45 research outputs found
Studi Karakteristik Geospasial Daerah Senyap (Shadow Zone) Menggunakan Pendekatan MMPE (Monterrey-Miami Parabolic Equation) di Perairan Selat Sunda Bagian Selatan
Selat Sunda merupakan selat yang berada di dalam ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) dimana kapal selam bebas melewatinya. Pada Selat Sunda terdapat daerah senyap, yaitu daerah bawah air yang tidak dapat dilalui gelombang suara. Sehingga Selat Sunda memiliki posisi strategis dalam segi militer dan keamanan negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan daerah senyap dan karakteristik geospasialnya di perairan. Penelitian ini menggunakan metode MMPE (Monterrey-Miami Parabolic Equation) dengan data input berupa batimetri dan jenis sedimen. Data karakteristik termoklin dan haloklin sebagai validasi. Metode MMPE menghasilkan data dan informasi visual propagasi gelombang suara di dalam kolom perairan yang dapat diinterpretasikan sebagai daerah senyap. Riset ini menunjukkan daerah senyap di Selat Sunda bagian selatan berada di kedalaman 50-200 m dan panjang bervariasi dari 20-55 km dengan luas 265.2 hektar. Keberadaan daerah senyap sesuai dengan kedalaman termoklin yaitu 50-200 meter dan kedalaman dari haloklin yaitu 30-150 meter.Kata kunci: Shadow zone, sonar, geospasial, MMPE, Selat Sunda The Sunda Strait is located within Indonesia Archipelago Sea Channel, where submarines are free to pass through. The Sunda Strait has a shadow zone, which is an underwater area where sound waves cannot propagate. So that the Sunda Strait has a strategic position in terms of military and state security. This research aims to determine geospatial characteristics of shadow zone in Sunda strait. The MMPE (Monterrey-Miami Parabolic Equation) method uses bathymetry and sediment type as inputs of the program. The Characteristics of thermocline and halocline were used to validated f the results. The MMPE method provides visual information of underwater wave propagation, which is interpreted as a shadow zone. The results showed that using 5000hz frequency and 150 m sound source depth has provided the best information about the shadow zone. This research showed that the shadow zone waslocated at a depth ranged from 50 to 200 m and has a length that varies from 20-55 km with area wide 265,2 ha. The results also showed that the characteristics of the shadow zone directly influenced by the bathymetric condition of Sunda Strait . The location of the shadow zone corresponds to the depth of thermocline, which was 50-200 m and the depth of halocline, which was 30-150 m. It can be concluded that thermocline and halocline can affect the depth of the shadow zone and the characteristic as well.Keywords: Shadow Zone, Sonar, Geospatial, MMPE, Sunda Strai
URGENSI KONSELING TRAUMATIK PADA KORBAN LONGSOR TAMBANG TRAS DI DUKUH PRINGANAMBA DESA SRIDADI KECAMATAN SIRAMPOG KABUPATEN BREBES
Hasil observasi awal peneliti pada tangal 10 November 2021 menemukan
kasus pertama yaitu pada tahun 2020 di dukuh Pringanamba Desa Sridadi,
kecamatan Sirampog, Kabupaen Brebes. Terjadinya longsor tambang pasir trass
tersebut sangat meresahkan bagi penambang pasir tras, sebab pertambangan
tersebut menjadi tempat memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam mencari nafkah,
dengan adanya kejadian tersebut menimbulkan rasa was was atau rasa trauma
pada para penambang pasir tras tersebut.
Trauma terjadi saat seseorang mengalami peristiwa yang menekan
ingatannya sehingga merasa tidak berdaya dan terancam. Penanganan untuk orang
yang mengalami trauma adalah konseling traumatik yaitu bantuan yang diberikan
seorang yang ahli kepada klien sehingga klien dapat memahami dirinya dan dapat
mengatasi masalah yang dihadapi.
