28 research outputs found

    Peran kepemimpinan Islami dan kepemimpinan layanan dalam model kinerja dosen pada perguruan tinggi keagamaan Islam negeri di Jawa Timur

    Get PDF
    The performance is one of the important things to achieve the objectives of the organization. The performance of a lecturer at different colleges with a performance at the business-oriented organizations. The performance of a lecturer at the College is intended to achieve the objectives of the Organization through the forth elements in Undang-Undang No. 14 of 2005. These elements include educational activities and teaching, research, public service and other support. The purpose of this research was to analyze the influence of perception of Islamic leadership and servant leadership perception towards the performance of the lecturer through the work engagement and organizational commitment as mediator variables. This research uses a quantitative approach and survey methods, conducted on 148 lecturer civil state (PNS) and the certification status has been serdos of the two Islamic State University accredited A in East Java. The data collection tools used four questionnaires and data from lecturer performance recap (serdos) per semester and even by 2014. The results of this research shows that theoretical models of lectures performance, consisting of perception of Islamic leadership and servant leadership, work engagement and organizational commitment contributes of lecturers performance. Especially viewed through work engagement and organizational commitment dynamic as antecedence of lecturers performance. Noticed that work engagement has a strong and significant antecedent to increased lecturers performance

    Servant leadership pada perguruan tinggi berbentuk BLU untuk meningkatkan kinerja dengan self efficacy sebagai variabel mediasi

    Get PDF
    Kepemimpinan telah sejak lama menjadi kajian yang menarik minat para peneliti pada empat dekade terakhir. Mulai dari Stogdill 1974, Rauch & Behling 1984, Bass 1985, Bass & Avolio 1994, Beekun, 1999 dan terus berkembang sampai saat ini. Kisah bagaimana Rektor memaafkan dosen yang kehilangan mobil dinas, serta bagaimana beliau senantiasa meng-sms para dosen dan karyawan di pertengahan malam agar dikaruniai rahmat, barkah serta ampunan dari Allah swt, serta bagaimana beliau berusaha untuk merangkul orang-orang yang mungkin secara ideologi politik kampusnya yang berbeda, serta bagaimana beliau kemudian memberikan hadiah kepada orang yang baru saja ditegur karena melakukan kesalahan, merupakan fenomena yang lahir dari rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam dalam lubuk hati beliau. Model di atas jelas selaras dengan apa dikemukan Greenleaf sebagai Servant Leadership, yang tercermin dalam karakter Listening, Empathy dan Stewardship. Pertama, seorang pemimpin harus memiliki karakter yang bermoral melalui peningkatan keyakinan kepada Tuhan sehingga melahirkan empat kekutan spiritual berupa iman, islam, taqwa dan ihsan. Ke empat karakter ini dapat diukur dengan lima parameter kunci berupa perilaku Islami yang menyangkut tentang keadilan, amanah, kebajikan, berusaha meningkatkan kemampuan diri dan menepati janji (Beekun, 1999). Dalam penelitiannya, Beekun (1999) meyakini bahwa karakter yang memiliki moralitaslah yang akan mengarahkan seorang pemimpin untuk mengelola organisasi ke arah yang lebih baik. Karena itu, nilai spiritual yang menyangkut iman, islam, taqwa dan ihsan merupakan bagian dari dimensi kinerja bagi kepemimpinan Islami (Yunus,2009)

    Servant leadership pada perguruan tinggi berbentuk BLU untuk meningkatkan kinerja dengan self efficacy sebagai variabel mediasi

