26 research outputs found
PEMANFAATAN BAHAN ALAM SEBAGAI SKRINING AWAL ZAT ADITIF UNTUK MENJAMIN PRODUK YANG SEHAT DAN HIGIENIS
Latar belakang: Makanan yang sehat sangat diperlukan untuk kesehatan. Faktor kesehatan sering kali terabaikan ketika seseorang memilih makanan dan minuman dan cenderung memilih berdasarkan tampilannya seperti warna yang menarik ataupun tekstur yang memikat. Program pengabdian masyarakat dilakukan di RW IX, Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang yang dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2019. Tujuan: Tujuan dari kegiatan ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat cara mengindentifikasi adanya zat aditif (pewarna dan pengawet) dengan memanfaatkan bahan alam. Metode: Metode yang digunakan yaitu penyuluhan dan pelatihan kepada kader posyandu dan ibu rumah tangga. Program ini dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama meliputi kegiatan survey lokasi dan koordinasi, tahap kedua meliputi kegiatan pemberian materi sesuai dengan subtema dan monitoring awal (pretest) dan tahap yang ketiga meliputi evaluasi (postest). Hasil: Dari kegiatan ini diperoleh hasil bahwa masyarakat banyak yang belum dapat membedakan makanan dan minuman yang mengandung zat aditif berbahaya, tetapi dengan adanya pelatihan ini pengetahuan masyarakat mengenai zat aditif (pewarna dan pengawet) berbahaya pada makanan dan minuman sudah ada peningkatan dengan adanya perbaikan hasil postest dibandingkan dengan hasil pretest. Kesimpulan: Adanya peningkatan ketrampilan dan pengetahuan masyarakat dalam mengidentifikasi zat aditif (pewarna dan pengawet) dalam makanan dan minuman dengan memanfaatkan bahan alam
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi Peserta Prolanis di Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang
Hipertensi merupakan faktor penting sebagai pemicu penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskuler yang lain. Kepatuhan minum obat bagi pasien penyakit kronis seperti hipertensi sangat penting karena dengan minum obat secara teratur dapat mengontrol tekanan darah pasien.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien hipertensi di puskesmas pringapus kabupaten semarang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik menggunakan pendekatan cross sectional Study, Pengumpulan data dilakukan secara prospektif dengan cara memberikan kuisioner MMAS-8 kepada pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan dari 41 pasien yang mengisi kuisioner 15 pasien memiliki tingkat kepatuhan tinggi dan 26 pasien memiliki tingkat kepatuhan rendah. Hasil analisis hubungan antara kepatuhan dan faktor yang memungkinkan memberikan pengaruh adalah sebagai berikut kelamin = 0,15; umur = 0,56; pendidikan = 0,03; pekerjaan = 0,78; lama terapi = 0,42; jenis obat hipertensi yang didapatkan = 0,59 serta banayaknya obat yang dikonsumsi = 0,66. Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan minum obat pasien hipertensi sedangkan faktor kelamin, umur, pekerjaan, lama terapi, jenis obat hipertensi yang didapatkan serta banayaknya obat yang dikonsumsi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan minum obat pasien.Kata kunci : Kepatuhan, obat, hipertensi, prolanis, MMAS-8Hypertension is an important factor as a trigger for non-communicable diseases such as cardiovascular diseases. The adherence in using drugs for patients with chronic diseases such as hypertension is very important because taking medication regularly can control a patient's blood pressure. This study aims to analyze what factors influence compliance with taking medication for hypertensive patients at the pringapus health center in Semarang district. This study used a descriptive analytic design using a cross sectional study approach. Data collection was conducted prospectively by giving MMAS-8 questionnaire to patients who met the inclusion and exclusion criteria. The results showed that from 41 patients who filled out the questionnaire 15 patients had a high level of adherence and 26 patients had a low level of adherence. The results of the analysis of the relationship between adherence and the enabling factors for influencing were the following sex = 0.15; age = 0.56; education = 0.03; employment = 0.78; duration of therapy = 0.42; the type of hypertension drug obtained = 0.59 and the drug consumed is usually = 0.66. From the results obtained it can be concluded that educational factors have a significant effect on adherence to taking medication for hypertensive patients while genital factors, age, occupation, duration of therapy, types of hypertension drugs obtained and usually the drugs consumed do not significantly influence compliance with patient medication.Keywords: Compliance, medication, hypertension, prolanis, MMAS-
