8 research outputs found

    PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KOMITMEN PROFESIONALTERHADAP KEPUASAN KERJA AKUNTAN PUBLIK:ROLE STRESS SEBAGAI VARIABEL MODERATING

    Get PDF
    The purpose of this research is to analyzed the influence of organizational commitment, professional commitment to job satisfaction of public accountants with a role stress as moderating variable. The samples of this research are 44 public accountants that worked at public accountants office which registered in Yogyakarta and Semarang. The data were analyzed by multiple regression method with moderating variable.The result of this analysis of individual test show that role conflict is not moderated of relation by organizational commitment with job satisfaction. Also with role ambiguity which not moderated or relation by organizational commitment with job satisfaction. The main practical implication of this research is that the public accountants organizational must be attention to jobs expectation of their auditors. Because that is the factors that rising the organizational commitment and in the future it will be to give a high school satisfaction.</p

    Kebijakan Swasembada Pangan Berkelanjutan: Komponen Strategis dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

    Full text link
    Peranan sektor pertanian dalam ekonomi nasional masih sangat dibutuhkan terutama dalam rangka penyediaan pangan dan bahan baku industri, lapangan kerja dan pendapatan, sumber devisa, serta pengentasan kemiskinan. Dengan penduduk yang terus bertambah, penyediaan pangan juga dituntut terus meningkat dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan. Beberapa isu kebijakan pembangunan pertanian yang perlu dicermati antara lain (a) swasembada dan swasembada berkelanjutan komoditas beras, jagung, dan kedelai; (b) kebijakan subsidi pupuk dan harga gabah; (c) kebijakan industri dan peternakan unggas; (d) penurunan tarif impor dan liberalisasi perdagangan komoditas pertanian; (e) kebijakan peningkatan ekspor komoditas pertanian; (f) isu pengangguran dan pengentasan kemiskinan di perdesaan; dan (g) dampak kebijakan moneter dan fiskal terhadap sektor pertanian dan kesejahteraan petani. Khusus untuk pangan, pemerintah memberikan penekanan yang kuat dalam kerangka kedaulatan dan kemandirian pangan. Dalam RPJMN disebutkan sasaran utama dari penguatan pasokan pangan dan diversifikasi konsumsi pangan selama periode 2015– 2019 adalah (1) peningkatan ketersediaan pangan yang bersumber dari produksi dalam negeri; (2) peningkatan cadangan pangan pemerintah, khususnya beras dan cadangan pangan daerah; (3) peningkatan konsumsi pangan baik jumlah maupun kualitas yang ditunjukkan dengan tingkat konsumsi energi/kalori pada tahun 2019 minimal mencapai 2.150 kkal/kapita/hari, dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang mencapai 92,5. Sementara itu, peningkatan ketersediaan pangan yang bersumber dari produksi dalam negeri, yaitu (1) meningkatkan jumlah surplus produksi padi dalam negeri; (2) meningkatkan produksi kedelai terutama untuk mencukupi kebutuhan konsumsi tahu dan tempe; (3) meningkatkan produksi jagung dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dan industri kecil; (4) meningkatkan produksi daging sapi untuk memenuhi konsumsi rumah tangga; serta (5) meningkatkan produksi gula untuk kebutuhan langsung dan industri rumah tangga. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, Renstra Kementerian Pertanian menyebutkan salah satu kebijakannya adalah peningkatan swasembada beras dan peningkatan produksi jagung, kedelai, gula, daging, cabai, dan bawang merah. Dalam operasionalnya, Kementerian Pertanian mencanangkan program Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Pajale) melalui Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya yang dimulai pada tahun 2015. Sebagai unit kerja lingkup Kementerian Pertanian, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) harus mampu menyiapkan bahan kebijakan yang sifatnya antisipatif atau menjawab isu-isu dan permasalahan yang berkembang pada tahun berjalan, baik yang sensitif maupun yang bersifat klarifikasi. Kajian analisis kebijakan dan evaluasi bersifat responsif terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat, terutama yang terkait dengan aspek sosial ekonomi dan kebijakan pertanian. Agar tidak ketinggalan dan kehilangan relevansi, analisis kebijakan ini perlu dilakukan secara cepat, tepat, dan cermat sehingga diperoleh hasil kajian yang relevan untuk Perumusan kebijakan, baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Oleh karena itu, kami pimpinan PSEKP menyambut baik dilaksanakannya kegiatan Analisis Kebijakan dengan topik besar: Analisis Kebijakan Swasembada Pangan Berkelanjutan, yang kemudian hasil-hasilnya dirangkum dalam bentuk buku Kebijakan Swasembada Pangan Berkelanjutan: Komponen Strategis dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Pemilihan topik ini dipandang relevan dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah termasuk Kementerian Pertanian. Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan juga sangat ditunggu dan diharapkan berguna untuk evaluasi dan penyempurnaan kebijakan yang telah dilaksanakan serta masukan bagi kebijakan ke depan

