99 research outputs found

    PENGGUNAAN PETA KONSEP ( CONCEPT MAPPING ) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SDN WONOROTO, KECAMATAN WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan prestasi belajar IPS dengan menggunakan peta konsep khususnya kelas V SD Negeri Wonoroto, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pengamatan ( observasi ), wawancara dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan peta konsep, pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Wonoroto, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.Peningkatan prestasi belajar siswa tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata – rata kelas dan peningkatan nilai individu siswa. Dengan nilai rata-rata kelas adalah 57,4 dengan pencapaian KKM 11 siswa (47,8%) sebelum dilaksankan tindakan kelas, setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 7,8 (13,6%) dan nilai rata-rata kelas menjadi 65,2 dengan pencapaian KKM 20 siswa (87%). serta pada siklus II meningkat 6,7 (9,4%) dari siklus sebelumnya, sehingga nilai rata-rata kelas menjadi 71,9 dengan pencapaian KKM 22 siswa (95,7%). Kata kunci : metode peta konsep, prestasi belajar IPS, SD Negeri Wonoroto

    HUBUNGAN PENGETAHUAN INFEKSI Brucella DAN FAKTOR DEMOGRAFI PETERNAK TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN SETELAH KONTAK DENGAN SAPI PERAH

    Get PDF
    Brucellosis is an infectious disease transmitted from livestock,especially dairy cattle, to humans, caused by bacteria Brucella sp. Brucellosis causes undulant fever and reproductive disorders in humans with a low mortality rate. The majority of dairy farmers do not know that brucellosis can spread to humans. Washing hands is one of biosecurity steps to ensure animal and human health and to prevent brucellosis. The research aims to uncover the influence of the knowledge of brucellosis in humans, the level of education, the duration of working, the history of fever, and age on the habit of washing hands after contact with dairy cow. The number of respondents was based on proportional test, 18 workers as being selected based on an inclusion criteria. They were given closed questionnaire containing questions on the knowledge of human brucellosis, demographic data and washing hand after contact with the dairy cattle. The results show that only 33.3 % of respondents know about human brucellosis, 66.7 % of respondents do not know that brucellosis can infect human. As many as 61.1 % of the respondents did not wash their hands after contact with dairy cows. Variables of age,the duration of working in dairy farm and the history of fever have p <0.02. Conclusion: variables of age, the duration of working in dairy farm and the history of fever are associated with behavior washing hand after contact with the dairy cattle.   Keywords: Human brucellosis, dairy cattle, washing hand, zoonosi