Trauma dapat melanda siapa saja seperti yang dialami korban trauma
longsor tambang tras di Sridadi. Oleh karena itu penelitian ini penting dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui: (1) kondisi Psikologis keluarga korban longsor
tambang tras selamat, (2) upaya pemerintah dalam menangani kasus korban
longsor tambang tras, (3) urgensi konseling traumatik dilakukan untuk para
korban longsor tambang tras di Sridadi. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif mengambil subjek dari suatu kasus yang
terjadi dengan subjek sebanyak 8 orang.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dengan
teknik ini maka memudahkan penelitidalam mendapatkan informasi teknik
pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil observai yang dilakukan oleh peneliti,hasil observasi sementara
yaitu menunjukkan bahwa: (1) secara verbal kondisi psikologis korban longsor
tambang tras sudah bangkit dari keterpurukan, sedangkan secara nonverbal masih
iii
mengalami kecemasan, tertekan dan kesedihan, terlihat dari gestur tubuh dan raut
wajahnya (2) upaya penyuluh desa memberikan motivasi penguatan terhadap
korban dan keluarga korban juga memberi bantuan berupa kebutuhan finansial
kepada para korban, (3) konseling trauma diperlukan untuk mengatasi kecemasan,
ketakutan dan kesedihan korban trauma
Pemetaan Zona Rip Current Sebagai Upaya Peringatan Dini Untuk Bahaya Pantai (Lokasi Kajian : Pantai Kuta Bali)
Wisata pantai merupakan wisata favorit yang mengandung resiko tinggi. Bahaya pantai salah satunya adalah kecelakaan yang terjadi di wilayah pantai dan beberapa kasus kecelakaan yang terjadi di pantai biasanya akibat pengawasan yang lemah, kurangnya pemahaman wisatawan akan bahaya pantai, fasilitas pengawasan yang kurang memadai, atau wisatawan yang tidak dapat berenang kemudian terseret arus sampai ke tengah laut. Menurut Daryono (2010), arus yang membawa korban tersebut adalah Rip Current. Penelitian ini bertujuan untuk Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui zona potensi rip current, Mengetahui persentase potensi terjadinya rip current di Pantai Kuta Bali. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pantai Kuta Bali dibagi kedalam 2 (dua) zona, yaitu zona aman dan zona bahaya. Pada zona aman terdapat 2 (dua) pola rip current, karena gelombang yang datang tidak membentuk sudut yang tegak lurus terhadap garis pantai, sedangkan pada zona berbahaya terdapat 7 (tujuh) pola rip current. Persentase terjadinya rip current di sepanjang Pantai Kuta Bali adalah sebesar 83%, nilai ini berdasarkan kejadian gelombang pecah tipe plunging. Slope pantai akan mempengaruhi terjadinya rip current. Pada penelitian ini pantai landai memiliki potensi rip current paling besar yaitu sebesar 91.5% yang memiliki slope sebesar 7.5˚, berada pada koordinat 08˚43'23” LS dan 115˚10'9” BT. Sedangkan, pantai datar memiliki potensi rip current yang kecil yaitu sebesar 51.5% dan memiliki slope antara 0.5˚ sampai 1.8˚
Peramalan Nilai Msl Berdasarkan Data Pasang Surut Dengan Metode Admiralty Dan Autoregressive Integrated Moving Average (Arima) Di Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu
Pulau Pari merupakan salah satu pulau yang memiliki perairan yang jernih, sehingga menjadi salah satu objek wisata di Kepulauan Seribu. Pemilihan Pulau Pari sebagai daerah penelitian karena kurang lengkapnya informasi data hidrooseanografi, yaitu pasang surut. Perhitungan pasang surut dapat dilakukan secara analisa harmonik dengan metode Admiralty dan analisa stastistik dengan metode ARIMA. Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan nilai MSL di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu pada tahun 2014 sampai 2015 dengan pendekatan analisa harmonik dan pendekatan statistik. Penelitian di lapangan dilakukan pada tanggal 9-23 April 2014 di dermaga Pulau Pari dengan menggunakan palem pasang surut selama 15 hari dengan interval setiap jam. Data lapangan yang telah diteliti kemudian diolah dengan menggunakan metode Admiralty 15 piantan sehingga dihasilkan 9 komponen pasang surut, yang kemudian dilanjutkan dengan peramalan pasang surut (Rampas). Sedangkan untuk inputan ARIMA menggunakan data MSL bulanan pada Januari 2011 sampai April 2014 dari BIG (Badan Informasi Geospasial). Untuk pengolahan ARIMA menggunakan software Minitab 16. Hasil dari metode Admiralty diperoleh nilai Formzahl sebesar 3,41 dengan HHWL=216 cm, MSL= 163 cm, dan LLWL = 110 cm, yang berarti Pulau Pari mempunyai tipe pasang surut tunggal. Setelah itu diperoleh nilai peramalan MSL yang berkisar antara 162,39 cm-163,54 cm, dengan MRE sebesar 9,46%. Pemodelan ARIMA diperoleh rumus pemodelan , dengan nilai peramalan berkisar antara 136,25 cm-144,69 cm dan nilai MRE sebesar 4,24%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peramalan MSL jangka pendek dengan menggunakan metode ARIMA lebih akurat bila dibandingkan dengan Metode Admiralty
Pengaruh Arus Permukaan Terhadap Sebaran Kualitas Air Di Perairan Genuk Semarang
Perairan Genuk merupakan wilayah perairan di sebelah utara Semarang, dimana pada daerah ini terdapat banyak aktivitas pabrik / industri. Pembuangan limbah pabrik yang menuju ke laut dapat merusak kondisi perairan. Turunnya kualitas air yang melewati baku mutu akan menyebabkan gangguan bagi organisme yang berada di sekitar perairan Genuk. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi / nilai parameter fisika-kimia serta dapat melihat persebarannya di daerah Genuk berdasarkan dari pola arus permukaan. Penelitian lapangan dilakukan pada tanggal 12-15 Desember 2013 di perairan Genuk. Materi yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa arus permukaan, temperatur, salinitas, kekeruhan, kecerahan, pH, DO, COD dan logam berat kadmium. Data sekunder berupa data angin, data pasut, peta batimetri dan peta RBI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan untuk pengambilan sampel menggunakan metode sampling purposive method. Pengolahan data arus menggunakan SMS 8.1 modul RMA2, wind rose, world current, current rose dan untuk persebaran menggunakan ArcGIS 10.0. Berdasarkan hasil olahan data arus, kecepatan arus rata-rata sekitar 0.067 m/s, dengan karakteristik arus pasang surut. Prosentase arus pasut 88.840% dan arus residu 11.160%. Untuk hasil data kualitas air, temperatur memiliki nilai 30.4°C-31.3°C, salinitas 25 – 35 ppm, kekeruhan 0.53-12.6 NTU, kecerahan 1.5-5.4 meter, pH 6.12-8.34, DO 1.32-3.49 mg/l, COD 339-710 mg/l, logam berat kadmium <0.001-0.003 mg/l. Pola sebaran temperatur, salinitas, kecerahan, pH, dan COD dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi menuju laut ke arah utara-timur laut. Berbeda dengan kekeruhan, DO dan logam berat kadmium pola persebaran yang terjadi menjauhi pantai, ke arah utara, dengan pola sebaran dari konsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi rendah. Berdasarkan baku mutu menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 nilai kualitas air daerah dekat pantai telah melewati batas baku mutu yang telah ditetapkan
Konsentrasi Nitrat Dan Bahan Organik Total Pada Saat Pasang Dan Surut Di Muara Sungai Demaan Jepara
Muara Sungai Demaan adalah salah satu muara sungai yang digunakan oleh masyarakat untuk mencari ikan dan sebagai tempat berlabuh kapal nelayan. Aktivitas di sekitar muara sungai dan buangan limbah yang berasal dari daratan mengakibatkan Perubahan kualitas perairan muara sungai Demaan. Hal ini dapat ditinjau pada Perubahan konsentrasi nitrat dan bahan organik pada saat pasang dan surut yang berkaitan dengan faktor fisika kimia perairan, yaitu suhu, DO, salinitas dan pH. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan pola sebaran nitrat dan bahan organik pada saat pasang dan surut di muara Sungai Demaan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014, dengan menggunakan metode deskriptif. Metode pemilihan lokasi dengan purposive sampling yang dilakukan di 6 stasiun dengan pertimbangan dapat mewakili wilayah sungai, muara sungai dan laut. Data yang diamati adalah konsentrasi nitrat, konsentrasi bahan organik, suhu, Salinitas, DO dan pH sebagai data primer. Permodelan arus laut menggunakan SMS 8.1 sebagai data sekunder. Pengolahan data menggunakan software ArcGIS 10.0 dan Surfer 11 untuk menganalisis model persebaran. Hasil penelitian ini menunjukkan, ketika surut konsentrasi nitrat berkisar <0,001 – 0,344 mg/l dan bahan organik berkisar 103,41 – 132,13 mg/l, pada saat pasang konsentrasi nitrat berkisar 0,056 – 0,154 mg/l dan konsentrasi bahan organik berkisar 99,48 – 134,6 mg/l
Dinamika Transformasi Gelombang Menggunakan Model Cms-wave (Coastal Modelling System - Wave) Di Pantai Boom Tuban, Jawa Timur
Gelombang merupakan salah satu parameter oseanografi yang mempengaruhi dinamika pantai. Gelombang laut menjalar menuju pantai akan mengalami transformasi yang berpengaruh terhadap tinggi dan arah gelombang serta distribusi energi gelombang di sepanjang pantai. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dinamika transformasi gelombang di Pantai Boom Tuban, Jawa Timur, dengan menggunakan software CMS – Wave (Coastal Modelling System – Wave). Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 – 29 Juni 2014 di Pantai Boom Tuban, Jawa Timur. Data primer berupa pengukuran gelombang laut menggunakan palem gelombang sedangkan data sekunder berupa data angin 5 tahun (2009-2013) dan peta Lingkungan Pantai Indonesia wilayah Tuban tahun 2005. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Peramalan gelombang laut menggunakan metode SMB (Sverdrup Munk Bretchneider) dengan inputan data angin. Penjalaran gelombang menuju pantai disimulasikan dengan model CMS – Wave (Coastal Modelling System – Wave).Berdasarkan hasil perhitungan data gelombang laut lapangan diketahui bahwa gelombang di Pantai Boom Tuban, Jawa Timur, merupakan gelombang laut transisi dengan Hs sebesar 0,33 meter dan Ts sebesar 6,23 detik. Berdasarkan hasil peramalan gelombang laut, pada musim barat didapatkan Hs 0,21 meter dan Ts 1,96 detik, pada musim peralihan I didapatkan Hs 0,17 meter dan Ts 1,95 detik, pada musim timur didapatkan Hs 0,20 meter dan Ts 2,22 detik, lalu pada musim peralihan II didapatkan Hs 0,19 meter dan Ts 2,16 detik. Transformasi gelombang laut yaitu refraksi dan difraksi dapat dilihat berdasarkan peta tinggi gelombang tiap musim dari hasil pemodelan
Distribusi Salinitas Akibat Pengaruh Pasang Surut di Estuari Sungai Karangsong, Indramayu
Sungai Karangsong merupakan salah satu sungai terbesar di Kabupaten Indramayu yang banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar. Permasalahan yang terjadi di Sungai Karangsong adalah masyarakat kesulitan memanfaatkan air sungai karena airnya payau. Bertambahnya aktifitas di aliran Sungai Karangsong serta pengaruh pasang surut dapat menyebabkan terjadinya intrusi air permukaan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi salinitas di aliran estuari Sungai Karangsong dan mengetahui hubungan antara elevasi pasang surut, arus pasut dan jarak jangkauan terhadap sebaran salinitas di kedalaman berbeda di Sungai Karangsong. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Mei sampai dengan 19 Mei 2015. Metode analisis menggunakan metode regresi berganda dan pendekatan nilai daya hantar listrik. Nilai daya hantar listrik di sepanjang estuari Sungai Karangsong berkisar 2760 Mikrosiemens sampai dengan 35400 Mikrosiemens pada jarak jangkauan hingga 4050 meter dari muara sungai. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda terhadap semua variabel didapatkan nilai koefisien determinasi (R2 atau R square) sebesar 99 %. Angka tersebut mempunyai arti bahwa semua variabel bebas berupa elevasi pasang surut, arus pasut dan jarak jangkauan memiliki hubungan dan pengaruh nyata terhadap sebaran salinitas