    Get PDF
    Kepemimpinan telah sejak lama menjadi kajian yang menarik minat para peneliti pada empat dekade terakhir. Mulai dari Stogdill 1974, Rauch & Behling 1984, Bass 1985, Bass & Avolio 1994, Beekun, 1999 dan terus berkembang sampai saat ini. Kisah bagaimana Rektor memaafkan dosen yang kehilangan mobil dinas, serta bagaimana beliau senantiasa meng-sms para dosen dan karyawan di pertengahan malam agar dikaruniai rahmat, barkah serta ampunan dari Allah swt, serta bagaimana beliau berusaha untuk merangkul orang-orang yang mungkin secara ideologi politik kampusnya yang berbeda, serta bagaimana beliau kemudian memberikan hadiah kepada orang yang baru saja ditegur karena melakukan kesalahan, merupakan fenomena yang lahir dari rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam dalam lubuk hati beliau. Model di atas jelas selaras dengan apa dikemukan Greenleaf sebagai Servant Leadership, yang tercermin dalam karakter Listening, Empathy dan Stewardship. Pertama, seorang pemimpin harus memiliki karakter yang bermoral melalui peningkatan keyakinan kepada Tuhan sehingga melahirkan empat kekutan spiritual berupa iman, islam, taqwa dan ihsan. Ke empat karakter ini dapat diukur dengan lima parameter kunci berupa perilaku Islami yang menyangkut tentang keadilan, amanah, kebajikan, berusaha meningkatkan kemampuan diri dan menepati janji (Beekun, 1999). Dalam penelitiannya, Beekun (1999) meyakini bahwa karakter yang memiliki moralitaslah yang akan mengarahkan seorang pemimpin untuk mengelola organisasi ke arah yang lebih baik. Karena itu, nilai spiritual yang menyangkut iman, islam, taqwa dan ihsan merupakan bagian dari dimensi kinerja bagi kepemimpinan Islami (Yunus,2009)

    Konstruk teoritis dan pengukuran karakteristik kepemimpinan yang melayani pada lembaga pendidikan Islam

    Get PDF
    Organisasi merupakan satuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan tersebut harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut akan mampu mencapainya bersama. Pada organisasi tersebut masing-masing individu diberi peranan tertentu dalam suatu sistem kerja melalui berbagai kewenangan dan tanggung jawab (Robbins & Judge, 2008). Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan yang saling berkaitan. Tahap pertama merupakan proses konseptualisasi dan konstruksi terhadap kepemimpinan layanan. Tahap kedua dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh dari tahap pertama. Pada tahap ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui uji coba skala kepemimpinan layanan dan analisis faktor skala kepemimpinan layanan . Kepemimpinan Layanan adalah kepemimpinan yang menempatkan manusia sebagai faktor utama dalam organisasi, melibatkan bawahan, menghargai bawahan, memberikan contoh dan komunikatif. Faktor-faktor yang menjadi karakteristik dari kepemimpinan layanan adalah : Keputusan yang melibatkan bawahan dengan musyawarah dan mufakat.Memberikan arahan dan motivasi pada bawahan. Mampu mengakomodir berbagai pendapat dan perbedaan pendapat. Melaksanakan keputusan yang telah disepakati dengan cara bertanggung jawab pada keputusan tersebut. Komunikatif dengan cara mengkomunikasikan kebijakan pada stakeholder. Transparan dengan menumbuhkan semangat kerja.Empati pada bawahan.Faktor/ indikator yang paling dominan dalam pembentukan kepemimpinan layanan adalah : Melaksanakan keputusan dan bertanggung jawabKomunikatifTransparansiIndikator yang paling lemah dalam membentuk kepemimpinan layanan adalah keputusan yang melibatkan bawahan

    Konstruk teoritis dan pengukuran karakteristik kepemimpinan yang melayani pada lembaga pendidikan Islam

    Get PDF
    Organisasi merupakan satuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan tersebut harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut akan mampu mencapainya bersama. Pada organisasi tersebut masing-masing individu diberi peranan tertentu dalam suatu sistem kerja melalui berbagai kewenangan dan tanggung jawab (Robbins & Judge, 2008). Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan yang saling berkaitan. Tahap pertama merupakan proses konseptualisasi dan konstruksi terhadap kepemimpinan layanan. Tahap kedua dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh dari tahap pertama. Pada tahap ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui uji coba skala kepemimpinan layanan dan analisis faktor skala kepemimpinan layanan . Kepemimpinan Layanan adalah kepemimpinan yang menempatkan manusia sebagai faktor utama dalam organisasi, melibatkan bawahan, menghargai bawahan, memberikan contoh dan komunikatif. Faktor-faktor yang menjadi karakteristik dari kepemimpinan layanan adalah : Keputusan yang melibatkan bawahan dengan musyawarah dan mufakat.Memberikan arahan dan motivasi pada bawahan. Mampu mengakomodir berbagai pendapat dan perbedaan pendapat. Melaksanakan keputusan yang telah disepakati dengan cara bertanggung jawab pada keputusan tersebut. Komunikatif dengan cara mengkomunikasikan kebijakan pada stakeholder. Transparan dengan menumbuhkan semangat kerja.Empati pada bawahan.Faktor/ indikator yang paling dominan dalam pembentukan kepemimpinan layanan adalah : Melaksanakan keputusan dan bertanggung jawabKomunikatifTransparansiIndikator yang paling lemah dalam membentuk kepemimpinan layanan adalah keputusan yang melibatkan bawahan