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi Peserta Prolanis di Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang
Hipertensi merupakan faktor penting sebagai pemicu penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskuler yang lain. Kepatuhan minum obat bagi pasien penyakit kronis seperti hipertensi sangat penting karena dengan minum obat secara teratur dapat mengontrol tekanan darah pasien.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien hipertensi di puskesmas pringapus kabupaten semarang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik menggunakan pendekatan cross sectional Study, Pengumpulan data dilakukan secara prospektif dengan cara memberikan kuisioner MMAS-8 kepada pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan dari 41 pasien yang mengisi kuisioner 15 pasien memiliki tingkat kepatuhan tinggi dan 26 pasien memiliki tingkat kepatuhan rendah. Hasil analisis hubungan antara kepatuhan dan faktor yang memungkinkan memberikan pengaruh adalah sebagai berikut kelamin = 0,15; umur = 0,56; pendidikan = 0,03; pekerjaan = 0,78; lama terapi = 0,42; jenis obat hipertensi yang didapatkan = 0,59 serta banayaknya obat yang dikonsumsi = 0,66. Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan minum obat pasien hipertensi sedangkan faktor kelamin, umur, pekerjaan, lama terapi, jenis obat hipertensi yang didapatkan serta banayaknya obat yang dikonsumsi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan minum obat pasien.Kata kunci : Kepatuhan, obat, hipertensi, prolanis, MMAS-8Hypertension is an important factor as a trigger for non-communicable diseases such as cardiovascular diseases. The adherence in using drugs for patients with chronic diseases such as hypertension is very important because taking medication regularly can control a patient's blood pressure. This study aims to analyze what factors influence compliance with taking medication for hypertensive patients at the pringapus health center in Semarang district. This study used a descriptive analytic design using a cross sectional study approach. Data collection was conducted prospectively by giving MMAS-8 questionnaire to patients who met the inclusion and exclusion criteria. The results showed that from 41 patients who filled out the questionnaire 15 patients had a high level of adherence and 26 patients had a low level of adherence. The results of the analysis of the relationship between adherence and the enabling factors for influencing were the following sex = 0.15; age = 0.56; education = 0.03; employment = 0.78; duration of therapy = 0.42; the type of hypertension drug obtained = 0.59 and the drug consumed is usually = 0.66. From the results obtained it can be concluded that educational factors have a significant effect on adherence to taking medication for hypertensive patients while genital factors, age, occupation, duration of therapy, types of hypertension drugs obtained and usually the drugs consumed do not significantly influence compliance with patient medication.Keywords: Compliance, medication, hypertension, prolanis, MMAS-
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN KARIR MAHASISWA FARMASI DI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
Latar Belakang: Berdasarkan PP 51 tahun 2009 diterangkan bahwa pilihan karir
dalam pekerjaan kefarmasian sangatlah beragam, antara lain farmasi industri,
pengusaha, rumah sakit, apotek, PBF dan sebagainya. Akan tetapi pemilihan karir
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni lingkungan kerja, letak geografis,
gaji, jadwal kerja yang fleksibel, kesempatan berkembang dan manfaat. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pilihan karir dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pilihan karir serta ada tidaknya perbedaan faktor yang mempengaruhi pilihan karir
mahasiswa farmasi di Universitas Ngudi Waluyo.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan uji beda
Independent Sample T-test dengan kuesioner survey menggunakan google form.
Pemilihan sampel menggunakan Simple Random Sampling yang disesuaikan
dengan kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah sampel sebanyak 76 orang.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan keenam faktor yang mempengaruhi pilihan
karir dikategorikan penting, yaitu lingkungan kerja (92%), manfaat (91,83%), gaji
(91,24%), kesempatan berkembang (89,93%), letak geografis (88,83%) dan
jadwal kerja (87,43%). Sedangkan untuk pilihan karir, tertinggi sebagai
pengusaha dibidang farmasi (32,9%) kemudian terendah pada apotek dan PBF
(5,3%). Berdasakan uji beda t-test terdapat perbedaan faktor-faktor yang
mempengaruhi pilihan karir antara mahasiswa laki-laki dan perempuan (p =
0.000).
