5 research outputs found
COLONIALISM TOWARDS CHINESE SOCIETY IN W. SOMERSET MAUGHAM’S THE PAINTED VEIL
In this thesis, the writer is interested to analyze colonialism in William Somerset Maugham’s The Painted Veil. The purposes of the thesis are to analyze how the British colonization works during the cholera epidemic in China, to analyze how the response of China society about British colonization, and to analyze the perspective of the Western toward the Eastern which is implied in The Painted Veil.
In doing this research, the writer uses method of library research. The object of the thesis is William Somerset Maugham’s The Painted Veil and the supporting data are any information related to the analysis of the object which are taken from the library or internet. The writer also uses postcolonial approach to help explain the issues in The Painted Veil. To investigate the issues, the writer uses colonialism theory by Ania Loomba.
The results of the thesis is that British colonialism in China has three purposes. Those are: gold which is related to the economy domination, gospel or christianization, and glory which is related to domination of a nation. The colonialism results in positive and negative response from the Chinese. There is also the view from the Western toward the Eastern. The negative views from the West are stereotypes on how the West looks at the East. The Western thinks that their culture, appearance, manner, belief, and education are better than the Eastern. There is a line boundary between the West and the East. The line boundary makes a nation is different from the other
Evaluasi Program Pembangunan Desa Dan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Perikanan Di Desa Mronjo Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar Jawa Timur
Pembangunan sektor perikanan saat ini sedang gencar dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan pembangunan nasional. Kabupaten Blitar merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang menjadi diharapkan mampu menjadi basis perikanan budidaya khususnya ikan hias dan ikan konsumsi. Potensi perikanan di Kabupaten Blitar sangat menjanjikan yang meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya berupa budidaya ikan konsumsi maupun budidaya ikan hias. Desa Mronjo memiliki sumberdaya perairan darat yang melimpah sebab dengan luasnya yang kurang dari 50 km2 desa ini merupakan wilayah yang dilewati 2 sungai besar yaitu Sungai Brantas disebelah selatan dan Sungai Lekso di sebelah timur. Dengan kata lain, hampir setiap semua batas desa ini adalah perairan. Hal tersebut sebenarnya sangat menunjang adanya kegiatan perekonomian berbasis perikanan, namun mayoritas masyarakat Desa Mronjo masih mengacu kepada sektor pertanian dan pertambangan pasir (illegal) sebagai mata pencaharian. Setelah menerima bantuan PUMP pada tahun 2011 dan terealisasikan pada tahun 2012 (setelah berjalan 5 tahun) dan beberapa program dari Dinas Kelautan dan Perikanan (saat ini berubah menjadi Dinas Peternakan dan Perikanan) dan beberapa program lainnya, masyarakat Desa Mronjo masih saja menjadikan usaha perikanan sebagai usaha sekunder atau usaha sampingan yang mana tetap menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian pokoknya. Berdasarkan realita tersebut, diperlukan evaluasi terkait program – program berbasis perikanan yang dilaksanakan di Desa Mronjo dengan harapan akan ada perbaikan untuk program – program selanjutnya sehingga sasaran yang ingin dicapai serta kesejahteraan masyarakat desa Mronjo dapat ditingkatkan melalui usaha – usaha berbasis perikanan.
