4 research outputs found

    Hubungan Tingkat Stress dengan Perilaku Merokok pada Remaja di SMPN 029 Samarinda

    Get PDF
    Tujuan Studi: Perilaku merokok atau menghisap rokok yang bertujuan untuk membakar tembakau yang merupakan nicotin tabacum dan nicotin rustica dan yang lainnya merupakan rokok kretek atau cerutu yang asapnya mengandung tar dan nicotin dengan atau tambahan bahan lain. Survei awal yang telah peneliti lakukan di SMPN 029 Samarinda, terdapat warung yang bebas menjual rokok bungkusan atau batangan kepada anak sekolah atau remaja dan Termasuk Cakupan Wilayah Sempaja Utara yang merupakan Wilayah dengan indikator merokok dalam rumah yang masih rendah hanya 39,5% dalam artian lain masih terdapat 60,5% masih menerapkan perilaku yang tidak baik yaitu perilaku merokok dalam rumah. Metodologi: Penilitian ini merupakan kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional dan cara pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Sampel dalam penilitian ini berjumlah sekitar 49 responden yang terbagi dari kelas VIIIa sampai VIIIg. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui hubungan tingkat stress dengan perilaku merokok remaja. Hasil: Hasil penelitian dengan menggunakan uji Chi-Square tidak ada hubungan antara stress dengan pengetahuan (P- value = 0,383), sikap (P- value = 0,833) . Hasil penelitian dengan menggunakan uji Chi-Square ada hubungan antara stress dengan tindakan (nilai P- value = 0,00). Manfaat: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antra pengeruh tingkat stress dengan perilaku merokok di SMPN 029 Samarinda dengan tiga perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. ternyata terdapat pengaruh antara stress dengan tindakan perilaku merokok, maka dari itu sebaiknya dibuat tempat konseling bagi siswa, sehingga siswa yang stress tidak melampiaskan stressnya dengan perilaku merokok

    The Spatiotemporal Analysis of Dengue Fever in Purwosari District, Gunungkidul Regency, Indonesia

    No full text
    From 2014 to 2016, the number of prevalence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) and deaths associated with DHF in Indonesia increased. DHF fatal cases were also reported from three administrative units in the Special Region of Yogyakarta, namely Bantul Regency, Gunungkidul Regency, and Yogyakarta City. Two related deaths in Purwosari, a district in Gunungkidul, raised the status of DHF to an outbreak. This study was designed to characterize the spread pattern of DHF in its endemic areas in Purwosari District using the retrospective method, anamnesis, in-depth interviews, Geographic Information System (GIS), and environmental analysis. The kernel density estimation revealed that in 2011-2017, DHF was concentrated in four villages, namely Giriasih, Giricahyo, Giritirto, and Giripurwo. There was a correlation between DHF incidents and physical geographical features of these villages, including proximity to water sources, high vegetation density, elevation, humidity, and rainfall, which created habitats for mosquito growth. A high incidence of DHF has been observed in children (50.8%) and students (57.4%), with most cases (78.7%) showing typical symptoms of the disease. A few of the 61 cases in the district developed into dengue shock syndrome (DSS) and led to death (4.9%), mainly because the public was unable to recognize the warning signs of DHF early and had limited knowledge of required management therapy. Moreover, the preventive or precautionary measures known as the 3M-Plus were not fully implemented yet.
    corecore