    TINGKAT PENULARAN KASUS DENGUE BERDASARKAN KARAKTERISTIK HABITAT LARVA Aedes sp DI KECAMATAN MUSTIKAJAYA, KOTA BEKASI

    Get PDF
    ABSTRACT The cycle of dengue virus transmission is influenced by the interaction between humans, dengue virus, vector (mosquito), and the environment. Density of Aedes sp. larvae can affect the transmission status of DHF cases. The research was conducted to determine the relationship between the characteristics of the larval density of Aedes sp. This is an observational with a cross sectional study design, with a total sample of 280 households. The results showed that for regions with high DHF transmission, entomology indices showed House Index (HI), Container Index (CI), Bretau Index (BI) and Density Figure (DF) respectively were 36%, 20%, 54 with density figures at high risk of transmission. In areas with low DHF transmission, the figure is 19%, 8%, 24, and the density figures at moderate risk of transmission. Characteristic factors of containers in areas with high transmission status that can affect the presence of Aedes sp. larvae are species (p = 0.00; OR = 12.26), location (p = 0.00; OR = 5.05) and ingredients (p = 0.00; OR = 2.9), whereas in the low transmission region are types (p = 0.01; OR = 15.15), color (p = 0.00; OR = 4.29) and ingredients (p = 0.00; OR = 4.05). It can be concluded that abandoned containers have a great chance to become habitat for Aedes sp. larvae which can contribute to the transmission of dengue virus. There is a need for community participation, which is supported by community leaders and cross-sectoral officers, to properly manage outdoors and neglected containers so they do not have the chance to become larval habitats. Keywords: Dengue, larvae, habitat, Aedes sp.   ABSTRAK Siklus penularan virus dengue dipengaruhi oleh interaksi antara manusia, virus dengue, vektor (nyamuk), dan lingkungan. Kepadatan dari larva Aedes sp. dapat mempengaruhi status transmisi kasus DBD. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dengan kepadatan larva Aedes sp. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan studi potong lintang, dengan total sampel sebanyak 280 rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan untuk wilayah dengan transmisi DBD tinggi, indeks entomologi berturut-turut menunjukkan House Indeks (HI), Container Index (CI), Bretau Index (BI) dan Density Figure(DF) adalah 36%, 20%, 54 dengan kategori density figure pada risiko penularan tinggi. Pada wilayah dengan transmisi DBD rendah menunjukkan angka 19%, 8%, 24, dan density figure pada risiko penularan sedang. Faktor-faktor karakteristik dari kontainer pada wilayah dengan status transmisi tinggi yang dapat mempengaruhi keberadaan larva Aedes sp. adalah jenis (p=0,00; OR=12,26), letak (p=0,00; OR=5,05) dan bahan (p=0,00; OR=2,9), sedangkan pada wilayah transmisi rendah adalah jenis (p=0,01; OR=15,15), warna (p=0,00; OR=4,29) dan bahan (p=0,00; OR=4,05). Dapat disimpulkan bahwa kontainer yang terbengkalai berpeluang besar menjadi habitat larva Aedes sp. yang dapat berkontribusi terjadinya transmisi virus dengue. Diperlukan adanya peran serta masyarakat, yang didukung oleh tokoh masyarakat dan petugas lintas sektor, untuk mengelola dengan baik kontainer-kontainer di luar rumah dan terbengkalai agar tidak berpeluang menjadi habitat larva. Kata kunci: Dengue, larva, habitat, Aedes s

    Gambaran Ketepatan Sasaran Pendistribusian Kelambu Berinsektisida Terhadap Pengendalian Malaria Di Enam Wilayah Endemis Malaria Di Indonesia

    Get PDF
    ABSTRACT Malaria is a global health burden because of its high mortality, morbidity and cost to the country's economy. Malaria data in 2021 in Indonesia reached 94,610 cases as many as 167 (32%) out of 514 districts/cities still have problems with malaria. Proper malaria prevention and management is essential. The use of LLIN is the main strategy for controlling malaria in the world, including in Indonesia. The aim of the study was to describe the accuracy of the targeting of the distribution of insecticide-treated mosquito nets in 6 malaria endemic areas in Indonesia. This type of research is observational with a cross-sectional design and n=30. The research population was the stake holder of the District/City Health Office, Public Health Center and malaria cadrein Indonesia, while the sample of the stake holder of the District/City Health Office, Public Health Center and malaria cadre was 6 malaria endemic areas in Indonesia. Data collected by the management of the malaria control program. The result is the priority of malaria prevention is the use of LLIN, but the distribution is not evenly distributed. Malaria control other than LLIN are IRS, MBS, larvicides and removal of mosses. IRS is done if API> 20‰. The main problem is the lack of funds for distribution activities, not all regions can collaborate across sectors and share budgets, as well as conduct training. Monev was not carried out due to limited funds. It is necessary for the role of stakeholders to advocate to the Governor/Regent in allocating sufficient andprioritized budgets. It is necessary to socialize the use and maintenance of LLINs, as well as to calculate the exact need for mosquito nets in each region.   ABSTRAK Malaria merupakan beban kesehatan global karena mortalitas, morbiditas dan biayanya tinggi terhadap ekonomi negara. Data malaria tahun 2021 di Indonesia mencapai 94.610 kasus. Sebanyak 167 (32%) dari 514 kabupaten/kota masih bermasalah dengan malaria. Pencegahan dan manajemen malaria yang tepat sangatdiperlukan. Penggunaan LLIN merupakan strategi utama pengendalian malaria di dunia termasuk di Indonesia. Tujuan penelitian untuk melihat gambaran ketepatan sasaran pelaksanaan pendistribusian kelambu berinsektisida di 6 wilayah endemis malaria di Indonesia. Jenis penelitian observasional dengan desain potong lintang dan n=30. Populasi penelitian stake holder Dinkes Kabupaten/kota dan Puskesmas di Indonesia, sedangkan sampel stake holder Dinkes Kab/kota, Puskesmas serta kader malaria 6 wilayah endemis malaria di Indonesia. Data yang dikumpulkan manajemen program pengendalian malaria. Hasil penelitian adalah prioritas utama pencegahan malaria adalah penggunaan LLIN, namun distribusi belum merata. Pengendalianmalaria selain LLIN yaitu IRS, MBS, larvasida dan pengangkatan lumut. IRS dilakukan apabila API>20‰. Masalah utama kurangnya dana untuk kegiatan pendistribusian, tidak semua wilayah bisa melakukan kerjasama lintas sektor dan sharing budget, serta melakukan pelatihan. Monitoring dan evaluasi tidak dilakukan karena keterbatasan dana. Kesimpulan, diperlukan peran stakeholder untuk advokasi kepada Gubernur/Bupati dalam pengalokasian anggaran yang cukup dan mendapat prioritas. Diperlukan sosialisasi penggunaan dan pemeliharaan LLIN, juga perhitungan tepat kebutuhan kelambu di setiap wilayah