Simpulan: Faktor yang mempengaruhi pilihan karir secara berurutan yaitu
lingkungan kerja, manfaat, gaji, kesempatan berkembang, letak geografis, dan
jadwal kerja dengan pilihan karir utama sebagai pengusaha dibidang farmasi dan
rumah sakit. Kemudian terdapat perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi
pilihan karir antara mahasiswa farmasi laki-laki dan perempuan.
Kata Kunci: Faktor pemilihan karir, pilihan karir, mahasiswa farmas
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
Latar Belakang : Penurunan kualitas hidup dapat disebabkan oleh penyakit yang
tidak bisa disembuhkan secara total seperti diabetes mellitus. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran hubungan kepatuhan minum obat dan kualitas
hidup pasien diabetes mellitus tipe 2.
Metode : Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur menggunakan lima
artikel referensi nasional maupun internasional yang berkaitan dengan judul dan
permasalahan yang akan diteliti.
Hasil : Pada Hasil dari ke 5 jurnal yang digunakan didapati hasil bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kepatuhan pengobatan dengan kualitas hidup
pasien DM tipe 2, semakin tinggi kepatuhan pengobatan semakin baik pula kualitas
hidupnya dan sebagian besar penderita diabetes mellitus tipe 2 adalah kaum lansia
terutama yang berjenis kelamin perempuan
Kesimpulan : Penderita diabetes mellitus tipe 2 mayoritasnya terdapat pada kaum
lansia yang berjenis kelamin perempuan dan terdapat adanya hubungan yang
signifikan antara kepatuhan pengobatan terhadap kualitas hidup pasien diabetes
melitus tipe 2. Dimana pasien dengan kepatuhan yang tinggi akan meningkatkan
kualitas hidup pasien diabetes melitus dibandingkan pasien yang memiliki
kepatuhan rendah.
Kata Kunci :Kualitas hidup, Diabetes mellitus tipe 2, Kepatuhan
Kepustakaan :24(1983-2016
PENGARUH BAURAN PEMASARAN ( PRODUK, HARGA, TEMPAT DAN PROMOSI) TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN
pertumbuhan penduduk di Indonesia mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan masyarakat. Perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan keingininan para konsumen. Hal tersebut diimbangi dengan
munculnya berbagai perusahaan yang memproduksi produk barang dan jasa,
sehingga sekarang ini banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam jenis
usaha yang sama. Hal ini membuat persaingan semakin ketat dalam dunia bisnis.
Setiap perusahaan pada umumnya ingin produknya laku dipasaran. Usaha yang
dilakukan agar mencapai tujuan yang telah ditentukan perusahaan salah satunya
melalui menerapkan strategi dalam bauran pemasaran yaitu produk, harga, tempat
dan promosi.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh bauran pemasaran
terhadap minat beli konsumen.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian studi literatur dengan metode
sistematik review menggunakan enam acuan literatur yakni artikel penelitian
nasional dan internasional yang terakreditasi.
Hasil: Hasil review artikel terhadap enam jurnal yang menunjukkan hasil sudah
relevan dengan tujuan yang sudah ditetapkan adalah pada jurnal 1 hasil
meunjukkan bahwa variabel produk, harga, promosi dan tempat berpengaruh
terhadap keputusan pembelian konsumen. Jurnal 3 menunjukkan hasil bahwa
variabel produk, harga, promosi, dan tempat berpengaruh terhadap keputusan
pembelian konsumen. Jurnal 4 hasil menunjukkan bahwa variabel produk, harga,
promosi dan tempat berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen, dan
Sedangkan jurnal 2 hasil menunjukkan hanya variabel produk, tempat dan
promosi yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen begitu juga
dengan jurnal 5 hasinya menunjukkan hanya variabel produk dan variabel
promosi yang berpengaruh. Jadinya masih ada yg belum relevan karena masih ada
beberapa variabel yang belum berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian
Kesimpulan: Pada garis besar bauran pemasaran telah memberikan pengaruh
signifikan terhadap minat beli konsumen, hanya ada beberapa sebagian kecil yang
tidak berpengaruh. Secara simultan variabel bauran pemasaran berpengaruh
terhadap minat beli konsumen
KAJIAN ANALISIS NATRIUM BENZOAT DAN RODHAMIN B DALAM MAKANAN DAN MINUMAN TIDAK BEREMEREK DI PASAR
Latar Belakang:Penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dalam makanan dan
minuman seperti bahan tambahan pengawet dan pewarna yang tidak sesuai
dengan standar nasional Indonesia. Bahan pengawet yang sering digunakan untuk
mengawetkan bahan makanan dan minuman adalah natrium benzoat dan zat
pewarna tambahan rhodamin B yang diketahui sangat berbahaya bagi kesehatan
jika penggunaannya tidak sesuai dengan aturan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengkaji kandungan Natrium
Benzoat dan Rhodamin B dalam makanan dan minuman tidak bermerek di Pasar.
