14 research outputs found
Pengaruh Pemberian Beras Coklat (Oryza Sativa) terhadap Komposisi Lemak Tubuh Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kota Malang
Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit metabolik kronis dengan
prevalensi yang terus meningkat secara global. Termasuk faktor risiko terjadi DM tipe
2 yaitu berat badan dan massa lemak tubuh yang berlebih, gaya hidup dengan
aktivitas fisik rendah dan pola makan yang tinggi energi dan lemak. Beras coklat
diketahui bernilai indeks glikemik relatif rendah, serta kandungan magnesium tinggi
yang diduga mampu menurunkan komposisi lemak tubuh. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisa pengaruh pemberian beras coklat sebagai pengganti makanan
pokok terhadap komposisi lemak tubuh (persentase lemak tubuh dan lemak viseral)
pada pasien DM tipe 2. Studi ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain
repeated measures dengan durasi intervensi selama 12 minggu dan pengukuran
komposisi lemak tubuh dilakukan setiap 4 minggu kepada 18 orang responden pasien
DM berjenis kelamin wanita. Pengukuran komposisi lemak tubuh dilakukan dengan
menggunakan skala impedansi bioelektrik OMRON HBF375. Hasil perhitungan
statistik repeated measures ANOVA menunjukkan bahwa konsumsi beras coklat
sebagai pengganti makanan pokok dapat menurunkan persentase lemak tubuh (p =
0.017) dan indeks lemak viseral (p < 0.000) secara signifikan. Studi ini menyimpulkan
bahwa konsumsi beras coklat sebagai pengganti makanan pokok mampu
menurunkan persentase lemak tubuh dan indeks lemak viseral pada tubuh
responden
Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Dengan Diet Tinggi Fruktosa.
Diet tinggi fruktosa merupakan salah satu diet yang dapat menyebabkan
terjadinya penyakit diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) yang biasanya dikaitkan
dengan peningkatan kadar asam urat. Salah satu tanaman yang dapat
menurunkan kadar asam urat adalah daun kelor. Tujuan penelitian ini adalah untuk
membuktikan pengaruh pemberian serbuk daun kelor (Moringa oleifera) terhadap
kadar asam urat tikus yang diinduksi dengan diet tinggi fruktosa. Penelitian ini
merupakan penelitian true experimental laboratorium dengan rancangan posttest-
only control group design. Sejumlah 35 ekor tikus Wistar jantan dibagi menjadi 5
kelompok perlakuan, yaitu K0 (diet normal modifikasi AIN-93M), E1 (kontrol
diabetes melitus), E2 (kontrol prediabetes), E3 (diet tinggi fruktosa 66% +
intervensi kuersetin) dan E4 (diet tinggi fruktosa 66% + intervensi serbuk daun
kelor). Kadar asam urat tikus didapatkan melalui uji menggunakan metode
spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar asam urat
tikus secara berurutan yaitu K0 2,73+0,54 mg/dL, E1 2,32+0,28 mg/dL, E2
1,93+0,26 mg/dL, E3 2,02+0,71 mg/dL, dan E4 1,67+0,60 mg/dL. Hasil uji beda
One Way ANOVA menunjukkan p value = 0,014 dan uji lanjut post hoc Tukey K0
dengan E4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar asam urat yang
signifikan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kelompok E4 memiliki
nilai kadar asam urat yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol sehingga
dapat disimpulkan bahwa pemberian serbuk daun kelor cenderung memiliki efek
menurunkan kadar asam urat darah. Selain itu, penurunan kadar asam urat juga
diduga akibat peningkatan ekskresi dan penurunan reabsorpsi asam urat di ginjal
karena efek dari urikosurik glukosa pada penderita prediabetes dan DMT2
Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Perlemakan Hati pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi dengan Diet Tinggi Fruktosa
Kebiasaan konsumsi diet tinggi fruktosa dapat menyebabkan penyakit Diabetes
Mellitus tipe 2 (DMT2) sehingga dapat terkena perlemakan hati non alkoholik
(NAFLD) yang merupakan cakupan penyakit hati seperti sirosis, steatohepatitis, dan
steatosis yang diakibatkan oleh kondisi sindrom metabolik. Pemberian Serbuk Daun
Kelor (Moringa oleifera) telah dibuktikan dalam beberapa penelitian memiliki efek anti
diabetes dan anti hiperglikemik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian serbuk daun kelor terhadap perlemakan hati pada tikus putih yang diberi
diet tinggi fruktosa. Penelitian eksperimental ini menggunakan post-test only group
design yang dilakukan pada 30 ekor tikus putih Wistar jantan. Sampel dibagi menjadi
5 kelompok dengan 6 ekor tikus setiap kelompok yaitu kelompok K (diet normal 12
minggu), kelompok E1 (HFD 66% 16 minggu), kelompok E2 (HFD 66% 12 minggu),
kelompok E3 (HFD 66% 16 minggu dan kuersetin 50 mg/kgBB 4 minggu), serta
kelompok E4 (HFD 66% 16 minggu dan serbuk daun kelor 500 mg/kgBB 4 minggu).
