43 research outputs found

    Kebijakan Pemerintah Kota Semarang Tentang Master Plan Bagian Wilayah Kota (Bwk) I Sebuah Studi Kasus Pembangunan Paragon City Dan Gumaya Tower Hotel

    Full text link
    Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengungkap penyebab dari inkonsistensi pembangunan fisik yang terjadi di Kota Semarang. Dengan menggunakan teori sistem politik yang dipadukan dengan proses formulasi kebijakan, penulis mencoba membuktikan bahwa tekanan dari kelompok kepentingan dan patologi birokrasi benar-benar terjadi dalam sebuah formulasi kebijakan.Locus dan focus dalam penelitian ini adalah kasus pembangunan Paragon City dan Gumaya Tower Hotel yang berada di BWK I Semarang. Dalam mendapatkan data, penulis akan melakukan wawancara mendalam secara purposive sampling dan telaah dokumen.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi inkonsistensi pembangunan fisik di Kota Semarang yang disebabkan oleh lemahnya fungsi kontrol dari SKPD dan DPRD. Kelemahan tersebut memberikan celah kepada elit ekonomi untuk melakukan lobi politik terhadap elit pemerintah Kota Semarang.Hendaknya seluruh jajaran Pemerintah Kota Semarang beserta seluruh stakeholder mampu bekerja sama dalam menjaga konsistensi pembangunan agar hak-hak publik tidak lenyap oleh kedigdayaan investor. Oleh sebab itu Pemerintah Kota Semarang harus melakukan pembenahan secara struktural dan kultural demi mewujudkan pembangunan yang tepat dan bijak

    Respon Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Pada Materi Geometri Berdasarkan Taksonomi Solo Ditinjau Dari Tingkat Metakognisi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Cepu

    Full text link
    This research aimed to describe the response of the 10th graders of SMA 1 Cepu to solve the mathematic problem in geometric material based on SOLO taxonomy in the students with high, medium and low metacognitive ability. This study was a qualitative research with nine students in the 10th graders of SMA Negeri 1 Cepu: three students with high, three with medium and three with low metacognition abilities. The subject of research was selected using purposive sampling technique. Techniques of collecting data used were written test and interview. Data validation was carried out using time triangulation. Technique of analyzing data used included data collection, data reduction, data display and verification. The result of research showed that the students' response to solve mathematic problem based on SOLO taxonomy (1) The response of students with high metacognitive level, students could solve the unistructural, multistructural, and relational problem but they couldn't solve the extended abstract problem, from the response given, it could be concluded that the students with high metacognition occupied the relational level (2) The response of students with medium metacognition, the students could solve the unistructural problem but they couldn't solve the multistructural, relational and extended abstract problem. Based on the response given, it could be concluded that the students with medium metacognition still occupied unistructural level. (3) The response of students with low metacognition, students could solve unistructural but there was exist the students who couldn't answer unistructural problem because they did not have any aspect to solve the problem, in addition students coldn't also to solve multistructural, relational, and extended abstract problem. Based on the response given, it could be concluded that the students in low metacognition category occupied prestructural and unistructural level

    Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Permukiman dengan Metode Multi Criteria Evaluation di Kota Padang

    Get PDF
    Population growthis linear tothe requrement of settlement area, while the area of the earth is limited. It was caused inappropriate use of the land. This study aims to identify, analyze, and describe dynamics and suitability of land for settlements in Padang. Determination of land suitablity for settlementis using Multi Criteria Evaluation (MCE) method. The indicators used in determining the suitability of land for settlement is the slope, the frequency of flooding, drainage, distrubusi gravel, rock distribution and effective depth. Weighting in the analysis of land suitability based on the opinions of experts from various fields related to as many as 15 experts. Analysis result for land suitability of settlements in the area show that: there were 12.543 ha (18%) very suitable for settlement; 52.390 ha (75,4%) were suitable for settletment; 4.279 ha (6,2%).were compatible with marginal for settlement; and 285 ha (0,8%) were unsuitable for settlement. The area is very suitable for residential areas is very limited, so expect optimal utilization

    Alternatif Model Usahatani Konservasi Tanaman Sayuran Di Hulu Sub-DAS Cikapundung