    Pengaruh Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient) Terhadap Perilaku Kerja Karyawan pada PT. Indosat Medan

    Get PDF
    Kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain disekitamya, dan menuntut individu untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan pada diri sendiri dan orang lain dengan menanggapinya dengan tepat, sehingga tingkat kecerdasan emosionaJ mencermiokan tingkat perilalru individu daJam lingkungan daJam haJ ini lingkungan kerja. Orang yang mampu mengendalikan kecerdasan emosionalnya akan berperilaku positif sehingga kesadaran seseorang tentang emosi dipedukan dalam bersosialisasi dengan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional karyawan di PT. lodosat, Tbk Medan, untuk mengetahui perilaku kerja karyawan di PT. lodosat, Tbk Medan dan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional terhadap perilaku kerja karyawan di PT. Indosat, Tbk Medan. Jenis penelitian ini adalah asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel bebas (kecerdasan emosional) terhadap variabel terikat y (perilaku kerja. Poputasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap di PT. lodosat, Tbk Cabang Medan yang beljumlah 63 orang, jadi pengambilan sampel yang penulis lakukan di PT. lndosat, Tbk Cabang Medan beljumlah 63 orang. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan data primer berupa pengamatan/observasi dan menyebarkan angket pada pada responden yang dijadikan sampel penelitian serta data sekunder dengan melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian. Teknik analisis yang dipergunakan adalah Korelasi Korelasi Product Moment

    Potensi Daun Pandan (Pandanus Amaryllifolius) Dan Mangkokan (Notophanax Scutellarium) Sebagai Repelen Nyamuk Aedes Albopictus

    Get PDF
    . Aedes aegypti and Ae. albopictus mosquitoes being the vector of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). Various efJort have been done to control the mosquitoes, including using plant extract as repellent. Pandanus amaryllifolius and Notophanax scutellarium leaf were known to posses repellent activity for mosquito species. The study aimed to examine efJectiveness ofP. amaryllifolius and N. scutellarium leaf as repellent for Ae. albopictus. The result study on i-hr treatment showed that power protection of pandan leaves (N. scutellarium) was 93.55%, while mangkokan leaves (p. amaryllifolius) was 87.5%. Based on ANOVA analysis, there was not significantly dijJerent of power protection between N. scutellarium leafs and P. amaryllifolius leafs extracts against Ae. albopictus mosquitoes. Both of these test, plants has showed the potential to be a repellent and eliminate the emergence of Ae. albopictus mosquitoes, so it may efJectively reduce contact between host and dengue vector

    Oviposisi Dan Perkembangan Nyamuk Armigeres Pada Berbagai Bahan Kontainer

    Get PDF
    . Armigeres mosquito being the vector responsible for Japanese Encephalitis Virus and Filaria. Vari­ous effort have been done to control the mosquitoes. Acurated entomological data is needed to support control mosquito vector, like data hits habitats armigeres. This study is aimed to compare oviposition of armigeres and the development in various container. the clay container (44 egg)s more many found egg is compared with plastical stuff (Jl egg)s. Moulting process of armigeres almost the same to culicinae, that is average ± 2 - 3 days. Mosquito development in this laboratory test only until third generation (/3). Rearing of armigeres need­ed the enviromental kondusif with nature habitat

