42 research outputs found

    Stone Jar In Sumbawa: Distribution, Type, And Technology

    Get PDF
    To the west of Sumbawa there are stone vats, a part of megalithic culture, which spread at several sites in the Regency and City of Bima, Sumbawa Island (West Nusa Tenggara). The study carried out in this area was more focused on site distribution, shapes of jars, and manufacturing techniques. Investigation result reveals eight sites dispersed at the villages of Rora, Palama, and Kumba, where 21 jars are found. The jars consist of 18 bodies and 3 lids. The morphological types show some stone jars that are different from the types found in other parts of Indonesia, such as Napu, Besoa, Bada Valley (Central Sulawesi), Toraja (South Sulawesi), and Samosir (North Sumatra). Interm of technology, it shows that stone jars indicated some traces of scratch on it

    Persebaran dan Bentuk-Bentuk Megalitik Indonesia: Sebuah Pendekatan Kawasan

    Get PDF
    Abstrak. Studi tentang arkeologi kawasan dilandasi oleh pemikiran bahwa ruang merupakanĀ  bagian yang tidak terpisahkan dari hidup manusia. Demikian pula dengan kawasan Megalitik Indonesia, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji. Hadirnya budaya megalitik di lingkup makro dengan berbagai jenisnya memberikan informasi yang sangat berharga sebagai titik tolak kajian arkeologi kawasan serta mata rantai kesinambungan budaya megalitik di Nusantara.Abstract. The Distribution and Forms of Megalithic in Indonesia: A Spatial Approach. Study on spatial archaeology is based on a notion that space is an integral aspect in human life. That is also the case with the megalithic regions in Indonesia, which are always interesting to investigate. The presence of megalithic culture in macro scope, with its various forms, provides valuable information as the starting point in the study of spatial archaeology and part of continuity sequence of megalithic culture in the Archipelag

    Peninggalan Megalitik di Wilayah Perbatasan Kalimantan: Kontak Budaya Antara Kepulauan Indonesia dan Serawak

    Get PDF
    Abstract. As a region in borderline, North Kalimantan is rich of cultures, especially megalithic remains. The lack of facilities and infrastructures resulted in minimum access to these sites, so that explorations canā€™t be done completely. The problem that appears is that the length of cultural contact between borders is still unknown. The purpose of this study is to explain the connection of megalithic cultures of North Kalimantan (Indonesia), Serawak (Malaysia), and also other megalithic cultures in Indonesia. The method used in this study is cultural diffusion approach through literature studies about megalithic in the border region of North Borneo and Sarawak as well as Indonesia in general. The results shows that the distribution of stone jars in the borderline regions indicated a cultural connection between Sarawak in Malaysia and several places in Indonesia (Central Sulawesi, Samosir, Toraja, and Bima).Ā Abstrak. Sebagai wilayah perbatasan, Kalimantan Utara mengandung kekayaan budaya terkait dengan peninggalan megalitik. Kurangnya sarana dan prasarana mengakibatkan akses ke situssitus tersebut sangat sulit untuk dicapai, sehingga eksplorasi yang telah dilakukan dari beberapa kegiatan belum bisa menjangkau keseluruhan. Permasalahan yang muncul dengan keterbatasan itu adalah belum diketahui secara jelas sejauh mana kontak budaya antara megalitik wilayah perbatasan Kalimantan Utara dengan megalitik yang ada ditempat lain. Tujuan dari penelitian ini untuk memberikan gambaran hubungan antara megalitik di perbatasan Kalimantan Utara dengan megalitik di Serawak serta megalitik di Indonesia. Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan difusi budaya melalui studi literatur hasil-hasil penelitian terhadap megalitik di wilayah perbatasan Kalimantan Utara dan megalitik yang ada di Serawak dan di Indonesia secara umum. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa didasarkan atas persebaran bentuk-bentuk tempayan batu di wilayah perbatasan menunjukkan adanya koneksitas budaya dengan tempayantempayan batu di Serawak dan beberapa tempat lain di Indonesia (Sulawesi Tengah, Samosir, Toraja, dan Bima).

    BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI NO. 43

    Get PDF

    Artefak Tulang Situs Gua Babi (Kalimantan Selatan): Variasi Tipologis Dan Teknologisnya

    Get PDF
    Situs ini pertama kali ditemukan pada tahun 1995 oleh tim Balai Arkeologi Banjarmasin bersama dengan Puslit Arkenas ketika melalukan survei eksploratif di Pegunungan Meratus. Hasil pengamatan muka tanah di halaman gua menunjukkan indikasi adanya data arkeologi yang perlu mendapat penelitian lebih lanjut. Kemudian secara berkesinambungan, Balai Arkeologi Banjarmasin melakukan ekskavasi sejak tahun 1996 sampai 1998. Berdasarkan penelitian tersebut telah menghasilkan sejumlah data arkeologi berupa industri alat batu (serut ujung, serut samping, serut cekung, serut berpunggung tinggi, bor, lancipan bertangkai, bilah dipakai, lancipan, serpih dipakai, batu inti, perkutor dan batu penumbuk, batu pelandas, kapak perimbas, serpih, bilah serta serpihan), artefak tulang, perhiasan serta tembikar. Selain data artefaktual, ditemukan juga sisa-sisa fauna, cangkang moluska serta komponen manusia.This site was first discovered in 1995 by a team from the Balai Arkeologi Banjarmasin together with the Puslit Arkenas when carrying out an exploratory survey in the Meratus Mountains. Observation of the ground surface in the cave shows an indication of archaeological data that needs further research. Then continuously, the Banjarmasin Archeology Center carried out excavations from 1996 to 1998. Based on this research, it has produced a number of archaeological data in the form of stone tools industry, bone artifacts, jewelry and pottery. Apart from artifactual data, the remains of fauna, mollusk shells and human components were also found

    Megalitik; fenomena yang berkembang di Indonesia

    Get PDF
    Kebudayaan nusantara lekat dengan tradisi megalitik. Tak berhenti pada zaman prasejarah saja, namun tradisi tersebut terus berkembang hingga zaman sejarah. Buku ini membuka mata bagi para pembaca bahwa megalitik sejatinya merupakan tradisi yang mencerminkan perjalanan peradaban suatu masyarakat. Temuan artefak-artefak megalitik yang tersebar di seluruh penjuru nusantara ini memiliki banyak kemiripan

    Megalitik Di Situbondo Dan Pengaruh Hindu Di Jawa Timur

    Get PDF
    Menyimak kronologi perkembangan budaya megalitik di Situbondo terlihat bahwa paling tidak pada sekitar abad 5 (sesuai dengan pertanggalan karbon) bahkan ada kemungkinan jauh sebelumnya, bahwa tradisi megalitik telah mengakar dan terus berkembang jauh kemudian sampai abad ke 15 M atau mungkin lebih setelah runtuhnya kerajaan dengan ciri Hindu (Majapahit) di wilayah Jawa Timur. Megalitik sebagai suatu tradisi dan kepercayaan asli bangsa Indonesia tampaknya tidak mudah digeser oleh pengaruh agama dari luar (asing). Pada umumnya pengaruh agama asing hanya melekat pada masyarakat dalam lingkungan istana atau masyarakat yang termasuk dalam jangkauan tampuk pemerintahan, sedangkan bagi masyarakat yang ada di luar tidak terpengaruh oleh unsur-unsur tersebut. Kalau diperhatikan secara seksama tampaknya masyarakat pendukung tradisi megalitik selalu membangun komunitas yang cukup luas.Based on the chronology of the development of megalithic culture in Situbondo, it can be seen that at least around the 5th century (according to carbon dating) there was even a long time before, that the megalithic tradition had taken root and continued to develop much later until the 15th century AD or maybe more after the collapse of the kingdom with Hinduism characteristics (Majapahit) in the East Java region. Megaliths as a tradition and the original belief of the Indonesian people do not seem to be easily shifted by external (foreign) religious influences. In general, the influence of foreign religions is only attached to the community within the palace or society that is included in the reach of the reins of government, while those outside are not affected by these elements. If you pay close attention, it seems that the people who support the megalithic tradition always build a fairly broad community