    Full text link
    . Sutrisna, N., Santun R.P. Sitorus, B. Pramudya, and Harianto. 2010. The Alternative ConservationFarming System Model on Vegetable Plants in Upstream Areas of Subwatershed Cikapundung. The upstreamarea of Subwatershed Cikapundung are located in the dry highland. Inappropriate land USAge that doesn't utilize itsland suitability causes land degradation. The main objective of this research was to design the alternative conservationfarming system model on vegetable plants in upstream areas of subwatershed Cikapundung. The other objectives were(1) to analyze suitability of existing land utilization, (2) to characterize existing farming system, and (3) to analyzethe most effective component of the conservation farming system. This research was conducted by using a surveymethod. The results showed that the category in accordant to existing land use was belong to marginally suitable(S3). The limited factors were pH, base saturation, CEC, drainage, and slope. The most influence component of theconservation farming system were kinds of vegetation, cropping system, ameliorant, conservation techniques, andplastic mulch. There were five alternative models of conservation farming system that can be used in upstream areas ofsubwatershed Cikapundung. Those were (1) model A: conservation farming system bench terraces, the embankmentcrosses the slope, uses of organic matter and lime, and planting of vegetables cropping system with categoriesI+III or II +III, (2) model B: conservation farming system bench terraces, the embankment crosses the slope, usesorganic matter, uses mulch, and planting of vegetables cropping system with categories I+III or II+III, (3) model C:conservation farming system bench terraces, the embankment one-way the slope, use organic matter and lime, usesmulch, and planting of vegetables cropping system with categories I+III or II+III, (4) model D: conservation farmingsystem gulud terraces, the embankment one-way the slope, uses organic matter and lime, and planting of vegetablescropping system with categories I+III or II+III, and (5) model E: conservation farming system gulud terraces, theembankment one-way the slope, uses organic matter and lime, uses mulch, and planting of vegetables cropping systemwith categories I+III or II+III. The alternative models A, B, and C can be used at sloping land 16-25%, meanwhilethe alternative models D and E at sloping land 8-15%. To accelerate the implementation of farming system modelby farmers, the supporting institution of conservation farming system is required

    Design Pengembangan Hortikultura Tahunan Berkelanjutan di DAS Ciliwung Hulu

    Full text link
    . Kondisi hidrologis DAS Ciliwung Hulu saat ini dalam keadaan kritis akibat dari penurunan areal vegetasi,khususnya tanaman tahunan yang mempunyai fungsi utama menahan, menangkap, menguapkan, dan mengalirkanair hujan ke dalam tanah maupun di atas permukaan tanah, sebagai bagian penting dari siklus hidrologi. Untukmemperbaiki kondisi hidrologis DAS bagian hulu sebagai wilayah tangkapan air, maka diperlukan peningkatan arealtutupan lahan dengan tanaman tahunan yang sekaligus mampu memenuhi kriteria secara ekonomis menguntungkan,ramah lingkungan, dan dapat diterima oleh masyarakat. Tujuan penelitian ialah menentukan jenis tanaman hortikulturatahunan yang memenuhi kriteria yang diharapkan dan sesuai dengan wilayah pengembangan di DAS CiliwungHulu. Untuk itu diidentifikasi lahan yang terdiri atas 30 unit lahan >700 m dpl. dan 21 unit lahan <700 m dpl..Penelitian berhasil mengidentifikasi penyebaran 24 jenis tanaman hortikultura tahunan di masing-masing unit lahan.Berdasarkan kombinasi antara jumlah dan sebaran tanaman, ditentukan 10 jenis tanaman hortikultura tahunan potensialmenggunakan metode perbandingan indeks kinerja. Kesepuluh jenis tanaman tersebut berturut-turut ialah nangka,lengkeng, durian, melinjo, mangga, alpokat, rambutan, limus, petai, dan jengkol. Dengan menggunakan kombinasianalisis kesesuaian lahan, jumlah, dan sebaran tanaman, ditetapkan arahan rekomendasi pengembangan tanamanhortikultura tahunan, yang merupakan tanaman dominan untuk dikembangkan di DAS Ciliwung Hulu. Hasil analisisfinansial menunjukkan bahwa tanaman lengkeng mempunyai nilai NPV tertinggi sebesar Rp42.278.400,00, sedangkantanaman mangga dengan nilai NPV terendah, yaitu Rp13.205.675,00. Kombinasi pola tanam alpokat-nangka-lengkengmenunjukkan nilai NPV tertinggi, yaitu sebesar Rp38.779.187,00

    Pengembangan Kebijakan Pengelolaan Berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu Kabupaten Bogor

    Full text link
    Diperkirakan 13% atau 62 DAS dari 470 DAS di Indonesia berada dalam kondisi kritis, meskipun upaya konservasi tanah dan air dalam pegelolaan DAS telah diimplementasikan. DAS Ciliwung merupakan salah satu DAS kririts tersebut. Penelitian ini dilakukan di DAS Ciliwung Hulu, Kabupaten Bogor, ditujukan untuk (1) menentukan indeks keberlanjutan pengelolaan DAS Ciliwung Hulu, (2) mengetahui faktor-faktor penting yang menentukan tingkat keberlanjutan DAS Ciliwung Hulu, dan (3) memformulasikan pengembangan kebijakan pengelolaan berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu. Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah (MDS) untuk memperoleh nilai indeks keberlanjutan pengelolaan DAS. Analisis digunakan untuk menentukan faktor-faktor pengungkit dalam pengelolaan DAS Ciliwung Hulu. Formulasi pengembangan kebijakan pengelolaan berkelanjutan digunakan analisis prospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan DAS Ciliwung Hulu kurang berkelanjutan. Faktor kunci dalam pengelolaan berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu adalah (1) kapasitas koordinasi instansi pemerintah, (2) pemanfaatan kegiatan jasa wisata, (3) alternatif pendapatan petani dari kegiatan non-pertanian, (4) kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan, dan (5) Perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbangun. Strategi pengembangan kebijakan pengelolaan berkelanjutan perlu dilakukan melalui intervensi peningkatan kinerja kelima faktor kunci tersebut secara terpadu dalam pengelolaan DAS Ciliwung Hulu. Multidimensional Scaling leverage