    KORELASI INDEKS ENTOMOLOGI TERHADAP SUSEPTIBILITAS Ae. AEGYPTI PADA ENAM JENIS INSEKTISIDA DI TUJUH PROVINSI WILAYAH SUMATERA

    Get PDF
    ABSTRACT  Dengue cases are increasingly widespread in all parts of Indonesia, but currently, the priority of control is prevention through fogging focus on endemic DHF areas. The purpose of this study was to determine the entomology indicator of dengue vector mosquitoes about the susceptibility status of the Ae aegypti mosquito. The study design was a cross-sectional study and data analysis using Pearson Correlation statistical tests. This research was conducted in seven provinces in Sumatra, which consisted of three districts with three regions endemic to dengue fever centers in each province. The larvae collection was carried out in 100 houses in each selected Puskesmas. The susceptibility test of adult mosquitoes to six types of insecticide active ingredients was carried out by the WHO Bioassay method while the larval susceptibility test used the Elliot method. The results showed that index of entomology at 7 provinces in Sumatra were; HI and CI the highest in Kota. Pematang Siantar (58,60 % and 64 % ) and the lowest in Kabupaten Prabumulih and Palembang ( 22,70 and 0 % ), the highest of BI in Kabupaten Bangka Barat ( 87,40 % ) and the lowest in the Kota Metro ( 31,10 % ); the highest of ABJ in Kota Palembang ( 77,30 % ) and the lowest in Kota Pematang Siantar ( 41,40 %). Malathion 0.8 % still effective as an mosquito control by the presence of strong and moderate relationship was for CI and HI. Whether there are mosquitoes control using chemical insecticides in several locations in 7 provinces of Sumatra show resistant condition, thus controlling by PSN, 3M plus is still a major strategy to be done to break the chain of transmission of dengue fever. Keywords: DHF, Aedes, Correlation, Suceptibility   ABSTRAK Kasus DBD semakin meluas di seluruh wilayah Indonesia, namun saat ini prioritas pengendaliannya berupa pencegahan melalui fogging focus pada wilayah-wilayah endemis DBD. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui indikator entomologi nyamuk vektor DBD hubungannya dengan status kerentanan nyamuk Ae. aegypti. Desain penelitian adalah studi potong lintang dan analisis data menggunakan uji statistik Pearson Correlation. Penelitian ini dilakukan di tujuh Provinsi yang ada di wilayah Sumatera yang terdiri dari tiga kabupaten dengan masing-masing tiga wilayah Puskesmas endemis DBD di setiap Provinsi. Pengumpulan jentik dilakukan pada 100 rumah di setiap Puskesmas terpilih. Uji kerentanan nyamuk dewasa terhadap enam jenis bahan aktif insektida dilakukan dengan metode Bioassay WHO sedangkan uji kerentanan jentik menggunakan metoda Elliot. Hasil penelitian menunjukkan indeks entomologi di 7 Provinsi di wilayah Sumatera yang diperiksa menunjukkan nilai HI dan CI tertinggi di Kota Pematang Siantar (58,60% dan 64%) dan terendah di Kab. Prabumulih dan Kota Palembang (22,70 % dan 0%), BI tertinggi di Kab. Bangka Barat (87,40%) dan terendah di Kota Metro (31,10%), ABJ tertinggi di Kota Palembang (77,30%) dan terendah di Kota Pematang siantar (41,40%). Pestisida Malathion 0,8 % masih efektif sebagai upaya pengendalian nyamuk dengan adanya hubungan yang kuat dan sedang terhadap Container Indeks (CI) dan House Indeks (HI) di 7 Provinsi di Wilayah Sumatera. Pengendalian jentik dengan menggunakan insektisida kimiawi di beberapa lokasi di 7 Provinsi di wilayah Sumatera menunjukkan kondisi resisten nyamuk vektor DBD dengan demikian pengendalian dengan PSN 3M Plus masih merupakan strategi utama yang harus dilakukan untuk memutus rantai penularan DBD. Kata kunci: DBD, Aedes, Korelasi, Suseptibilita
    • …
    corecore