50 research outputs found

    Geomaritime-Based Marine and Fishery Economic Development in Maluku Islands

    Get PDF
    The design of national economic development should never ignore three important aspects, namely integration, and sustainably and local contexts. Insufficient comprehension over these three aspects has caused delays of economic progress in several regions like Maluku. This region is characterized with archipelagic geo-profile where marine and fisheries resources are abundant but economic progress is sluggish. To catch up with the achievement shown by regions in the western part of the country, there must by effective efforts done in Maluku. This research is aimed at analyzing the three aspects mentioned above as related to acceleration of marine and fisheries economic development based on the region’s maritime geo-profile. In line with it, primary and secondary data were applied on a SWOT Analytical Approach. Based on the analysis, it was concluded that acceleration of marine and fisheries economic development in Maluku can be carried out through both local and national policies focused on facilitating prospective economic players in making massive investment in the marine and fisheries sector. Among others, this should be done by improving the capacity of Maluku marine ports and directing them to be local economic transmiters, through more effective functions as hubs for ships carrying commodities and products for both national and international markets. This research found that in line with it, a pre-requirement that has to be advanced by the government is detailed zoning of marine and fisheries resources, which is supported by a legal umbrella

    Ekonomi Pembangunan Perikanan

    Get PDF

    Analisis Strategi Pembangunan Unit Pengolahan Ikan Tuna Di PPS Kutaraja

    Get PDF
    The Kutaraja PPS manager needs to develop a UPI development strategy at the Kutaraja Ocean Fishery Port by considering internal (strengths and weaknesses) and external factors (opportunities and threats) as well as determining the right strategy in Kutaraja PPS. The study used a qualitative descriptive research method to explain and describe the conditions and situations of PPS Kutaraja. This study aimed to analyze the development strategy of processing units at PPS Kutaraja using SWOT analysis. The results showed that the strength factor score (2.48) was higher than the weakness factor score (1.02) with a difference of 1.46. The opportunity factor score (1.67) was higher than the threat factor score (1.62). Therefore, the strategy needed was an aggressive strategy. In conclusion, the construction of new fish units still could be carried out at the Kutaraja Ocean Fishery Port due to the availability of raw materials that have not been utilized optimally.Keywords: SWOT analysis, Processing Unit Development Location, PPS Kutaraja

    KESIAPAN DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN MINAPOLITAN BERBASIS PERIKANAN BUDIDAYA

    Get PDF
    Tulisan ini mengkaji strategi kebijakan dalam pengembangan kawasan minapolitan berbasis perikanan budidaya. Secara spesifik kajian ini bertujuan untuk (1) memetakan indeks kesiapan pelaksanaan minapolitan yang dilihat dari aspek–aspek generik (sosial ekonomi yang meliputi aspek masyarakat dan bisnis, aspek sumberdaya dan tata ruang, aspek kelembangaan, aspek kebijakan dan governance dan aspek Infrastruktur, aspek teknologi dan aspek pemasaran di kawasan minapolitan budidaya), (2) memetakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pelaksanaan minapolitan, serta (3) merumuskan strategi kebijakan pengembangan minapolitan berbasis perikanan budidaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan mail survey dan survei. Metode analisis yang digunakan adalah menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan alat analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan tiga kategori indeks kesiapan pelaksanaan minapolitan yaitu pemula, maju dan mandiri. Berdasarkan tiga kategori tersebut di identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pengembangan minapolitan perikanan budidaya. Rumusan strategi kebijakan pengembangan kawasan minapolitan memperhitungkan unsur-unsur kekuatan, kelemahan, kekuatan dan ancaman pada masing-masing aspek. Title: Readinees and Policy of Strategy Minapolitan Development Culture-Based Fisheries This paper analyzed the strategy of regional development policy in minapolitan based aquaculture. Specifically, this study aimed to (1) mapping the readiness index of implementation minapolitan which seen from the generic aspects (including socioeconomic aspects of society and business, resources and spatial aspects, institutional aspects, aspects of the policy and governance and infrastructure aspects, aspects of technology and marketing aspects of aquaculture in the region minapolitan), (2) mapping the strengths, weaknesses, opportunities and threats in minapolitan implementation, and (3) formulate policy strategies based minapolitan aquaculture development. This study using a mail survey and the survey approach. The analytical method used was qualitative descriptive analysis method with a SWOT analysis. The resultsshowed three categories of implementation readiness index minapolitan the beginner, advanced and independent. Based on these three categories in the identification of strengths, weaknesses, opportunitiesand threats minapolitan aquaculture development. The formulation of development strategies minapolitan policy taking into account the elements such as strengths, weaknesses, strengths and threats at eachaspects