    Potret Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Indramayu

    Get PDF
    Dengue haemorrhagic fever (DHF) still becomes health problem in Indramayu district. The objective of this research is to identify the priority elements of DHF controlling policy in Indramayu district according to 35 experts using analytical hierarchy process (AHP). The result of the research provides information that the “main strategy” of DHF controlling is the improvement of healthy living environment; the “main actor” is the Government of Indramayu district; the “main factor” is the environment; the “main objective” is zero DHF in Indramayu district; and the “main criteria” is the quantity and quality of human resources. Based on this data, in order to implement the main strategy effectively, the Government of Indramayu district should increase the interprogram and inter-institu-tional cooperation; provide technological, funding, and facilities of environment health education supports; increase the quality of Puskesmas services and develop the DHF controlling team in all administrative level

    Model Pengendalian Lingkungan Dalam Pembangunan Kota Baru Berkelanjutan

    Full text link
    Pembangunan kota baru diharapkan dapat memecahkan masalah seperti pengurangan migrasi ke kota-kota besar, pembangunan ekonomi regional, dll, tetapi Kenyataannya tidak sesuai dengan tujuan. Perubahan lingkungan adalah salah satudampak yang tidak dipertimbangkan dengan hati-hati ketika kota baru direncanakan dan dikembangkan. Tujuan penelitian ini untuk merumuskan model pengendalian lingkungan selama pembangunan kota baru, untuk mencapai tujuan keberlanjutan.Studi kasus penelitian dilakukan di kota baru Bumi Serpong Damai (BSD) di Propinsi Banten, Indonesia. Penelitian ini menganalisis kualitas udara dan air dan kemudian membandingkan keduanya dengan kualitas lingkungan standar, analisis keberlanjutan BSD menggunakan skala multidimensional (MDS), dan merumuskan parameter kuncimenggunakan “prospective tools”, model mengembangkan pengendalian lingkungan menggunakan sistem dynamic, dan merumuskan prioritas kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air dan tanah di sekitar daerah BSD terkontaminasi limbah organik seperti BOD dan COD, sedangkan atmosfer mengandung gas toksik seperti: CO, SOx, NOx, ozon (O3) dan TSP. Di dalam analisis keberlanjutan mengungkapkan bahwa kota BSD mempunyai kategori kurang berkelanjutan (46,75), kurang dari 50 poin. Hanya dalam aspek seperti infrastruktur dan teknologi (52,20), ekonomi (53,17) dan hukum dan lembaga (59,95) mendekati kategori berkelanjutan. Sementara dalam aspek ekologi (42,22) dan sosial budaya (26,49) kota BSD dikategorikan tidak berkelanjutan.Terdapat 22 faktor pengaruh dan 5 parameter kunci untuk dapat dipertimbangkan kota BSD di dalam mencapai kota yang keberlanjutan. Disarankan kebijakan untuk pengembangan kota berkelanjutan baru harus ada penyediaan teknologi produksibersih, penyediaan fasilitas sistem pembuangan kotoran, pengembangan jaringan jalan, transportasi umum yang efektif dan efisien, mempertimbangkan budaya lokal, peningkatan lembaga yang sesuai. kata kunci: kota baru, kualitas air dan udara, system pembuangan kotoran, model, strategi, dan kebijakan

    Productivity of Sugarcane Plants of Ratooning with Fertilizing Treatment

    Full text link
    Latief AS, Syarief R, Pramudya B, Muhadiono. 2010. Productivity of sugarcane plants of ratooning with various fertilizingtreatments. Nusantara Bioscience 2: 43-47. This research aims to determine the sugarcane plants of ratooning productivity with lowexternal input of fertilization treatment towards farmers can increase profits. The method used is the Completely Randomized BlockDesign (CRBD) with four treatments and three repetitions (4x3). Sugarcane varieties R 579 planted in each patch experiment 5x5 m2.Dosage of fertilizer: P0 = 3.6 kg/year plot experiment was 100% dosage USAge of chemical fertilizers used by farmers. Further dosageswere P1 (75%) = 2.7 kg/plot, P2 (50%) = 1.8 kg/plot and P3 (0.25%) = 0.9 kg/plot, each supplemented with fertilizer 5 mL of liquidorganic/patch a year. Sugarcane crops with a variety of treatment showed no significant difference. The highest productivity wasachieved at dosages of P2 (50% chemical fertilizers plus organic fertilizer) is 21.67 kg per square meter. Chemical fertilizers can besaved 7 quintals per hectare a year or Rp 997,500 per year. Additional costs of liquid organic fertilizer Rp. 100,000 per hectare year andlabor Rp 100,000 per hectare, so the additional advantage of saving farmers fertilizer Rp. 797,500 per year
    corecore