12 research outputs found
DESCRIPTION OF DIABETES MELLITUS PATIENT’S SELF-EMPOWERMENT IN MANGUSADA HOSPITAL, BADUNG DISTRICT: DESKRIPSI SELF-EMPOWERMENT PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT MANGUSADA, KABUPATEN BADUNG
Pendahuluan: Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol. Penderita diabetes melitus membutuhkan perawatan yang berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Self-empowerment diperlukan untuk membangun kepercayaan, meningkatkan harga diri, mengembangkan mekanisme koping dan meningkatkan keterampilan. Self-empowerment dapat memandirikan pasien, merubah pasien dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu sesuai dengan keadaan pasien serta kemauan pasien untuk berubah. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan rancangan penelitian survei menggunakan cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh penderita diabetes mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Badung Mangusada yang berjumlah 80 penderita, sample penelitian sebanyak 67 responden yang diperoleh dengan teknik nonprobability sampling, pendekatan yang digunakan adalah consecutive sampling.Hasil: Kesimpulan penelitian ini adalah aspek psikososial penderita DM tipe II sebagian besar adalah tinggi, ketidakpuasan dan kesiapan untuk berubah adalah cukup, pengaturan dan pencapaian tujuan adalah cukup, self-empowerment adalah tinggi. Diskusi: Pemahaman responden terhadap Self-empowerment , cara menangani respon emosional pasien akibat lama menderita DM tipe II, dan cara mengatasi hambatan dalam melakukan perawatan diabetes melitus
Kata kunci: Self-empowerment , Diabetes Melitus Tipe II
ABSTRACK
Introduction: Type 2 Diabetes mellitus is a chronic disease that cannot be cured but can be controlled. People with diabetes mellitus need continuous care to improve the quality of life better. Self-empowerment is needed to build trust, increase self-esteem, develop coping mechanisms and improve skills. Self-empowerment can empower patients, change patient’s knowledge from not knowing to know, from unable to be able, according to the patient's condition and the patient's willingness to change.Method: This research was conducted with descriptive research design with survey research design approach using cross-sectional. The population of this study were all type II diabetes mellitus patients in Badung Mangusada District Hospital which consisted of 80 patients, the sample of 67 respondents obtained by nonprobability sampling technique, the approach used was consecutive sampling. Result: The conclusion of this research is psychosocial aspect of patient of DM type II mostly is high, dissatisfaction and readiness to change is enough, setting and achieving goal is enough, self-empowerment is high. Discussion: Understanding of respondents to Self-empowerment , how to handle the emotional response of patients due to long suffering from DM, and how to overcome barriers in doing diabetes mellitus treatment.
Key word: Self-empowerment , Type II Diabetes Mellitu
Gambaran Kepatuhan Pelaksanaan Protokol Kesehatan Pencegahan COVID-19 pada Masyarakat Pasca Vaksinasi
Introduction:Â Corona Virus Disease-19 (COVID-19) has experienced an increase in the number of cases in the world and in Indonesia in particular. Vaccination efforts are carried out by the government to reduce the transmission of COVID-19 transmission, reduce morbidity and death rates and achieve herd immunity. The problem in the field is that people who have been vaccinated have begun to neglect the implementation of health protocols. Limited study explored compliance to implement COVID-19 health protocols post vaccination. The purpose of this study was to determine the description of compliance with the implementation of the COVID-19 preventive health protocol in the post-vaccination community in the Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) work area of Rumah Sakit Umum (RSU) Payangan. Methods: the research method was descriptive research. The research sample were 268 people who had met the criteria of completed vaccinated, be able to use Whatsapp and aged 20-70 years old with the Simple Random Sampling sample technique. Data was collected with questionnaires, namely questionnaires to identify the characteristics of respondents and questionnaires to assess community compliance with implementing COVID-19 prevention health protocols and analysed by statistical test. Results: the results were obtained from 268 respondents, most of the people were obedient in using masks (83.2%), obediently washing hands (93.3%), obedient in maintaining distance (60.4%) and obedient in maintaining health (83, 2%). Conclusion: compliance in maintaining distance is the lowest compliance, the number of traditional and cultural activities in the community, economic demands and fulfilment of needs causes people to gather. It is very important to increase public supervision in implementing Health protocols and providing facilities and facilities.
