22 research outputs found

    Pelestarian dan Pengembangan Kawasan Kota Lama sebagai Landasan Budaya Kota Semarang

    Full text link
    Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah dan juga termasuk dalam kategori kota besar di Indonesia, memiliki ketiga aspek utama dari pengembangan kota berkelanjutan. Konservasi kawasan bersejarah yang termasuk dalam ikon pariwisata, dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah yang menjanjikan dan menjadi fokus utama pengembangannya. Kota Semarang sendiri memiliki beberapa kawasan yang strategis untuk di konservasi keberadaannya seperti Kota Lama, daerah Pecinan, Pasar Johar, dan Kampung Sekayu. Konservasi kawasan dilakukan untuk memberikan perlindungan kawasan bersejarah termasuk isi di dalamnya agar perkembangannya terkendali dan tidak tergusur oleh pembangunan dan modernisasi.Kota Semarang terbentuk melalui perjalanan sejarah panjang dan unik, yang ditandai dengan berbagai peninggalan sejarah utamanya gedung dan bangunan kuno. Bertolak dari hal ini, kiranya diperlukan suatu konsep pemikiran yang komprehensif untuk menangani mutiara-mutiara yang ada di Kota Semarang ini, yang masih tampak kusam dan tidak kelihatan kilauannya. Pemerintah Kota Semarang sendiri juga tidak dapat melihat bahwa potensi kawasan dan bangunan kuno ini merupakan mutiara-mutiara yang masih kusam dan tersembunyi, yang dapat digosok supaya berkilau dan menarik perhatian. Mereka lebih suka latah membangun gedung-gedung dan mal-mal tanpa perencanaan yang matang, dan justeru sering menggusur bangunan bersejarah tersebut.Dari urian di atas, kiranya penelitian ini diperlukan untuk menangani satu diantara mutiara-mutiara tersebut yakni Kawasan Kota Lama melalui pengembangan konsep konservasi kawasan, yaitu merupakan konsep penataan, pelestarian dan pengembangan kawasan-kawasan bersejarah di kota Semarang, dan tentu saja merupakan salah satu landasan budaya bagi perencanaan dan pengembangan kota.Kegiatan penelitian diawali dengan mengumpulkan data-data histories-arkeologis di kawasan-kawasan bersejarah khususnya Kota Lama yang dilakukan melalui studi pustaka, studi arsip, studi peta, serta diikuti dengan observasi lapangan untuk mengetahui kondisi fisik kawasan dan bangunan-bangunan bersejarah. Data-data histories, arkeologis maupun arsitektural, baik berbentuk sumber primer maupun sekunder diklasifikasikan dan dianalisis secara deskriptif

    Studies of electronic properties of mixed transition metal oxide and lanthanide phosphate glasses

    No full text
    SIGLEAvailable from British Library Lending Division - LD:D57357/85 / BLDSC - British Library Document Supply CentreGBUnited Kingdo

    Threshold and its performance in urban settlement

    No full text
    This study aims to investigate several elements as a form of threshold in the urban settlement. Threshold has the function of connectedness and separation, which is an integral part of spatial practice in urban settlements. That is how humans have the freedom to regulate their activities and space by using the threshold as connector or separator. In particular, this paper describes the elements function as a threshold for different conditions to connect and separate human roles and activities. The extent to which activities occur in a particular space and time in urban settlements is the key to determining the shape of the threshold. This paper presents an overview of the forms and performance of threshold that exist in urban settlements based on everyday practices. It not only discusses the function of elements as a threshold but also reveals the relationship between in-out of the everyday practice in urban settlements. The presence of thresholds in urban settlements is not only limited to physical elements. In this paper, we argue that the threshold element can produce a different performance due to the interacting activities between space and time. So that the understanding that connecting and separating cannot be seen as something fixed, but depends on other aspects that occur in everyday practice. This paper provides another understanding of the performance of thresholds in urban settlements, and this can be carried out in the development of a dynamic and transformative urban spatial design

