25 research outputs found

    Dinamika Gugur Daun Dan Produksi Berbagai Klon Karet Kaitannya Dengan Kandungan Air Tanah

    Full text link
    Curah hujan berpengaruh terhadap ketersediaan air tanah. Pada waktu musim kemarau curah hujan menurun sehingga air menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman karet. Dengan adanya keterbatasan air pada waktu musim kemarau tersebut tanaman karet melakukan adaptasi untuk mengurangi transpirasi dengan cara menggugurkan daunnya. Beberapa jenis klon karet memiliki tipe yang berbeda-beda dalam menggugurkan daunnya karena adanya defisit air dalam tanah, yaitu klon karet yang serentak maupun yang bertahap dalam menggugurkan daunnya pada waktu musim kemarau. Oleh karena itu perlu diadakan suatu penelitian tentang dinamika gugur daun berbagai klon karet kaitannya dengan kandungan air tanah dan produksi pada daerah selatan khatulistiwa. Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah tanaman karet klon BPM 24, GT 1, RRIC 100 dan PB 260 tahun tanam 2000. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengukur kadar air tanah Troxler Sentry 200 AP, oven, dan pipa pralon. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sembawa. Penelitian dilaksanakan dengan cara menanam pipa pralon ke dalam tanah sepanjang 1,5 m di dalam barisan tanaman dan di dalam gawangan tanaman karet. Parameter yang diamati meliputi kadar air tanah, produksi, waktu terjadinya gugur daun, luas daun spesifik, dan indeks luas daun (ILD). Data hasil penelitian menunjukkan bahwa klon PB 260 lebih dahulu menggugurkan daunnya dibandingkan dengan klon BPM 24, RRIC 100, dan GT 1. Produksi karet mulai menurun saat ILD mencapai angka sekitar 1 atau menurun sebesar 40%. Konsumsi air klon GT 1 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan klon BPM 24, RRIC 100 dan PB 260. Diterima : 25 Januari 2011; Disetujui : 1 Juni 2011How to Cite : Ardika, R., Cahyo, A.N., & Wijaya, T. (2011). Dinamika gugur daun dan produksi berbagai klon karet kaitannya dengan kandungan air tanah. Jurnal Penelitian Karet, 29(2), 102-109. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/24

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Sapi Bali di Wilayah Binaan Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali di Bali

    Full text link
    Penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi Balitelah dilakukan di wilayah binaan dari Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali (P3Bali) di Bali. Dataproduktivitas sapi Bali yang dicatat oleh pihak P3Bali yaitu bobot sapih umur 205 hari, bobot setahun umur 365hari, sifat reproduksi yakni lama bunting, selang kawin setelah beranak dan selang beranak. Faktor lokasi (Li),musim kelahiran pedet (Ml), jenis kelamin pedet (Kk) dan Paritas (Pm) ditetapkan sebagai pengaruh tetap (fix factors)serta pejantan di dalam lokasi (Jj) sebagai pengaruh acak (random factor). Hasil penelitian menunjukkanbahwa rataan bobot sapih sapi Bali di wilayah ini secara umum diperoleh sebesar 97,42±5,28 kg dan bobot setahunsebesar 148,95±7,23 kg. Faktor kelompok pejantan dalam lokasi, jenis kelamin pedet dan paritas secara nyata berpengaruhterhadap bobot sapih (P<0,05), sedangkan bobot setahun secara sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi olehsemua faktor tersebut. Sementara untuk sifat-sifat reproduksi yaitu rataan lama bunting diperoleh 284,87±0,33hari, tidak nyata dipengaruhi oleh faktor lokasi, musim, jenis kelamin dan paritas. Selang kawin setelah beranakdiperoleh selama 125,99±5,97 hari dan nyata dipengaruhi oleh musim dan paritas, sedangkan lokasi dan jeniskelamin tidak berpengaruh nyata. Sifat selang kawin setelah beranak diperoleh selama 125,99±5,97 hari. Selangberanak diperoleh selama 400,88±6,24 hari, dan tidak nyata dipengaruhi oleh semua faktor kecuali musim kelahiran.Melihat Kenyataan tersebut, maka USAha untuk meningkatkan kualitas dan mutu sapi Bali dapat dilakukanberdasarkan sifat produksi dan sifat reproduksinya dengan faktor-faktor yang dipertimbangkan

    Degradasi Methyl Orange dengan Tio2-n/bentonit Kajian : Komposisi N pada Komposit Tio2-n/bentonit, Sumber Sinar, dan Volume H2o2

    Get PDF
    Fotokatalis merupakan material semikonduktor yang mampu mempercepat laju reaksi oksidasi maupun reduksi melalui reaksi fotokimia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi N pada komposit TiO2-N/Bentonit, pengaruh variasi volume penambahan H2O2 30%, serta pengaruh lama penyinaran terhadap penurunan konsentrasi zat warna methyl orange 10 mg/L. Karakterisasi fotokatalis dilakukan dengan menggunakan spektroskopi FTIR, UV- Vis Diffuse Reflactance, dan particle size analyzer. Penentuan konsentrasi methyl orange hasil penurunan konsentrasi diukur dengan spektrofotometer UV- Vis pada panjang gelombang 464,3 nm. Jumlah N yang diimpregnasi pada TiO2/N dilakukan perbandingan mol TiO2:urea 10:0,5; 10:1,0; 10:1,5; 10:2,0; dan 10:2,5. Variasi volume penambahan H2O2 30% adalah 0, 0,25; 0,5; 0,75; dan 1,0 mL. Uji aktivitas fotokatalis dilakukan menggunakan 50 mg komposit TiO2-N/Bentonit dalam 25 mL methyl orange 10 mg/L pada kondisi sinar matahari dan sinar UV (352 nm) selama tiga jam. Hasil karakterisasi menunjukkan penambahan dopan N menyebabkan peningkatan ukuran partikel dan penurunan band gap TiO2-N/Bentonit sebesar 0,04 eV. Spektra IR menunjukkan adanya vibrasi N pada bilangan gelombang 1519,30-1519,80 cm-1. Hasil penelitian menunjukkan komposisi TiO2:urea 10:2,0 paling optimum pada kondisi sinar matahari dengan penurunan konsentrasi sebesar 81,39%. Volume penambahan optimum 0,75 mL H2O2 30% dapat meningkatkan aktivitas fotokatalitik menjadi 99,55%. Variasi lama penyinaran berbanding lurus dengan degradasi methyl orange. Lama penyinaran optimum pada 180 menit dengan sinar matahari dan sinar UV

    Uji Adaptasi Beberapa Klon Karet pada Elevasi Tinggi

    Full text link
    Lahan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman karet semakin terbatas sehingga banyak petani dan Perusahaan mencari lahan pengembangan karet di daerah non tradisional seperti lahan pada > 500 m di atas permukaan laut (mdpl). Penelitian dilakukan di Kabupaten Muara Enim pada elevasi 760 mdpl. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi pertumbuhan dan produksi beberapa klon karet pada elevasi tinggi. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan klon sebagai perlakuan dan diulang sebanyak empat kali. Klon yang diuji adalah PB 260, RRIC 100, BPM 24, GT 1 dan IRR 39. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman karet pada elevasi tinggi dengan perawatan sesuai anjuran akan mampu matang sadap pada umur lima tahun. Pertumbuhan klon karet paling cepat pada elevasi tinggi 760 m dpl secara berurutan adalah IRR 39, RRIC 100, PB 260, BPM 24 dan GT 1, sedangkan produksi paling tinggi adalah PB 260, RRIC 100, BPM 24, GT 1 dan IRR 39
    corecore