Metode: Review artikel ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan
mengkaji 6 artikel ilmiah yang terdiri yang terdiri dari 2 jurnal internasional dan 4
jurnal nasional terakreditasi yang secara keseluruhan merupakan artikel hasil
penelitian.
Hasil: Hasil studi enam artikel menunjukkan bahwa kandungan natrium benzoat
dalam sampel makanan dan minuman seperti saus cabai (0.150g/kg), saus tomat
(0.247-0.40g/kg), minuman berkarbonasi (0.125-0.251g/kg), pasta tomat
(0.75g/kg) dan mayones (0.150g/kg) masih berada dibawah batas maksimum
penggunaan zat pengawet makanan yaitu 1000mg/kg. Hasil analisis juga
menunjukkan bahwa kandungan Rhodamin B tidak ditemukan dalam dalam
makanan dan minuman yang beredar luas di pasar (negatif).
Simpulan:Berbagai jenis sampel, metode analisis dan panjang gelombang dalam
mengkaji kandungan natrium benzoat dan rhodamin B dapat mempengaruhi kadar
keduanya dalam setiap sampel.
Kata Kunci: Analisis, Natrium benzoat, Rhodamin B, Makanan dan Minuma
KAJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa Oleifera L.) PADA VARIASI PELARUT MENGGUNAKAN METODE DPPH
Latar Belakang: Daun Kelor (Moringa Oleifera L.) mengandung senyawa
flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan suatu
substansi dengan konsentrasi kecil secara signifikan mampu menghambat atau
mencegah oksidasi pada substrat yang disebabkan oleh radikal bebas. Tujuan dari
review ini untuk mengevaluasi dan mengambarkan pengaruh perbedaan pelarut
ekstraksi terhadap aktivitas antioksidan daun kelor (Moringa Oleifera L.).
Metode: Review ini menggunakan 5 artikel dengan metode DPPH pada berbagai
variasi pelarut yaitu air, etanol, metanol, aseton, etil asetat, diklorometana, etanol
70% dan n-heksan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor memiliki senyawa
metabolit sekunder flavonoid. Pelarut yang paling cocok untuk mengekstraksi
senyawa flavonoid dari daun kelor adalah pelarut etanol. Hasil uji aktivitas
antioksidan menggunakan metode DPPH menghasilkan nilai IC50 dari tujuh jenis
pelarut dari terendah sampai tertinggi yaitu diklorometana 1035,57 ppm, heksana
715,21 ppm, etil asetat 444,15 ppm, aseton 427,49 ppm, etanol 70% 365,75 ppm,
air 57,5439 ppm, metanol 49,30 ppm, etanol 11,46 ppm.
Simpulan: Perbedaan pelarut berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan daun
kelor. Pelarut yang paling cocok untuk mengekstraksi senyawa flavonoid dari
daun kelor adalah pelarut etanol yang bersifat polar. Pelarut etanol memiliki
aktivitas antioksidan paling tinggi dengan potensi sangat kuat dibanding pelarut
air, etanol, metanol, aseton, etil asetat, diklorometana dan n-heksana yang dapat
menangkap radikal bebas dengan nilai IC50 sebesar 11,46 ppm.
Kata kunci: Daun Kelor (Moringa Oleifera L.), Antioksidan, DPPH, IC50
Kepustakaan: 69 (2007- 2018)
KAJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI PADA BUAH MENGKUDU ( Morinda Citrifolia L.)