    Kontekstual Lokasi Tapak pada Kecamatan Srumbung Magelang

    Full text link
    Perkembangan model penataan kawasan di Indonesia membuat kantor kecamatan perlu mewadahi kegiatan formal dan informal masyakatnya. Kantor kecamatan dituntut mampu mengoptimalkan luasan yang dimilikinya untuk berkumpul, melakukan aktivitas masyarakat serta menjadi sebuah pusat pemerintahan skala kecamatan yang tanggap saat terjadi bencana khususnya dapat menampung masyarakat dengan cukup ruang. Dari berbagai permasalahan yang ada di lokasi, maka dibutuhkan suatu studi untuk mengetahui kecamatan untuk dapat dikembangkan, baik itu di relokasi atau dikembangkan kembali dengan tapak yang sama. Studi ini membahas tentang pembobotan tapak sebagai acuan mengembangkan kantor kecamatan. Studi dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan deduktif. Kajian regulasi dan pustaka, studi observasi lapangan dan studi kasus dilakukan untuk mengkonfirmasi kelaikan tapak eksisting. Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan kelaikan tapak yang sedang digunakan sebagai kantor kecamatan. Hasil yang dicapai adalah kelayakan kondisi eksisting tapak until dikembangkan menjadi kantor kecamatan dengan beberapa Saran perbaikan

    Pemilihan Tapak Alternatif Bagi Pengembangan Kantor Kecamatan Windusari

    Full text link
    Kawasan kecamatan di Indonesia pada saat ini harus mampu mewadahi kegiatan masyarakat tingkat kecamatan tersebut, baik itu formal dan informal. Kebutuhan ruangan dan kelayakan tapak untuk kantor kecamatan mengalami tren yang meningkat. Sehingga bangunan saat iniyang hanya mampu menampung kegiatan-kegiatan bagi staffnya dan ruang yang sudah ada, harus dikembangkan agar dapat menampung masyarakat. Kebencanaan juga berkembang dalam kondisi Indonesia yang terletak pada lingkaran gunung api (ring of fire). Berbagai masalah yang timbul di lokasi memerlukan suatu studi untuk mengetahui kecamatan untuk dapat dikembangkan. Studi berlangsung dengan paradigma kuantitatif dengan pendekatan deduktif melalui analisis pustaka, studi observasi lapangan dan studi kasus kecamatan. Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan kelaikan tapak yang sedang digunakan sebagai kantor kecamatan. Hasil dari studi ini menemukan bahwa tapak eksisting masih layak untuk dikembangkan

    [Arg(6), D-Trp(7,9), N(me)Phe(8)]-substance P (6-11) (antagonist G) induces AP-1 transcription and sensitizes cells to chemotherapy.

    Get PDF
    [Arg(6), D-Trp(7,9), N(me)Phe(8)]-substance P (6-11) (antagonist G) inhibits small cell lung cancer (SCLC) growth and is entering Phase II clinical investigation for the treatment of SCLC. As well as acting as a neuropeptide receptor antagonist, antagonist G stimulates c-jun-N-terminal kinase (JNK) activity and apoptosis in SCLC cells. We extend these findings and show that the stimulation of JNK and apoptosis by antagonist G is dependent upon the generation of reactive oxygen species (ROS) being inhibited either by anoxia or the presence of N-acetyl cysteine (n-AC). Antagonist G is not intrinsically a free radical oxygen donor but stimulates free radical generation specifically within SCLC cells (6.2-fold) and increases the activity of the redox-sensitive transcription factor AP-1 by 61%. In keeping with this, antagonist G reduces cellular glutathione (GSH) levels (38% reduction) and stimulates ceramide production and lipid peroxidation (112% increase). At plasma concentrations achieved clinically in the phase I studies, antagonist G augments, more than additively, growth inhibition induced by etoposide. Our results suggest that antagonist G may be particularly effective as an additional treatment with standard chemotherapy in SCLC. These novel findings will be important for the clinical application of this new and exciting compound and for the future drug development of new agents to treat this aggressive cancer
    corecore