    Standar pencahayaan pada masjid untuk perilaku khusyu' sebagai bentuk aktualisasi diri

    Get PDF
    Populasi Muslim di Indonesia adalah yang terbanyak di dunia. Data World Population Review pada 2020 mencatat populasi Muslim di Tanah Air mencapai 229 juta jiwa atau membentuk 87,2 persen dari total penduduknya yang sebanyak 273,5 juta jiwa (Republika.com). Menurut Data Kementrian Agama, menyatakan bahwa jumlah masjid di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 255.147 buah. Jumlah bangunan masjid di Indonesia tidak hanya banyak, tetapi juga bertambah secara pesat dari waktu ke waktu. Bangunan masjid memiliki prasyarat minimum pencahayaan pada ruang ibadah adalah sebesar 200 lux (SNI 6197:2011). Perancangan pencahayaan alami merupakan salah satu yang menentukan kualitas rancangan suatu bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indikator pendukung perilaku khusyu’ dalam mendirikan ibadah sholat dan Untuk merumuskan standar nilai pencahayaan alami sebagai persyaratan perancangan masjid yang menunjang perilaku khusyu’ dalam mendirikan ibadah sholat. Langkah awal pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode literatur studi berdasarkan teori dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Langkah berikutnya adalah Langkah awal pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode literatur studi berdasarkan teori dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Langkah berikutnya dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Pada tahap akhir penelitian ini yaitu melakukan interpretasi data. Jumlah dan data umum tentang responden (objeknya adalah jam masjid Jami kota Malang, data yang terkumpul sebanyak 230 responden, dengan pembagian responden laki laki 105, perempuan 125, usia responden bervariasi dari 11-20 tahun (46), 21-30 tahun (108), 31-40 tahun (28), 41-50 tahun (25), 51-60 tahun (18) dan di atas 60 tahun (5), domisili responden: sekitar masjid (19), area malang (146), luar malang (65), seluruh responden pernah melakukan ibadah di masjid Jami’. Penelitian diketahui bahwa Bentuk koneksi antara makhluk dan penciptanya ketika ada perasaan khusyu’ yang hadir, sehingga makhluknya dapat merasakan kehadiran Allah swt, ketenangan, tunduk dan trenyuh. Untuk menghadirkan suasana khusyu’ dalam masjid, peranan perancang menjadi sangat penting untuk menghasilkan masjid dengan indikator-indikator hasil dari penelitian ini, antara lain kenyamanan, kebersihan, kesunyian, ketenangan, kesiapan diri dan pencahayaan. Faktor fisik (arsitektural) memiliki kecenderungan preferensi lebih tinggi dibandingkan factor non fisik seperti kesiapan diri, kebersihan karena terkait dengan kesucian, keamanan, kegiatan ibadah dan keampuan imam

    Standar pencahayaan pada masjid untuk perilaku khusyu' sebagai bentuk aktualisasi diri

    Get PDF
    Populasi Muslim di Indonesia adalah yang terbanyak di dunia. Data World Population Review pada 2020 mencatat populasi Muslim di Tanah Air mencapai 229 juta jiwa atau membentuk 87,2 persen dari total penduduknya yang sebanyak 273,5 juta jiwa (Republika.com). Menurut Data Kementrian Agama, menyatakan bahwa jumlah masjid di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 255.147 buah. Jumlah bangunan masjid di Indonesia tidak hanya banyak, tetapi juga bertambah secara pesat dari waktu ke waktu. Bangunan masjid memiliki prasyarat minimum pencahayaan pada ruang ibadah adalah sebesar 200 lux (SNI 6197:2011). Perancangan pencahayaan alami merupakan salah satu yang menentukan kualitas rancangan suatu bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indikator pendukung perilaku khusyu’ dalam mendirikan ibadah sholat dan Untuk merumuskan standar nilai pencahayaan alami sebagai persyaratan perancangan masjid yang menunjang perilaku khusyu’ dalam mendirikan ibadah sholat. Langkah awal pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode literatur studi berdasarkan teori dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Langkah berikutnya adalah Langkah awal pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode literatur studi berdasarkan teori dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Langkah berikutnya dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Pada tahap akhir penelitian ini yaitu melakukan interpretasi data. Jumlah dan data umum tentang responden (objeknya adalah jam masjid Jami kota Malang, data yang terkumpul sebanyak 230 responden, dengan pembagian responden laki laki 105, perempuan 125, usia responden bervariasi dari 11-20 tahun (46), 21-30 tahun (108), 31-40 tahun (28), 41-50 tahun (25), 51-60 tahun (18) dan di atas 60 tahun (5), domisili responden: sekitar masjid (19), area malang (146), luar malang (65), seluruh responden pernah melakukan ibadah di masjid Jami’. Penelitian diketahui bahwa Bentuk koneksi antara makhluk dan penciptanya ketika ada perasaan khusyu’ yang hadir, sehingga makhluknya dapat merasakan kehadiran Allah swt, ketenangan, tunduk dan trenyuh. Untuk menghadirkan suasana khusyu’ dalam masjid, peranan perancang menjadi sangat penting untuk menghasilkan masjid dengan indikator-indikator hasil dari penelitian ini, antara lain kenyamanan, kebersihan, kesunyian, ketenangan, kesiapan diri dan pencahayaan. Faktor fisik (arsitektural) memiliki kecenderungan preferensi lebih tinggi dibandingkan factor non fisik seperti kesiapan diri, kebersihan karena terkait dengan kesucian, keamanan, kegiatan ibadah dan keampuan imam