THE RELATION OF CENTRAL OBESITY AND PHYSICAL ACTIVITY WITH THE INCIDENCE OF TYPE 2 DIABETES MELLITUS IN NORTH DENPASAR HEALTH CENTER III: HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS III DENPASAR UTARA
Pendahuluan: Diabetes melitus tipe 2 merupakan kasus diabetes yang paling sering terjadi dan disebabkan oleh beberapa faktor seperti obesitas sentral dan aktivitas fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan obesitas sentral dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas III Denpasar Utara. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan 51 responden. Hasil: Hasil uji Lambda pada hubungan obesitas sentral dan kejadian diabetes melitus tipe 2 didapatkan sekitar 29 responden dengan diabetes melitus tipe 2 dan mengalami obesitas sentral dengan nilai p=0,031 (p<0,05), maka H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan obesitas sentral dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas III Denpasar Utara dengan nilai r=0,529 yang menunjukkan korelasi sedang dan arah korelasi positif. Hasil uji Lambda pada hubungan aktivitas fisik dan kejadian diabetes melitus tipe 2 didapatkan hasil 27 responden dengan diabetes melitus tipe 2 dan memiliki aktivitas rendah dengan nilai p=0,04 (p<0,05) maka H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas III Denpasar Utara dengan nilai r=0,529 yang memiliki korelasi sedang dan arah korelasi positif. Diskusi: Penurunan adipose viseral pada obesitas sentral dan aktivitas fisik tinggi dapat meningkatkan sensitifitas reseptor insulin.Introduction: Type 2 diabetes mellitus is a diabetes that most occurs and can caused by several factors such as central obesity and physical activity. This study aimed to determine the relation of central obesity and physical activity with the incidence of type 2 diabetes mellitus in North Denpasar Health Center III. Method: This research used descriptive correlation with cross sectional approach, conducted with 51 respondents used purposive sampling. Results: Lambda test results on relation of central obesity and incidence of type 2 diabetes mellitus showed that 29 respondents with type 2 diabetes mellitus and central obesity obtained p value = 0.031 (p<0.05), that means H0 was rejected and there’s relation between central obesity and incidence of type 2 diabetes mellitus with r value=0.529. Lambda test results on the relation of physical activity and incidence of type 2 diabetes mellitus showed 27 respondents with type 2 diabetes mellitus and low physical activity obtained p value =0.04 (p<0.05) that means H0 was rejected there’s relation between physical activity and incidence of type 2 diabetes mellitus with r value = 0.529. The result indicated a moderate and positive correlation. Discussion: The decreased of visceral adipose in central obesity and high physical activity can increase the sensitivity of insulin receptors
EFEKTIVITAS SLOW STROKE BACK MASSAGE DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK ESENSIAL KENANGAN (CANANGA ODORATA) DAN MINYAK ESENSIAL LAVENDER (LAVANDULA ANGUSTIFOLIA) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI: EFFECTIVENESS SLOW STROKE BACK MASSAGE USING YLANG ESSENTIAL OIL (CANANGA ODORATA) AND LAVENDER ESSENTIAL OIL (LAVANDULA ANGUSTIFOLIA) TO DECREASE BLOOD PRESSURE IN ELDERLY WITH HYPERTENSION
Pendahuluan: Tingginya angka kejadian hipertensi pada lansia menuntut peran tenaga kesehatan untuk melakukan upaya pencegahan komplikasi yang dapat timbul akibat hipertensi, salah satunya adalah slow stroke back massage. Manfaat dari slow stroke back massage adalah untuk mengurangi ketegangan sehingga dapat menurunkan toleransi nyeri dan ansietas. Metode: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah control group pretest posttest design. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 30 sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing 15 orang responden. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan uji Independent T Test pada tekanan darah sistole didapatkan signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan penurunan tekanan darah sistole setelah pemberian slow stroke back massage dengan menggunakan minyak esensial kenanga dan lavender, sedangkan pada tekanan darah diastole didapatkan signifikansi 0,001 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan penurunan tekanan darah diastole setelah pemberian slow stroke back massage dengan menggunakan minyak esensial kenanga dan lavender. Diskusi: Efek eugenol yang hanya terdapat pada minyak esensial kenanga memungkinkan efek yang lebih baik daripada minyak esensial lavender.