    Transitions from Injection-Drug-Use-Concentrated to Self-Sustaining Heterosexual HIV Epidemics: Patterns in the International Data

    Get PDF
    Background: Injecting drug use continues to be a primary driver of HIV epidemics in many parts of the world. Many people who inject drugs (PWID) are sexually active, so it is possible that high-seroprevalence HIV epidemics among PWID may initiate self-sustaining heterosexual transmission epidemics. Methods: Fourteen countries that had experienced high seroprevalence (,20%) HIV epidemics among PWID and had reliable data for injection drug use (IDU) and heterosexual cases of HIV or AIDS were identified. Graphs of newly reported HIV or AIDS cases among PWID and heterosexuals were constructed to identify temporal relationships between the two types of epidemics. The year in which newly reported cases among heterosexuals surpassed newly reported cases among PWID, aspects of the epidemic curves, and epidemic case histories were analyzed to assess whether it was ‘‘plausible’ ’ or ‘‘highly unlikely’ ’ that the HIV epidemic among PWID might have initiated the heterosexual epidemic in each country. Results: Transitions have occurred in 11 of the 14 countries. Two types of temporal relationships between IDU and heterosexual HIV epidemics were identified, rapid high incidence transitions vs. delayed, low incidence transitions. In six countries it appears ‘‘plausible’ ’ that the IDU epidemic initiated a heterosexual epidemic, and in five countries it appears ‘‘highly unlikely’ ’ that the IDU epidemic initiated a heterosexual epidemic. A rapid decline in incidence among PWID after the peak year of new cases and national income were the best predictors of the ‘‘highly unlikely’ ’ initiation of a heterosexua

    Primer Design for Isolation of Sucrose:Sucrose 1-Fructosyltransferase (1-SST) Gene From Gembili (Dioscorea Esculenta)

    Full text link
    Recent studies have reported the presence of inulin, a prebiotic polysaccharide, in gembili (Dioscorea esculenta). Sucrose:sucrose 1-fructosyltransferase (1-SST) is an enzyme that catalyzes the first step of inulin biosynthesis. The identification of this enzyme would be the foundation to improve the yield of inulin in gembili; to modify 1-SST gene for this purpose, its sequence must first be determined. This study aimed to design primers to isolate 1-SST gene from D. esculenta. The primers were designed by using the whole-genome sequence of Dioscorea rotundata due to the lack of genomic information on D. esculenta. Sequences from chromosome 6 and 11 were used as the template of primer design in which four pairs of primers were selected. Amplification products with expected size were gel-purified, then the targets were sequenced and analyzed in-silico. As a result, one of the primer pairs had successfully isolated vacuolar invertase gene, which is closely related to 1-SST gene. On the other hand, the other primer pairs showed either negative or false-positive result. Using the current strategy, 1-SST gene sequence from D. esculenta has not been successfully isolated, thus other approaches in primer design should be considered in further studies. Keywords: 1-SST, Dioscorea esculenta, Gembili, Inulin, Primer desig
    corecore