Tujuan dari kegiatan penelitian ini antara lain sebagai berikut untuk mengetahui program yang telah dilaksanakan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar di Desa Mronjo dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, untuk mengevaluasi pelaksanaan program – program Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar yang dilaksanakan di Desa Mronjo dan untuk mengetahui dampak sosial dan dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Desa Mronjo sesudah dilaksanakannya program – program berbasis perikanan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif dimana peneliti memaparkan, menggambarkan dan berusaha menjelaskan dengan apa adanya tentang aktivitas masyarakat, realisasi program – program yang pernah diimplemetasikan di Desa Mronjo beserta dampak ekonomi dan dampak sosial yang dirasakan masyarakat Desa Mronjo terhadap program tersebut.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa Secara Geografis, Desa Mronjo terletak pada posisi 8º12’ - 7º31’ Lintang Selatan dan 112º28’ - 111º40’ Bujur Timur. Topografi Desa Mronjo adalah berupa daratan rendah dengan ketinggian yaitu sekitar 300 m di atas permukaan air laut. Desa Mronjo memiliki luas wilayah desa 4,29 Km2 atau 429 Ha. bahwa jumlah penduduk Desa Mronjo
baik laki – laki maupun perempuan tidak memiliki perbedaan jumlah yang signifikan. Selisih dari jumlah penduduk laki – laki dan perempuan hanya 183 atau 0,4%. Desa Mronjo didominasi oleh penduduk dengan usia produktif dimana menurut Badan Pusat Statistik rentang usia produktif penduduk adalah pada usia 15 – 64 tahun. Mayoritas penduduk Desa Mronjo didominasi oleh masyarakat dengan pendidikan terakhir SD. Tingkat pendapatan rata – rata penduduk Desa Mronjo adalahg Rp. 650.000,- setiap bulannya. Terdapat 13 kelembagaan di Desa Mronjo dimana kelompok tani yang ada di Desa Mronjo mendominasi kegiatan masyarakat dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini sejalan dengan jumlah masyarakat di Desa Mronjo yang mayoritas adalah petani.
Desa Mronjo memiliki 5 kelembagaan dalam bentuk kelompok usaha perikanan, diantaranya adalah POKDARWIS Bonang Rejo yang didirikan secara mandiri oleh masyarakat Desa Mronjo pada tahun 2014, POKDAKAN Ngudi Lestari yang terbentuk tahun 2009, POKDAKAN Sumber Lestari Koi yang terbentuk tahun 2007 dan pernah mengalami re-orgaisasi tahun 2013. Kelembagaan selanjutnya adalah KUB Bengawan Makmur yang berdiri tahun 2010 dan mengalami re-organisasi pada tahun 2014 dan POKLAHSAR Srikandi Mulia yang berdiri tahun 2014. Program bantuan yang diterima oleh kelompok – kelompok usaha perikanan tersebut antara lain PUMP-PB untuk POKDAKAN Ngudi Lestari berupa bantuan uang dengan nominal Rp. 100.000.000,- pada tahun 2012 dan POKDAKAN Sumber Lestari Koi dengan nominal bantuan Rp. 35.000.000,- pada tahun 2013. Bantuan selanjutnya berupa barang yang termasuk dalam program bantuan Hibah Bupati berupa 7 unit kapal penangkapan beserta alat tangkap yang diterima oleh KUB Bengawan Makmur pada tahun 2013 dimana untuk kedua kalinya mendapatkan juga bantuan 3 unit kapal dari program tersebut sejumlah 3 unit kapal penangkapan. Adapun untuk poklahsar menerima program bantuan hibah dari Gubernur berupa peralatan pengolahan yaitu langseng, freezer dan food processor yang diterima pada tahun 2016.
Evaluasi yang dilakukan pada program PUMP-PB adalah dari indikator input sumberdaya alam masih sangat potensial untuk dikembangkan namun sumberdaya manusia masih sangat kurang, dari indikator proses bahwa program PUMP-PB sudah dijalankan sesuai dengan Petunjuk Teknik PUMP-PB Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya tahun 2011, dari indikator output berupa peningkatan produksi dan kapasitas panen sesuai dengan harapan pelaku usaha perikanan dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar. Evaluasi yang dilakukan pada program hibah adalah dari indikator input sumberdaya alam yang melimpah namun partisipasi masyarakat masih kurang, dari indikator proses bahwa program hibah sudah dijalankan sesuai dengan PERBUP No. 18 tahun 2013 dan PERGUB No. 40 tahun 2016, dari indikator output memberikan hasil tangkapan di perairan umum yang meningkat sesuai dengan harapan pelaku- usaha perikanan dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar, namun untuk output pada poklahsar Srikandi Mulia belum bisa dikatakan sesuai dengan harapan sebab belum ada kapasitas produksi yang jelas dan belum menunjang kegiatan perekonomian keluarga pada kelompok tersebut. Saran praktis yang dapat diberikan peneliti adalah untuk pemerintah perlu adanya penambahan petugas yang bertugas untuk memonitoring dan mengevaluasi keberlanjutan usaha perikanan di Kabupaten Blitar dan untuk masyarakat hasil penelitian ini dapat digunakan untuk acuan untuk mengevaluasi perkembangan usaha perikanan khususnya di Desa Mronjo. Adapun saran akademis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian lanjutan terkait dengan pengembangan sektor perikanan budidaya dan perikanan tangkap di perairan umum daratan