    KALPATARU Majalah Arkeologi 11

    Get PDF

    KALPATARU Majalah Arkeologi vol. 23 nomor 1

    Get PDF
    Perkembangan Budaya Akhir Pleistosen-Awal Holosen di Nusantara Oleh: Bagyo Prasetyo, Pusat Arkeologi Nasional Sejak dasawarsa terakhir ini eksplorasi untuk mengetahui jejak-jejak manusia dan budaya akhir Pleistosen-awal Holosen makin meluas. Wilayah pengamatan telah menjangkau Aceh, Pulau Nias, pedalaman Sumatera Selatan, pesisir Pantai Barat Kalimantan Barat dan Barito Utara, Sulawesi Selatan, Maluku Tengah, Halmahera, Ponorogo dan Pacitan (Jawa Timur), Wonosari (Yogyakarta), Klungkung (Bali), Rotendao, Flores, dan Kupang. Makalah ini merupakan kompilasi data dari sejumlah hasil penelitian yang menyangkut budaya akhir Pleistosen-awal Holosen, dalam upaya mencari informasi baru jejak-jejak perkembangan munculnya manusia sapiens yang menyangkut distribusi situs dan kronologinya. Melalui tulisan ini diperoleh sumbangan data berupa tambahan jumlah hasil pertanggalan dan persebaran situs-situs serta teknologi budaya manusia sapiens pada akhir Pleistosen-awal Holosen di Indonesia. Awal Pengaruh Hindu Buddha di Nusantara Oleh: Agustijanto Indradjaja, Endang Sri Hardiati Pusat Arkeologi Nasional Berbicara tentang awal pengaruh Hindu Buddha di Nusantara sejauh ini selalu dimulai pada sekitar abad ke-5 M. yang ditandai oleh kehadiran kerajaan Kutai dan Tārumanāgara di Nusantara dan masih sedikit perhatian terhadap periode sebelum itu. Padahal periode awal sampai dengan abad ke-5 M. adalah periode krusial bagi munculnya kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Nusantara. Penelitian terhadap periode awal sejarah dimaksudkan untuk mengungkapkan dinamika sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat Nusantara sehingga mampu menerima dan menyerap unsur-unsur budaya asing (India) yang pada puncaknya memunculkan sejumlah kerajaan bersifat Hindu-Buddha di Nusantara. Metode analisis yang dipakai adalah metode analisis tipologis dan kontekstual serta beberapa analisis C-14 atas temuan diharapkan dapat menjelaskan kondisi masyarakat Nusantara pada masa lalu. Hasil penelitian ini dapat mengidentifikasikan sejumlah tinggalan arkeologi seperti sisa tiang rumah, sisa perahu, keramik, tembikar, manik-manik, alat logam, dan sejumlah kubur yang diidentifikasi berasal dari periode awal sejarah. Berdasarkan tinggalan tersebut dapat direkonstruksi kondisi sosial-ekonomi masyarakat Nusantara dan peranannya di dunia internasional di Kawasan Asia Tenggara. Jejak-jejak Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara Oleh: Titi Surti Nastiti, Pusat Arkeologi Nasional Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan kuna di Indonesia pada abad ke-4-5 M. dan berakhir pada awal abad ke-16iM. Adapun maksud dan tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui peradaban Hindu-Buddha secara komperhensif di Nusantara, berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Arkeologi Nasional dan Balai-Balai Arkeologi di seluruh Indonesia, sejauh yang dapat dijangkau oleh penulis. Metode yang dipakai lebih kepada pengumpulan data dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Arkeologi Nasional dan Balai-Balai Arkeologinya, ditelaah, dan dibuat suatu ikhtisar yang menggambarkan jejak-jejak peradaban Hindu-Buddha di Nusantara. Hasil kajian memperlihatkan adanya berbagai aspek kehidupan masyarakat pada masa Hindu-Buddha yang mendukung maju-mundurnya suatu peradaban seperti aspek sosial, politik, ekonomi, agama, kesenian (sastra, arsitektur, arca), ilmu pengetahuan dan teknologi, serta aspek tata ruang tempat di mana masyarakat itu hidup. Aspek-aspek Kajian Islam di Nusantara: Langkah Meniti Peradaban Oleh: Sonny C. Wibisono, Pusat Arkeologi Nasional Tulisan ini merupakan sebuah tinjauan atas zaman pengaruh Islam di Nusantara, sebuah rentang zaman yang menandai salah satu perubahan budaya di Nusantara. Maksud dari tinjauan ini adalah menemukan sebuah kerangka tentatif yang dapat digunakan untuk mengungkap aspek-aspek yang diharapkan dapat diajukan dalam penelitian arkeologi. Aspek-aspek yang dimaksud antara lain diaspora Islam, negeri kesultanan, jaringan perniagaan, permukiman dan perkotaan, teknologi dan produksi, literasi dan keagamaan, dan kesenian. Tersedianya bahan teks merupakan bagian untuk memahami konteks peristiwa dari fragmentasi data arkeologi dari zaman ini. Studi literatur dan kasus penelitian berkaitan dengan topik ini digunakan sebagai bahan dalam tulisan ini
    corecore