Kata Kunci: slow stroke back massage, minyak esensial kenanga, minyak esensial lavender, tekanan darah, lansia
ABSTRACT
Introduction: The high incidence of hypertension in elderly demands the role of health workers to make efforts to prevent complications that can arise due to hypertension, one of which is slow stroke back massage. The benefit of slow stroke back massage is to reduce tension and decrease the tolerance of pain and anxiety. This research aims to know the difference of effectiveness of slow stroke back massage by using ylang essential oil (Cananga odorata) and lavender essential oil (Lavandula angustifolia) to decrease blood pressure in elderly with hypertension. Method: This research was used control group pretest posttest design. The number of samples in this study was 30 samples which are divided into 2 groups each consisting of 15 respondents determined by purposive sampling technic. Result: After test of Independent T-Test the results showed the systole blood pressure got significance 0.000 <0,05 which mean there is a difference decreased of systole blood pressure after giving slow stroke back massage by using ylang and lavender essential oil, whereas at diastolic blood pressure got significance 0.001 <0.05 which means there is a difference decreased in diastolic blood pressure after giving slow stroke back massage using ylang and lavender essential oil. Discussion: The eugenol effect was found only in the ylang essential oil which allows for a better effect than the lavender essential oil.
Keywords: slow stroke back massage, ylang essential oil, lavender essential oil, blood pressure, elderl
Relationship between self efficacy with medication adherence in patients with type ii dm: Hubungan antara self efficacy dengan kepatuhan minum obat hipoglikemik oral pada penderita dm tipe ii
Keberhasilan pencegahan komplikasi Diabetes Melitus dapat dicapai salah satunya melalui kepatuhan dalam terapi farmakologi yaitu penggunaan Obat Hipoglikemik Oral. Keberhasilan suatu pengobatan pada pasien DM memerlukan kemampuan dan keyakinan yang tinggi pada diri sendiri atau yang disebut dengan Self efficacy. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Self efficacy dengan kepatuhan minum obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes melitus tipe II. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional. Teknik sampling digunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang penderita DM tipe II. Hasil penelitian didapatkan yaitu 25 orang (41,7%) memiliki Self efficacy dalam kategori tinggi dan 31 orang (51,7%) memiliki kepatuhan minum obat hipoglikemik oral dalam kategori tinggi. Hasil uji Rank Spearman dengan α = 0,05 didapatkan angka p value = 0,000 dan koefisien korelasi (r) = 0,936 yang berarti ada hubungan antara Self efficacy dengan kepatuhan minum obat hipoglikemik oral dengan kekuatan hubungan kuat dan berarah positif. Self efficacy akan berpengaruh terhadap kemampuan menyesuaikan diri, memahami dan mengenal masalah yang dihadapi dan memotivasi dirinya untuk suatu perubahan perilaku salah satunya kepatuhan berobat.The success of preventing the complications of diabetes mellitus can be achieved through medication adherence in the use of oral hypoglycemic drugs. The success of a treatment in DM patients depends on the ability and high confidence in the patient, or what is called Self efficacy. The aimed of this study to determined the relationship of Self efficacy with adherence to taking oral hypoglycemic drugs in patients with type II diabetes mellitus. The research design used descriptive correlational with cross sectional design. The sampling technique used consecutive sampling with a sample of 60 people with type II DM. The results showed 25 people (41.7%) had high Self efficacy and 31 people (51.7%) had oral hypoglycemic medication adherence in the high category. Spearman Rank test results with α = 0.05 obtained p value = 0,000 and correlation coefficient (r) = 0.936 which means there is a strong relationship between Self efficacy with adherence to taking oral hypoglycemic drugs with the strength of strong relationships and positive direction. Self efficacy will affect the ability to adjust, understand and recognize the problems faced and motivate patients to change behavior, one of which is medication adherence