    Studying online from home and social anxiety among university students: The role of societal and interpersonal mattering

    Get PDF
    Literature suggested that the enforcement of lockdowns such as the Movement Control Order (MCO) had limited physical social interaction and therefore increased the inclination on social media and other means of digital communication. This shift of social pattern was reported to alter the way young adults develop their mattering, the sense of how much they matter to others. While mattering has been reported as the protective factors against social anxiety, this study aims to investigate the contribution of interpersonal mattering and societal mattering on social anxiety among university students who had to study online from home during the enforcement of the MCO in Malaysia amidst the COVID-19 pandemic in early 2021. Purposive sampling was conducted to recruit 158 participants (89 females, 69 males) with their ages ranging from 18 to 25 years of age (M=21.77, SD=1.54) to respond to Mattering to Others Questionnaire, University Mattering Scale, and Social Phobia Inventory. The results of multiple linear regression supported the hypotheses that both types of mattering negatively predict social anxiety, and that interpersonal mattering was no longer a significant predictor when controlling for societal mattering

    The effect of work life balance on quiet quitting in millennial generation workers

    Get PDF
    ENGLISH: abstract The abstract should summarize the contents of the paper in short terms, i.e. 150–250 words. Quiet quitting is an attitude shown by workers to refuse to do additional work that is not in accordance with their main duties. Quiet quitting is caused by several factors, including workload, bad work culture, and a lack of balance between work and personal life. Thus, many workers apply a work-life balance to limit work and personal life. Work- life balance is an action taken by workers in balancing the various roles played by workers consisting of time, energy, work pressure and personal life, as well as all the connections therein. This research was shown to determine the effect of work-life balance on quiet quitting in millennial generation workers by using quantitative research methods and simple linear regression analysis techniques to analyze data from 100 millennial generation workers in Malang City. The results of the research and analysis show the sig. Work-life balance on quiet quitting is 0.776 (p < 0.05) so, there is no effect between work-life balance on quiet quitting for millennial generation workers in Malang city

    Characteristics of servant leadership in Islamic educational institutions

    Get PDF
    This research aimed to identify leadership concepts in Islamic educational institutions, examine indicators or characteristics covering servant leadership, and find the most dominant indicator in building servant leadership in Islamic educational institutions. This research was conducted in two interrelated steps. The first step is the conceptualization and construction process of servant leadership. In this step, the researchers used a qualitative approach and phenomenological method. The second step analysis is based on the results obtained from the first step. In this step, the researchers used a quantitative approach by testing the servant leadership scale and analyzing the servant leadership scale factor. The technique of data sampling was accidental sampling with the total of research subjects in FGD of 25 principals of Madrasah consisting of 15 principals of MTS and 10 principals of MA. In the next step, about 83 teachers from the educational institution were exerted in this research analysis. This research result was referred to put in detail, and the groups agreed in FGD that servant leadership was an effective leadership that could be implemented in Madrasah. Moreover, some indicators that indicated the highest response from the respondents were the implementation of decision and responsibility (5,12), communication (4,30), and transparency (4,60). This finding pointed out that to improve servant leadership, the leader must implement the decision consistently and be responsible, communicate with subordinates, and be transparent in performing the leadership
    corecore