Latar belakang: Infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang di
sebabkan oleh bakteri. Buah mengkudu (Morinda Citrifolia L.) merupakan bahan
alam mengandung senyawa kimia yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri.
Bakteri penyebab infeksi yaitu Enterococcus faecalis, Streptococcus mutans,
Streptococcus pneumonia, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus.
Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas dan kategori penghambatan dari ekstrak
buah mengkudu terhadap bakteri Enterococcus faecalis, Streptococcus mutans,
Streptococcus pneumonia, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus
serta mengetahui kandungan metabolit sekundernya.
Metode: Metode pangambilan data yaitu berdasarkan literatur review.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri buah mengkudu
pada bakteri Enterococcus faecalis dengan konsentrasi 6% (sangat kuat),
Streptococcus mutans dengan konsentrasi 10% (kuat), Streptococcus pneumonia
dengan konsentrasi 80% (kuat), Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 50%
(kuat), Staphylococcus epidermidis dengan konsentrasi 60% (lemah) dan
kandungan metabolit sekundernya yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, saponin,
steroid dan fenol.
Kesimpulan: Ekstrak buah mengkudu memiliki aktivitas sebagai antibakteri
dilihat dari diameter zona hambat yang terbentuk serta memiliki kandungan
metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid dan fenol.
Kata kunci: Buah mengkudu, antibakteri, Enterococcus faecalis, Streptococcus mutans,
Streptococcus pneumonia, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus
HERBAL DAN KANDUNGANNYA YANG TERBUKTI DIGUNAKAN UNTUK PENGOBATAN DIABETES MELLITUS SECARA IN VITRO DAN IN VIVO
Latar Belakang : Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik
dengan kadar glukosa darah lebih dari normal, kadar glukosa darah postprandial ≥
200 mg/dL dan kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL . Artikel ini bertujuan untuk
mengkaji senyawa aktif berbagai tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai
obat antidiabetik secara in vitro dan in vivo.
Metode : Metode yang digunakan adalah literatur review 7 artikel, 6 artikel
Internasional Terakreditasi dan 1 artikel Nasional Terakreditasi, menggunakan
google scholar, DOAJ, sinta, sciencedirect dan elsevier
Hasil : Hibiscus surattensis (alkaloid, triterpenoid, flavonoid, tanin, saponin,
kuinon) secara in vitro IC50 >5000 ppm, 3888,34 ppm dan 27,78±0,86 μg/mL, in
vivo dosis (150 dan 300 mg) menghambat α-glukosidase. Ruellia tuberosa
(alkaloid, triterpenoid/steroid, flavonoid, fenol, saponin, kumarin, kuinon) secara
in vitro dan in vivo IC50 140±53 μg/mL dan penurunan glukosa 399 ± 82,7 mg/dl
menjadi 114±21,3 mg/dl dengan menghambat α-amilase. Melia azedarach
(alkaloid, kaempferol, resin, tanin, triterpene kuilon) secara in vitro menghambat
PTP-1B sebesar 57,6% dan 23,4%, meningkatkan serapan glukosa sebesar 19,7%
dan 23,4% dan secara in vivo menurunkan glukosa darah sebesar 15,8% dan 20,8%.
Balanites aegyptiaca (saponin dan flavonoid) secara in vitro dan in vivo IC50
23,14±1,08 g/mL dan 3,12±0,17 g/mL, menurunkan kadar glukosa 46,14% dan
51,39% dengan menghambat α-glucosidase. Artocarpus altilis (saponin, tanin,
flavonoid) secara in vitro dan in vivo hasil IC50 6,79 μg/mL dan masing- masing
ekstrak menurunkan glukosa menjadi 166,2±30,89 mg/dl, 179,4±25,47 mg/dl dan
171,8±43,22 mg/dl dengan menghambat enzim α-glukosidase.
Simpulan : Kandungan zat aktif tanaman herbal yaitu flavonoid, alkaloid,
triterpenoid, resin, saponin dan tanin diidentifikasi memiliki efek farmakologis
sebagai pengobatan antidiabetes menggunakan metode secara in vitro dan in vivo
dengan penghambatan, hasil penurunana kadar glukosa darah dan dosis yang
berbeda pada masing-masing tanaman.
Kata Kunci : Herbal, Diabetes Mellitus, In Vitro, In Viv