GIAT PROGRAM “CERIA” (CEGAH ANEMIA REMAJA INDONESIA) SEBAGAI LANGKAH PEMUTUSAN RANTAI KEJADIAN STUNTING
Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktifitas. Anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius karena dapat meningkatkan risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait anemia terutama tentang pencegahan anemia pada remaja di SMK Kesehatan Sanjiwani Gianyar. Metode yang dipilih adalah pemberian edukasi terstruktur tentang anemia pada remaja. Kegiatan yang dilakukan diikuti oleh 110 orang yang terdiri dari 101 orang perempuan (91.82%) dan 9 orang laki-laki (8.18%). Sebelum diberikan edukasi, 73 orang (66.36%) memiliki pengetahuan baik, 31 orang (28.18%) memiliki pengetahuan cukup dan 6 orang (5.45%) memiliki pengetahuan kurang. Setelah diberikan edukasi, 97 orang (88.18%) memiliki pengetahuan baik, 13 orang (11.82%) memiliki pengetahuan cukup dan tidak ada partisipan yang memiliki pengetahuan kurang. Pemberian edukasi sangat penting untuk meningkatkan persepsi positif dan motivasi remaja dalam mencegah anemia
MENINGKATKAN PENGETAHUAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN PENGELOLAAN DIABETES DAN PERAWATAN KAKI DIABETIK
Penyakit Diabetes melitus adalah penyakit metabolic dan merupakan penyakit kronis yang angka kejadiannya terus mengalami peningkatan setiap tahunnya di seluruh dunia. Pengelolaan diabetes merupakan poin penting untuk keberlangsungan hidup pasien DM. upaya penanggulangan penyakit ini perlu dilakukan melalui manajemen yang tepat. Penyakit ini menimbulkan berbagai komplikasi dan yang paling sering terjadi adalah kaki diabetic. Dalam upaya mencegah kejadian kaki diabetic ini, perawatan kaki juga merupakan bagian yang sangat penting yang harus dilakukan oleh pasien untuk memastikan kebersihan dan Kesehatan kaki tetap terjaga sehingga kejadian kaki diabetic bisa dicegah. Terdapat empat pilar pengelolaan diabetes yang dapat dilakukan meliputi diet, Latihan fisik, obat-obatan dan edukasi. Melalui upaya pengelolaan diabetes yang tepat, komplikasi diabetes dapat dicegah, gula darah menjadi stabil dan kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan. Tahapan pertama dalam pengabdian masyarakat melakukan pengukuran gula darah sewaktu pada pasien DM tipe 2, tahap kedua memberikan penyuluhan tentang pengelolaan diabetes dan perawatan kaki diabetik. Hasil pengabdian masyarakat ini memberikan manfaat kepada pasien diabetes melitus tipe 2 dalam meningkatkan pengetahuan pengelolaan diabetes pasien DM tipe 2
Pengaruh Cognitive Behavior Therapy Terhadap Self Efficacy Dan Respon Biologis Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degencratif dan kronis, yang memerlukan pengobatan jangka panjang dan perawatan pasien secara mandiri, untuk dapat mencegah efek komplikasi akut maupun komplikasi jangka panjang. Kornplikasi pada penderita Diabetes mellitus (DM), terutama pada penderita del.vasa dan lanjut usia, biasanya terjadi karena gula darah yang tidak terkontrol dalarn waktu yang lama dan adanya penurunan days tahan tubuh sehingga dapat mengakibatkan gangguan metabolik akut, komplikasi vaskuler jangka panjang. juga meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Penelitian yang pernah dilakukan menyebutkan bahwa sues menjadi salah satu faktor yang wring muncul pada penderita diabetes. Berdasarkan basil wawaneara pada saat studi pendahuluan tanggal 5 ianuari 2013 di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah didapatkan bahwa 9 dart 10 penderita DM mengeluhkan adanya kebosanan dan putus asa data 7n rnelakukan penatalaksanaan DM, Cognitive behaviour therapy (CBT) rnerupakan salah satu terapi kognitif yang digunakan untuk merubah persepsi kognisi yang salah, memoclifikasi perasaan dan perilaku sehingga diharapkan petnberian CBT pada penderita DM ripe 2 dapat mempengaruhi tingkat stres dan self efficacy. Sarnpai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan adanya pengaruh CBT terhadap peningkatan self efficacy dan perbaikan respon biologis (kortisol dan gula darah) terhadap penderita DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh CBT terhadap Self Efficacy dan respon biologis pada Pasien DM Tipe 2.