PENGGUNAAN DIGITAL LEARNING SYSTEM (DLS) SEBAGAI PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI DI SMP NEGERI 5 SURABAYA
Digital Learning System (DLS) merupakan suatu terobosan terbaru dalam
memanfaatkan teknologi dalam bidang pendidikan untuk belajar secara digital melalui
teknologi baik hardware maupun software, online maupun offline yang dikemas
secara apik dan interaktif yang bertujuan untuk merevolusi cara belajar dan berbagi
pengetahuan dengan memanfaatkan jaringan internet.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan tentang
penggunaan e-education Digital Learning System (DLS) yang digunakan oleh guru
dan siswa SMP Negeri 5 Surabaya sebagai sarana pendukung kegiatan pembelajaran
disekolah. Dalam penelitian ini menggunakan teori Unified Theory Of Acceptance
and Use Of Technology (UTAUT) dari venkatest.et al (2003) yang digunakan untuk
mengukur penerimaan dan penggunaan sistek tekonologi baru. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan teknik
pengambilan sampling yakni purposive sampling
Hasil analisis yang diperoleh memperlihatkan bahwa sebagian besar bahwa
guru dan siswa SMP Negeri 5 Surabaya telah menerima dan menggunakan Digital
Learning System (DLS)dengan baik. Berdasarkan hasil analisis penelitian diketahui
bahwa guru dan siswa Digital Learning System (DLS) memiliki tigkat performance
expectancy (ekspektasi kinerja) termasuk katagori baik dengan nilai rata-rata skor
sebesar 3,73, effort expectancy (ekspektasi usaha) termasuk katagori baik dengan
nilai rata-rata skor sebesar 3,85, social influence (pengaruh sosial) termasuk katagori
baik dengan nilai rata-rata skor sebesar 3,61, facilitating conditions (kondisi
Fasilitas) termasuk katagori baik dengan nilai rata-rata skor sebesar 3,70 terhadap
behavioral intention to use the system termasuk katagori baik dengan nilai rata-rata
skor sebesar 3,89 variable ini merupakan meraih nilai scor tertinggi di banding
lainnya
Kohor retrospective study: development of children age 1-3 year with history of low born weigh (LBW) infants
Low Born Weigh (LBW) is a baby with a birth weight <2500 grams. LBW babies are weak in fine motor skills. If toddlers' developmental disorders are not detected early it will affect the quality of life, showed the prevalence of LBW by 5.52%. The prevalence of LBW infants in Bantul Regency from 2014 to 2018 has increased. The highest LBW cases were in the Pleret Puskesmas which reached 6.23%. The high prevalence of LBW in Pleret District has made researchers interested in researching the relationship of LBW history with the development of toddlers aged 1-3 years. The purpose of this research is to find out the influence of LBW history on the development of toddlers aged 1-3 years. This type of research is an observational analytic study with a retrospective cohort design. The sample in this study is toddlers aged 1-3 years in the district of Pleret. The independent variables of this study were the birth weight of infants and the dependent variable of development of infants aged 1-3 years. Statistical tests use the Chi-square test and relative risk. This research shows that as many as 31% of children under five with a history of LBW had inappropriate development status. The chi-square test showed a p-value of 0.016 (<0.05) which meant that there was a significant relationship between LBW history and the developmental status of toddlers. Obtained RR value of 1,250 (> 1,00), shows that toddlers with a history of LBW have a risk of experiencing developmental disorders 1.25 times greater than toddlers with normal weight history. The conclusion of this research is a there is a significant relationship between LBW history and the development of toddlers aged 1-3 years. Toddlers with an LBW history have a greater risk of developing developmental disorders compared to toddlers with normal weight history