4 research outputs found
TRADISI PENGHORMATAN WALl DI JAWA (Studi Kasus Tentang Tradisi Ziarah Di Makam Sunan Tembayat, Paseban, Bayat, Klaten, Jawa Tengah)
Dalam tradisi Islam di Jawa, praktek ziarah berkembang sedemikian pesat.
mereka biasanya melaksanakan ziarah pada waktu-waktu tertentu, yangmana
dianggap memiliki makna penting dalam kehidupan keagamaannya. Seperti
kalenderikal hari-hari besar Islam, yaitu saat menjelang dan sesudah bulan
Ramadlanm hari Raya Idul Fitri, bulan Maulid, dan bulan Muharram.
Kompleks keramat Paseban di Bayat Klaten dikenal sebagai salah satu
pusat kegiatan ziarah di Jawa Tengah, setelah Demak dan Kudus daya terik
utarnanya adalah makam Sunan Tembayat, seorang wali yang terkenal dan tokoh
kharismatik penyebar agama Islam di Jawa pedalaman bagian Selatan pada abad
XIV-XV. Ritual kegamaan yang melibatkan puluhan ribu orang pada setiap harihari
besar Islam itu telah menjadikan situs makam Sunan Tembayat sebagai obyek
wisata potensial yang secara ekonomis berkontribusi besar bagi peningkatan
pendapatan masyarakat.
Guna memahami ziarah sebagai suatu fenomena sosial keagamaan, maka
penulis dalam hal ini berusaha mengungkap tentang praktek ziarah di makam
sunan Tembayat, dengan cara merumuskan sejumlah pertanyaan, yaitu: tentang
pemahaman para peziarah terhadap sosok Sunan Tembayat dan tipologi para
peziarah di makam Sunan Tembayat. Untuk itu dilakukan penelusuran melalui
observasi di lapangan, wawancara dengan para informan (yaitu: peziarah, juru
kunci/BPH, dan masyarakat lokal), serta pengumpulan data-data terkait, seperti:
monografi, peta, kliping, dan hasil-hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa praktek ziarah di makam Sunan
Tembayat didasarkan oleh figur Sunan Tembayat yang kharismatik. Kharisma ini
setidaknya bisa dilihat dari konteks kontruksi sosial para peziarah, dimana
keragaman tipologis melahirkan perbedaan pemaham dan praktek ziarah diantara
mereka. Misalnya, perbedaan penggunaan istilah oleh kelompok NU dengan
kelompok Abangan yang juga menentukan perbedaan pula dalam bentuk-bentuk
ritual yang dilakukannya.
Kesinambungan tradisi penghormatan wali di makam Sunan Tembayat,
didasarkan pada keyakinan dan pandangan kalangan peziarah yang menetapkan,
bahwa Sunan Tembayat adalah wali atau orang suci yang memiliki karamah,
pejuang agama Islam, danpepundhen desa. Faktor inilah yang menjadi daya tarik
spiritual di kalangan peziarah sumber-sumber barakah di tempat keramat itu.
Implikasi positif dari fenomena tradisi ziarah di desa Paseban adalah
adanya solidaritas sosial di kalangan para peziarah. Hal ini dapat dilihat dari
adanya harmonisasi dan toleransi sosial keagamaan pada saat upacara-upacara
sakral di kompleks makam Sunan Tembayat, seperti: sadranan Agung, Khaul,
malam 1 Sura dan sebagainya. Selain itu, apresiasi kultural di kalangan para
peziarah dan masyarakat pendukung kebudayaan tersebut adalah wujud
aktualisasi terhadap kearifan lokal tradisi Tembayatan warisan Sunan Tembayat
Habitat Suitability of Release Site for Javan Gibbon (Hylobates moloch) in Mount Malabar Protected Forests, West Java
The javan gibbon reintroduction program requires assessment of suitable habitat within release sites to assure the survival of released gibbons. We studied habitat suitability for javan gibbon beginning in April 2017, extending to June 2017 in the Mount Malabar Protected Forest (MMPF), West Java. The objectives of this study were to analyze the habitat suitability of the release site for javan gibbon in MMPF. Analysis of Geographical Information System (GIS) and Principal Component Analysis (PCA) approach were used to obtain habitat suitability values. Habitat suitability variables measured are elevation, Normalized Differential Vegetation Index (NDVI), Bareness Soil Index (BSI), distance from the road, farming, settlement, and open field. We found suitability valued areas consisting of high suitability covered 2,009.23 ha (22.31%), moderate suitability covered 2,497.46 ha (27.73%), and low suitability covered 4.499,65 ha (49.96%), from a total area ± 8.894,47 ha in MMPF
Habitat Suitability of Release Site for Javan Gibbon (Hylobates moloch) in Mount Malabar Protected Forests, West Java
The javan gibbon reintroduction program requires assessment of suitable habitat within release sites to assure the survival of released gibbons. We studied habitat suitability for javan gibbon beginning in April 2017, extending to June 2017 in the Mount Malabar Protected Forest (MMPF), West Java. The objectives of this study were to analyze the habitat suitability of the release site for javan gibbon in MMPF. Analysis of Geographical Information System (GIS) and Principal Component Analysis (PCA) approach were used to obtain habitat suitability values. Habitat suitability variables measured are elevation, Normalized Differential Vegetation Index (NDVI), Bareness Soil Index (BSI), distance from the road, farming, settlement, and open field. We found suitability valued areas consisting of high suitability covered 2,009.23 ha (22.31%), moderate suitability covered 2,497.46 ha (27.73%), and low suitability covered 4.499,65 ha (49.96%), from a total area ± 8.894,47 ha in MMPF