer interests. This study aims to determine the effect of product safety, digital marketing, and motivation on sales turnover of gbee glow beauty skincare members. This study uses a quantitative approach. The data collection method in this study used a questionnaire (questionnaire) with a sample of 60 respondents who were members of skincare gbee glow beauty in Pekalongan Regency. The sampling technique used is the purposive sampling method

    Telaah Kandungan Asam Lemak Esensial Dalam Empat Jenis Minyak Ikan Konsumsi Di Jawa Barat

    Full text link
    Penelitian terkait telaah kandungan asam lemak esensial dari empat jenis minyak ikan konsumsi di Jawa Barat telah selesai dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data ilmiah terkait kandungan asam lemak esensial didalam empat jenis ikan konsumsi. Bahan ikan yang digunakan adalah ikan mujair (Oreochromis mossambicus), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan gurami (Osphronemus goramy), dan ikan Bandeng (Chanos chanos). Minyak dari setiap jenis ikan diekstraksi dengan metode ekstraksi sinambung. Selanjutnya minyak ditransesterifikasi menjadi FAME kemudian dianalisis dengan menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa. Data hasil penelitian menunjukkan ikan mujair memiliki rendemen paling tinggi yaitu 8,57 + 0,06 % dari total bahan kering tanpa kepala dan ekor. Ikan nila mengandung minyak paling rendah yaitu 0,28 + 0,09 %. Berdasarkan penggolongan asam lemak, Minyak ikan mujaer mengandung SFA 35,36 + 4,86 %, MUFA 31,55 + 1,79 %, PUFA 19,15 + 2,05 %. Minyak ikan bandeng mengandung SFA 38,12 + 4,86 %, MUFA 36,64 + 2,21 % dan PUFA 18,4 + 2,02 %. Minyak Ikan gurami mengandung SFA 41,65 + 2,35 %, MUFA 40,29 + 1,13 %. Minyak Ikan Nila mengandung SFA 34,11 + 1,73%, MUFA 27,47 + 2,11 %, dan PUFA 38,43 + 2,81 %. Asam lemak esensial utama yang ditemukan pada penelitian ini diantaranya adalah ARA(ω-6), EPA(ω-3), dan DHA(ω-6)
    corecore