Se (f efficacy dapat digunakan sebagai prediktor untuk mcngctahui kepatuhan pasien dalam self care activities. Pasien dengan kepatuhan yang rendah terlihat ntempunyai self efficacy yang rendah juga (Wu, 2007). Kondisi stirs akan menstimulasi hypothalamus untuk menseksesi neuropeptida yang naatinya akan mcngaktivasi ANS (Autonomic Nerve System) dan hypofisis untuk melepaskan kortikosteroid dan katekolamin (Henry. et.al, 2007). Kortisol merupakan hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal dan merupakan golongan glukokortikoid utarna. Efek metabolik dari kortisol dan glukokortikoid adalah kemampuan dalam merangsang proses glukoneogenesis. Peningkatan glukoneogenesis yang terjadi menyebabkan peningkatan dala.m jumlah penyimpanan glikogen dalam selksel hati. Kortisol juga menyebabkan penurunan kecepatan pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh. Peningkatan kecepatan glukoncogenesis dart bcrkurangnya kcecpatan pemakaian glukosa oleh sel dapat menyebabkan peningkatan konserrtrasi glukosa darah (Guyton & Hall, 2007).
,Penis penelitian ini adalah Quasi Experimental dengan desain penelitian pre -post test control group design. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol di Potiklinik Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto. Sampel diambil dengan rnenggunakan purposive sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi terdiri dari 16 responder' dan dibagi
menjadi 8 responden di kelompok perlakuan dan 8 orang di kelornpok pemiyanding. Cognitive Behaviour Therapy dilakukan dalarn 4 sesi, setiap sesi akan dilakukan 1-3 kali. Instrtunen yang digunakan dalarn CBT antara lain ABC work-sheet, Panduan latihan eksplorasi Keeemasan, dan Modul Penatalaksanaan DM. Insaumen yang digunakan untuk mertilai self efficacy menggunakan kuesioner Diabetes Management Self Efficacy Scale (DMSES). Kadar kortisol dan kadar gula darah 2 jam PP diukur di laboratorium RSK Sumberglagah.
Berclasarkan basil uji normalitas variabel pada kelompok perlakuan sebelum diberikan CBT menggunakan kalmogarov-smirnov didaparkan bahwa distribusi self efficacy, kadar kortisol dan kadar gula darah 2 jam PP sebelum perlakuan berdistribusi normal sehingga uji hipotesis yang digunakan yaitu uji t dependen (paired r testi digunakan untuk menganalisis perbedaan sebelum (pre) dan sesudah (post) diberikan perlakuan dan uji independen t test digunakan untuk menganalisis perbedaan dari kedua kelompok. Tingkat kemaknaan p < 0,05.
Berdasarkan basil Paired t rest pada kelompok perlakuan didapatkan p 0,000 yang berarti pemberian CBT dapat meningkatkan self eflicacy pada pasien DM tipe 2. sedangkan pada kelompok pembanding didapatkan p = 0,914 yang berarti tidak ada peningkatan nilai self efficacy sebelum (pre test) dan sesudah (post test). Uji beds antar kelompok menggunakan uji Independet t test didapatkan p = 0,000 dimana p < 0,05 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai self efficacy antara kelompok pembanding dan kelompok perlakuan yang diberikan CBT.