Data diolah dan dianalisis menggunakan aplikasi SPSS 25 dengan uji statistik one
way ANOVA dan Kruskal-Wallis. Parameter perlemakan hati dilakukan pengamatan
melalui mikroskop cahaya pembesaran 400 kali pada 5 area lapang pandang. Hasil
penelitian menunjukkan tidak terbentuknya steatosis baik makrovesikuler maupun
mikrovesikuler pada seluruh kelompok perlakuan dikarenakan lama intervensi diet
tinggi fruktosa dan pakan yang dikonsumsi tikus yang kurang menstimulus
terbentuknya steatosis, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian serbuk daun kelor
(Moringa oleifera) selama 4 minggu dengan dosis 500mg/kgBB tidak berpengaruh
terhadap perlemakan hati pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus novergicus)
yang diinduksi diet tinggi fruktosa selama 16 minggu
Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Kadar NEFA (Non-Esterified Fatty Acids) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi dengan Diet Tinggi Fruktosa
Konsumsi diet tinggi fruktosa dapat menyebabkan gangguan dalam metabolisme
lipid sehingga menginduksi terjadinya de novo lipogenesis dan terjadi
peningkatan kadar NEFA. Daun kelor dapat berperan sebagai antidiabetes dan
antidislipidemik karena mengandung berbagai senyawa aktif seperti flavonoid,
kuersetin, dan saponin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian serbuk daun kelor (Moringa oleifera) terhadap kadar NEFA (non-
esterified fatty acids) pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar
yang diinduksi dengan diet tinggi fruktosa. Penelitian eksperimental dengan
desain posttest-only ini dilakukan pada tikus jantan galur wistar sebanyak 30
ekor. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan dengan masing-masing
kelompok terdiri dari 6 tikus, yaitu kelompok K0 (diet normal modifikasi AIN-93M),
kelompok E1 (Kontrol DMT2), kelompok E2 (Kontrol Prediabetes), kelompok E3
(pakan modifikasi AIN-93M + diet tinggi fruktosa 66% + intervensi kuersetin), dan
kelompok E4 (pakan modifikasi AIN-93M + diet tinggi fruktosa 66% + intervensi
serbuk daun kelor). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar NEFA pada tiap
kelompok perlakuan adalah 822.76±213.55 (K0), 1016.95±195.68 (E1),
805.79±255.67 (E2), 810.21±194.82 (E3), dan 842.59±138.59 (E4) dengan nilai
p=0.355. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap kadar NEFA pada seluruh kelompok. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa serbuk daun kelor (Moringa oleifera) dengan dosis 500
mg/kgBB tidak berpengaruh secara signfikan terhadap kadar NEFA tikus seluruh
kelompo
Pengaruh Intervensi Beras Coklat (Oryza sativa L.) terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang disebabkan oleh resistensi insulin, gangguan sekresi insulin, maupun keduannya. Beras coklat merupakan alternatif sumber karbohidrat dengan kandungan antioksidan, serat, magnesium dan mangan yang lebih besar dari pada beras putih namun dengan indeks glikemik yang lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara kadar glukosa darah puasa pada pasien diabetes melitus tipe 2 sebelum dan sesudah intervensi beras coklat. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan rancangan one group pre and post test design. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan total sampling yang dinyatakan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, sehingga diperoleh sampel penelitian sebanyak 18 responden. Variabel yang diukur adalah glukosa darah puasa, yang diukur menggunakan bio chemistry analyzer. Hasil uji beda sampel t-test didapatkan p=0.015 <α=0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah sebelum dan sesudah intervensi beras coklat. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intervensi beras coklat berkontribusi terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa pada pasien DMT2
Pengaruh Pemberian Beta Glukan Ekstrak Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Terhadap Hipertrofi dan Hiperplasia Jaringan Adiposa Tikus Sprague dawley Jantan yang Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Tinggi Fruktosa
Obesitas merupakan penyakit penumpukan lemak atau jaringan adiposa yang disebabkan karena asupan makanan berlebihan, aktivitas fisik yang kurang, dan faktor genetik. Obesitas juga merupakan salah satu penanda bahwa adanya peningkatan Sindroma Metabolik sebagai epidemi global. Obesitas ini mengakibatkan terjadinya hipertrofi adiposa dan dapat meningkatkan jumlah sel (hiperplasia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beta glukan ekstrak jamur tiram terhadap hipertrofi dan hiperplasia jaringan adiposa pada tikus Sprague dawley jantan. Penelitian ini menggunakan 36 tikus Sprague dawley jantan yang memiliki berat 200-250 gram dan penelitian berlangsung selama 14 minggu. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan uji beda parametrik One-Way ANOVA dan non parametrik Kruskal Wallis. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diberikan diet normal dengan yang diberikan diet HFHF dan pemberian beta glukan ekstrak jamur tiram dalam bentuk gel (P > 0,05). Akan tetapi, hipertrofi dari tikus yang diberikan dosis beta glukan ekstrak jamur tiram 125 mg/kgBB lebih tinggi daripada kelompok lainnya (KN<KP<P2<P1). Sedangkan hiperplasia dari tikus yang diberikan beta glukan 125 mg/kgBB paling kecil dibandingkan dengan kelompok lainnya (P1<KN<KP<P2). Dapat disimpulkan bahwa pemberian beta glukan ekstrak jamur tiram belum memberikan perubahan yang signifikan terhadap hipertrofi dan hiperplasia jaringan adiposa tikus Sprague dawley jantan
Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Ketebalan Aorta Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Diet Tinggi Fruktosa
Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT 2) merupakan manifestasi klinis dari kebiasaan konsumsi diet tinggi frukotsa (HFD) yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan aterosklerosis. Aterosklerosis diawali terjadinya disfungsi endotel yang menyebabkan peningkatan permeabilitas sel sehingga terjadi akumulasi asam lemak dalam arteri yang teroksidasi dan membentuk plak sehingga menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah aorta bagian tunika intima dan tunika media. Salah satu bahan pangan lokal yang digunakan sebagai terapi penyakit DM adalah daun kelor (Moringa oleifera) yang memiliki senyawa saponin untuk meningkatkan aktivitas antioksidan yang berperan dalam penurunan penebalan dinding aorta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk daun kelor terhadap penurunan ketebalan dinding aorta tikus putih Wistar yang diberi diet tinggi fruktosa. Menggunakan rancangan acak lengkap dengan Post Test Group Design yang dilakukan pada 30 ekor tikus Wistar jantan. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol (diet normal), E1 (HFD 66% 16 minggu), E2 (HFD 66% 12 minggu), E3 (HFD 66% 16 minggu dan kuersetin 50 mg/kgBB 4 minggu), serta E4 (HFD 66% 16 minggu dan serbuk daun kelor 500 mg/kgBB 4 minggu). Parameter yang diukur adalah ketebalan dinding aorta tunika intima hingga tunika adventitia. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap ketebalan dinding aorta antar E1 135,91±16,13 μm dengan kelompok lainnya. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kondisi DMT 2 pada tikus secara signifikan menyebabkan terjadinya penebalan pada dinding aorta dan pemberian serbuk daun kelor menunjukkan efek yang nyata dalam menurunkan penebalan dinding aorta pada tikus dengan kondisi DMT 2
Pengaruh Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Perlemakan Hati pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Dengan Diet Tinggi Fruktosa
Kebiasaan konsumsi diet tinggi fruktosa dapat menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2) sehingga dapat terkena perlemakan hati non alkoholik (NAFLD) yang merupakan cakupan penyakit hati seperti sirosis, steatohepatitis, dan steatosis yang diakibatkan oleh kondisi sindrom metabolik. Pemberian Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) telah dibuktikan dalam beberapa penelitian memiliki efek anti diabetes dan anti hiperglikemik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk daun kelor terhadap perlemakan hati pada tikus putih yang diberi diet tinggi fruktosa. Penelitian eksperimental ini menggunakan post-test only group design yang dilakukan pada 30 ekor tikus putih Wistar jantan. Sampel dibagi menjadi 5 kelompok dengan 6 ekor tikus setiap kelompok yaitu kelompok K (diet normal 12 minggu), kelompok E1 (HFD 66% 16 minggu), kelompok E2 (HFD 66% 12 minggu), kelompok E3 (HFD 66% 16 minggu dan kuersetin 50 mg/kgBB 4 minggu), serta kelompok E4 (HFD 66% 16 minggu dan serbuk daun kelor 500 mg/kgBB 4 minggu). Data diolah dan dianalisis menggunakan aplikasi SPSS 25 dengan uji statistik one way ANOVA dan Kruskal-Wallis. Parameter perlemakan hati dilakukan pengamatan melalui mikroskop cahaya pembesaran 400 kali pada 5 area lapang pandang. Hasil penelitian menunjukkan tidak terbentuknya steatosis baik makrovesikuler maupun mikrovesikuler pada seluruh kelompok perlakuan dikarenakan lama intervensi diet tinggi fruktosa dan pakan yang dikonsumsi tikus yang kurang menstimulus terbentuknya steatosis, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian serbuk daun kelor (Moringa oleifera) selama 4 minggu dengan dosis 500mg/kgBB tidak berpengaruh terhadap perlemakan hati pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus novergicus) yang diinduksi diet tinggi fruktosa selama 16 minggu
Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Ketebalan Aorta Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Diet Tinggi Fruktosa.
Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT 2) merupakan manifestasi klinis dari kebiasaan
konsumsi diet tinggi frukotsa (HFD) yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular
yang ditandai dengan aterosklerosis. Aterosklerosis diawali terjadinya disfungsi
endotel yang menyebabkan peningkatan permeabilitas sel sehingga terjadi akumulasi
asam lemak dalam arteri yang teroksidasi dan membentuk plak sehingga
menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah aorta bagian tunika intima dan
tunika media. Salah satu bahan pangan lokal yang digunakan sebagai terapi penyakit
DM adalah daun kelor (Moringa oleifera) yang memiliki senyawa saponin untuk
meningkatkan aktivitas antioksidan yang berperan dalam penurunan penebalan
dinding aorta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk
daun kelor terhadap penurunan ketebalan dinding aorta tikus putih Wistar yang diberi
diet tinggi fruktosa. Menggunakan rancangan acak lengkap dengan Post Test Group
Design yang dilakukan pada 30 ekor tikus Wistar jantan. Tikus dibagi menjadi 5
kelompok yaitu kelompok kontrol (diet normal), E1 (HFD 66% 16 minggu), E2 (HFD
66% 12 minggu), E3 (HFD 66% 16 minggu dan kuersetin 50 mg/kgBB 4 minggu), serta
E4 (HFD 66% 16 minggu dan serbuk daun kelor 500 mg/kgBB 4 minggu). Parameter
yang diukur adalah ketebalan dinding aorta tunika intima hingga tunika adventitia.
Hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
(p>0,05) terhadap ketebalan dinding aorta antar E1 135,91±16,13 μm dengan
kelompok lainnya. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kondisi DMT 2 pada tikus
secara signifikan menyebabkan terjadinya penebalan pada dinding aorta dan
pemberian serbuk daun kelor menunjukkan efek yang nyata dalam menurunkan
penebalan dinding aorta pada tikus dengan kondisi DMT 2
Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Kadar SGOT dan SGPT pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar Jantan yang Diinduksi dengan Diet Tinggi Fruktosa.
Tingginya kebiasaan konsumsi minuman kemasan yang mengandung tinggi
fruktosa dalam jangka panjang dapat menyebabkan resistensi insulin,
meningkatkan stres oksidatif dan inflamasi pada hati. Kadar SGOT dan SGPT
merupakan salah satu biomarker untuk mengetahui tanda kerusakan pada hati.
Daun kelor merupakan salah satu pangan lokal fungsional yang dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki kerusakan hati dan menurunkan kadar glukosa
darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk
daun kelor (Moringa oleifera) terhadap kadar SGOT dan SGPT tikus putih (Rattus
norvegicus) galur wistar jantan yang diinduksi dengan diet tinggi fruktosa.
Penelitian true eksperimental menggunakan posttest only control group design ini
dilakukan pada tikus Rattus norvegicus selama 16 minggu. Sejumlah 30 ekor tikus
terbagi dalam lima kelompok yaitu K0 (kontrol normal), E1 (kontrol DM), E2 (kontrol
preDM), E3 (preDM + quercetin) dan E4 (preDM + serbuk daun kelor). Kadar
SGOT dan SGPT diukur menggunakan metode IFCC tanpa Pyridoxal Phosphate
(PP). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji one-way ANOVA. Rerata
kadar SGOT tertinggi pada kelompok E1 yaitu sebesar 158,67 ± 48,17 U/L dan
terendah pada kelompok E2 yaitu sebesar 85,67 ± 14,29 U/L. Hasil uji Kruskal-
Wallis menunjukkan bahwa pemberian serbuk daun kelor berpengaruh pada kadar
SGOT secara signifikan (p=0,015). Hasil uji post-hoc menunjukkan bahwa
kelompok E2 terdapat perbedaan dengan semua kelompok. Rerata kadar SGPT
tertinggi pada kelompok E1 yaitu sebesar 118,5 ± 96,58 U/L dan terendah pada
kelompok E2 yaitu sebesar 54,83 ± 16,57 U/L. Serbuk daun kelor memberikan
pengaruh signifikan pada kadar SGOT tikus, namun serbuk daun kelor tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap total asupan pakan, BB, dan kadar SGPT
darah tikus yang diinduksi diet tinggi fruktosa