    KAJIAN TEKNO-SOSIO-EKONOMIS PRAKTEK TITIP MUATAN DALAM REVITALISASI PERIKANAN TANGKAP

    Get PDF
    Penelitian dilaksanakan pada tahun 2004 dengan tujuan mengkaji kemungkinan penerapan sistim titip muatan sebagai salah satu upaya revitalisasi usaha perikanan tangkap dengan pendekatan studi kasus pada lokasi-lokasi kasus meliputi Juwana (Pati), Cilacap dan Pekalongan. Data utama yang digunakan merupakan data primel yang mencakup informasi variabel-variabel teknis dan finansial, dikumpulkan secara purposif melalui wawancara menggunakan daftar isian berstruktur

    IDENTIFIKASI KEBUTUHAN MODAL USAHA BERSKALA KECIL DAN MENENGAH DALAM INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN

    Get PDF
    Kajian ini dilaksanakan pada tahun 2004 dengan tujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan modal berbagai usaha pengolahan perikanan dan dimaksudkan sebagai acuan ilmiah DepartmenKelautan dan Perikanan yang diperlukan untuk perencanaan dan implementasi kebijakan skim kredit permodalan. Pendekatan utama dalam kajian ini adalah analisis kelayakan dan analisisaliran kas. Sampel dipilih secara purposif dari unit-unit pengolahan ikan dan berbagai kabupaten/ kota di Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan alasan bahwa wilayah-wilayah tersebut merupakan pusat - pusat konsentrasi industri pengolahan ikan berskala kecil menengah yang menghadapi kendala permodalan

    KOMPARASI ASPEK TEKNIS DAN FINANSIAL SISTEM PENDINGINAN IKAN UNTUK KAPAL PENGANGKUT

    Get PDF
    Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun 2004 dengan tujuan memperbandingkan paket-paket teknologi pendinginan di atas kapal untuk mendukung pengembangan sistem pengangkutanikan di laut. Metode yang diterapkan adalah studi kasus dengan lokasi-lokasi meliputi Cilacap, Juwana dan Pekalongan, dimana nelayan telah melakukan uji coba pengoperasian teknologimesin pembuat es air laut (sea water on board ice maker), sistem pendinginan air laut (refrigerated sea water, RSW), disamping sistem pendinginan yang umum dilakukan yaitu penggunaan es balok sebagai media pendingin

    NILAI EKONOMI PERIKANAN CUCUT DAN PARI DAN IMPLIKASI PENGELOLAANNYA

    Get PDF
    Kajian ini menganalisis aspek sosial ekonomi perikanan cucut dan ikan pari di Indonesia, terkait dengan relevansi aspek tersebut dalam rencana aksi nasional (national plan of action, NPOA) untuk sumberdaya elasmobranchii. Pengambilan data dilakukan pada periode Agustus 2004 - November 2005 di lokasi-lokasi pendaratan utama, yaitu Tanjung Luar (NTB), Kedonganan (Bali), Sungai Kakap (Kalbar), Sungai Liat (Bangka Belitung), Muara Angke (Jakarta) dan Batang (Jateng) serta beberapa lokasi pendukung. Analisis deskriptif tabulatif yang dilakukan terhadap data-data tersebut, menunjukkan bahwa produksi cucut dan ikan pari memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan nelayan, baik yang menangkap cucut sebagai target utama maupun hasil sampingan. Di lokasi dimana cucut atau pari merupakan target utama, yaitu Tanjung Luar, Sungai Liat, dan Sungai Kakap, setiap ABK memperoleh pendapatan berturut-turut sebesar Rp 20,8 juta, Rp 24,1 juta dan Rp 8,5 juta per tahun. Nilai ini sebanding dengan tambahan pendapatan yang diperoleh ABK di lokasi dimana cucut atau pari merupakan hasil samping (Kedonganan dan Batang), yakni sebesar masing-masing Rp 27,7 juta dan Rp 22,4 juta pertahun. Nilai ekonomi perikanan cucut dan pari juga terkait dengan nilai tambah dari aktivitas pengolah, pengrajin, tukang potong, kuli angkut, dsb. Hasil analisis selanjutnya menunjukkan adanya peluang untuk menyusun sebuah NPOA yang selaras dengan kepentingan ekonomi nelayan, misalnya dengan meningkatkan nilai tambah hasil tangkapan sehingga penurunan volume tangkapan tidak harus menyebabkan turunnya pendapatan. Sejauh ini, nilai tambah perikanan cucut dan pari bervariasi; misalnya, 3,5 % untuk cucut dan 23% untuk pari di Kedonganan, jauh dibawah nilai tambah cucut di Sungai Kakap (290%) dan pari di Batang (75%). Implikasi dari hasil ini adalah pentingnya upaya penciptaan nilai tambah disamping perlunya kajian lanjutan untuk merumuskan mekanisme teknis untuk mengurangi volume produksi sesuai dengan kondisi lapang. Tittle: Economic Value of the Shark and Ray Fishery and their Management ImplicationThis study analyses the socio-economic aspects of Indonesian shark and ray fisheries as related to the relevance of these aspects in a National Plan of Action (NPOA) for elasmobranchii resources. Data were collected in the period of August 2004 to November 2005 in primary shark and ray landing places, namely Tanjung Luar (NTB), Kedonganan (Bali), Sungai Kakap (Kalbar), Sungai Liat (Bangka Belitung), Muara Angke (Jakarta) and Batang (Jateng) and a number of complementary locations. A tabulated-descriptive analysis shows that shark and ray production contributes significantly to the income of the fishers, both who produce shark and ray as main targets and by-catches. In locations where shark or ray is the main target, namely Tanjung Luar, Sungai Liat, dan Sungai Kakap, an individual crew fisher would, respectively, earn as much as Rp 20.8 million, Rp 24.1 million and Rp 8.5 million annually. These values by and large match with the annual additional income earned by every crew producing shark or ray as by-catch in Kedonganan and Batang, who would receive Rp 27.7 million and Rp 22.4 million. A further analysis shows an opportunity to formulate an NPOA which is parallel with the fishers' economic interests, namely through the improvement of added values in such a way that reduction in catch will not necessarily cause decreases in income. So far, the value added for fisheries commodities is various; for example, 3.5 % for shark and 23% for ray in Kedonganan, as compared to shark value added in Sungai Kakap (290%) and ray value added in Batang (75%). The implication of this research is that efforts directed to the creation of value added and the formulation of technical mechanism to reduce production become essential in developing a workable NPOA