Uji Paired t lest pada kelompok perlakuan didapatkan p 0,032 yang berarti pemberian CBT dapat menurunkan kadar kortisol pada pasien DM tipe 2, sedangkan pada kelompok pembanding didapatkan p = 0,220 yang berarti tidak ada penunman kadar kortisol sebelurn (pre test) dan sesudah (post test). Li ji beds antar kelornpok menggunakan uji independor t test didapatkan p 0.015 dimana p < 0.05 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kadar kortisol antara kelompok pembanding dan kelompok perlakuan yang diberikan CBT.
Berdasarkan hasil Paired t test pada kelompok perlakuan didapatkan p 0,007 yang berarti pemberian CBT dapat memperbaiki kadar gula darah 2 jam PP pada pasien DM tipe 2, sedangka.n pada kelompok penibanding didapatkan p = 0.312 yang berarti tidak ada perbaikan kadar gula darah 2 jam PP sebelurn (pre test) dan sesudah (post test). tiji beds antar kelompok menggunakan uji independet I test didapatkan p = 0,810 dimana p > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah 2 jam PP antara kelompok pembanding dan kelompok perlakuan yang diberikan CBT.
Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengatasi dampak dari stressor dan mendapatkan kontdisi homeostatis yang baru, yang disebut days adaptasi. Namun bila kemampuan ini tidak dapat mengatasi dampak stresornya, maka individu tersebut membutuhkan bantuan. Salah satu bentuk bantuan dapat berupa psikoterapi, selain pemberian mcdikamentosa, Salah satu bentuk psikoterapi adalah CBT yaitu terapi kognitif yang pelaksanaannya dilakukan menggunakan pendekatan konseling yang di tang untuk menyclesaikan permasalahan klien pada saat ini. Pada dasamya, pengendalian kadar glukosa darah yang balk dapat mencegah terjadinya komplikasi balk akut maupun kronis, akan tetapi ada faktor-faktor yang mcmpengaruhi kadar gula darah pada penderita DM yang tidak dapat dirubab antara lain faktor umur dan genetik
Understanding of School-age Children in Caring of Dental Caries by using Animated Digital Video
Dental health education must be introduced early to children so they can find out how to maintain good and correct dental and oral health, and it important too for who has caries so they can prevent more severe caries. The research aimed to determine the effect of the use of educational media on digital animation videos toward the understanding and caring of dental caries. This research used pre experimental design. The population this research was school age children with dental caries. The sample picked up with purposive sampling. The research was conducted by giving intervention using animated digital video for 3 times sessions. Respondents were given pre-test and post to measure understanding of dental caries and caring of dental caries. The result showed there was an effect of the use of digital animation video toward understanding of dental caries and caring of dental caries. Educational media is one of the factors that can support the distribution of information well. Learnin g media using interactive animation makes children very interested
Knowledge, Anxiety, Stress and COVID-19 Guidelines Practice among Nursing Students: A Cross-Sectional Study
Objective: To analyse the relationship of knowledge, anxiety and stress with the practice of coronavirus disease-2019 guidelines among nursing students.
Method: The cross-sectional study was conducted in June-July 2020 after approval from the ethics review board of Universitas Nahdlatul Ulama, Surabaya, Indonesia, and comprised undergraduate nursing students in their second, third and fourth years of studies at various universities in the East Java region. Data was collected using the Depression, Anxiety, Stress Scale-21 questionnaire. Knowledge about coronavirus disease-2019 guidelines was assessed using a self-developed questionnaire in line with World Health Organisation advisory. Data was analysed using SPSS 25.
Results: Of the 227 subjects, 204(90%) were women and 23(10%) were men. The overall mean age was 20.10±1.5888 years. There was no significant association of knowledge, anxiety and stress with the practice of coronavirus disease-2019 guidelines (p>0.05).
Conclusion: Adequate knowledge of coronavirus disease-2019 did not make the nursing students follow the relevant guidelines