    Strategi Pengembangan Pasar Ikan Demersal di Kabupaten Merauke

    Get PDF
    Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, berpeluang untuk mengembangkan ekonomi yang bertumpu pada komersialisasi ikan-ikan demersal karena tingginya produksi ikan jenis tersebut. Tantangannya adalah produksi ikan demersal belum dapat dipasarkan dengan baik karena nilai tambahnya rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola distribusi pemasaran dan merumuskan strategi pengembangan pasar hasil tangkapan ikan demersal di kabupaten tersebut. Penelitian dilakukan pada bulan April—Mei 2019 di Distrik Merauke. Pengumpulan data menggunakan metode survei dengan menggunakan kuesioner, yang dipadukan dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview) dan observasi langsung. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan adanya dua pola distribusi ikan demersal, yaitu (i) pola distribusi ikan segar dan beku, dan (ii) pola distribusi ikan olahan dan gelembung ikan. Saluran pemasaran ikan segar dan beku, terdapat 4 (empat) jenis, sedangkan ikan olahan terdapat 3 (tiga) jenis saluran pemasaran. Saluran pemasaran terpendek adalah “nelayan—pengumpul besar—eksportir”, sedangkan yang terpanjang adalah “nelayan—pemborong—pengumpul besar—eksportir”. Permasalahan-permasalahan utama yang teridentifikasi pada pola-pola pemasaran ini adalah (i) jauhnya lokasi pasar, (ii) terbatasnya kapasitas pengangkutan, dan (iii) tingginya biaya transportasi. Berdasarkan analisis SWOT, strategi pengembangan pasar hasil tangkapan ikan demersal perlu diterapkan dalam mendukung kebijakan pertumbuhan yang progresif melalui (i) integrasi ke depan, ke belakang, dan horizontal; (ii) penetrasi pasar; serta (iii) pengembangan pasar. Oleh karena itu, beberapa hal yang dapat direkomendasikan untuk menjalin kemitraan dan pengembangan pasar, yaitu melalui (i) penjaminan kepastian pembayaran antar mitra, (ii) peningkatan aksesibilitas pasar, (iii) penjaminan kontinuitas produksi, (iv) penjaminan kapasitas input produksi dari hulu, serta (v) peningkatan added value dan diversifikasi produk.Title: Market Development Strategy of Demersal Fish in Merauke RegencyMerauke Regency of Papua Province has the opportunity to develop a good economy through expanded commercialization of demersal fish, owing to the high production of this type of fish. The challenge is that only few demeral fish production can be delivered to potential markets due to its added value is low. This study aimed to examine the existing market distribution patterns and to formulate market development strategies for demersal fish in the district. The research was conducted in April—May 2019 in the main district of the regency, namely Merauke District. Data collection used survey method through interviews with questionnaires and in-depth interviews. Data were analyzed with descriptive qualitative method and SWOT analysis. The results showed that there were two demersal fish distribution patterns, namely (i) fresh and frozen fish distribution patterns and (ii) processed fish and swim bladder distribution patterns. For fresh and frozen fish, there are 4 (four) types of marketing channels and for processed fish there are 3 (three) types of marketing channels. The shortest marketing channel is ‘fishermen-wholesaler-exporter’ while the longest one is ‘fisherman-middlemen-wholesaler-exporter’. The main problems identified in these marketing patterns were (i) distances of market locations, (ii) transportation capacity, and (iii) transportation costs. Based on the SWOT analysis, a strategy for developing the demersal fish catch market needs to be implemented to support a progressive growth policy through (i) forward, backward and horizontal integration, (ii) market penetration, and (iii) market development. Therefore, there are some recommendations to establish partnerships and market development, namely: (i) payment guarantee among the partners, (ii) increase market accessibility, (iii) ensuring production sustainability, (iv) ensuring upstream capacity of input production, and (v) increase added value and product diversification.
    corecore