10 research outputs found
STERILISASI MIKROBA BUBUK TALC MENGGUNAKAN SINAR GAMMA (Co-60)
Kerusakan produk bedak talek umumnya disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Beberapa industri mengatasi masalah ini dengan menggunakan teknik pengawetan iradiasi sinar gamma (Cobalt-60). Penelitian ini mengidentifikasi jumlah mikroba yang tersisa dalam bedak talek dan struktur sel bakteri yang diiradiasi. Pada studi pendahuluan, proses iradiasi dilakukan dengan memberikan dosis iradiasi bedak talek yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0kGy, 5kGy, 7kGy, dan 9kGy yang dilakukan di PT. Rel-ion Bekasi menggunakan sinar gamma irradiator (Co-60), dan dilanjutkan dengan uji mikrobiologi terhadap sisa mikroba dalam bedak talk yang diradiasi yang dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Sains Universitas Brawijaya. Pengujian terdiri dari penghitungan jumlah bakteri dengan metode plate count dan identifikasi struktur sel bakteri dominan menggunakan metode pewarnaan gram dan pengamatan mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada bedak talek menurun seiring dengan meningkatnya dosis iradiasi. Identifikasi struktur sel bakteri yang dominan pada bedak talk yang diiradiasi menunjukkan ciri-ciri bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan koloni bulat, licin, putih, memberikan pigmen kehijauan pada medium, dan menunjukkan sel bakteri gram negatif, dengan struktur batang, kadang-kadang bergandengan dan bercabang tidak beraturan dan berwarna merah.Kerusakan produk bedak talek umumnya disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Beberapa industri mengatasi masalah ini dengan menggunakan teknik pengawetan iradiasi sinar gamma (Cobalt-60). Penelitian ini mengidentifikasi jumlah mikroba yang tersisa dalam bedak talek dan struktur sel bakteri yang diiradiasi. Pada studi pendahuluan, proses iradiasi dilakukan dengan memberikan dosis iradiasi bedak talek yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0kGy, 5kGy, 7kGy, dan 9kGy yang dilakukan di PT. Rel-ion Bekasi menggunakan sinar gamma irradiator (Co-60), dan dilanjutkan dengan uji mikrobiologi terhadap sisa mikroba dalam bedak talk yang diradiasi yang dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Sains Universitas Brawijaya. Pengujian terdiri dari penghitungan jumlah bakteri dengan metode plate count dan identifikasi struktur sel bakteri dominan menggunakan metode pewarnaan gram dan pengamatan mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada bedak talek menurun seiring dengan meningkatnya dosis iradiasi. Identifikasi struktur sel bakteri yang dominan pada bedak talk yang diiradiasi menunjukkan ciri-ciri bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan koloni bulat, licin, putih, memberikan pigmen kehijauan pada medium, dan menunjukkan sel bakteri gram negatif, dengan struktur batang, kadang-kadang bergandengan dan bercabang tidak beraturan dan berwarna merah
The Effort to Improve The Economic Value Of Patchouli Oil: The Controlled Esterification at Production of The Aroma Compounds Base on Patchouli Oil
Patchouli oil is an excellent of the Indonesian essential oil, because 45% of essential oil government-reserve is gained from it. Patchouli oil is commonly used in soap industrial, hair tonic, mouthwash, and high quality perfume. In the utilizing, patchouli oil is mixed with other essential oil, such as: clove oil, rose oil, and vetiver oil; since the fixative nature with flavor substance could chain the other essential oil. The fixative nature and the odor resistance come from the tertier alcohol substance, e.i.: patchoulic alcohol as its main component. Although it has long odor resistance, as an aroma substance, the odor of patchouli oil has less strong. As the base character of aroma substances determined by ester component compiler, so it is interesting to study the esterification reaction controlling the amount of ester product. In this research, patchouli oil was converted into the ester substance by esterification reaction using anhydride acid and ZnCl2 catalyst. The esterification was optimized to various concentration of ZnCl2 catalyst from 1–5% and to obtained the most preferred ester dan patchoulic alcohol ratio. Characterization of trade patchouli oil and the product of esterification were conducted based on determining the physical nature, such as: density and refraction index, and also the patchouli oil component's profile from chromatogram and mass spectrum resulted from GC and GC-MS analysis. To know most preferred ester and pachoulic alcohol ratio, using hedonic test with 25 panelists was conducted. The research resulted that the esterification reaction of patchouli oil using anhydride acid could be done by using ZnCl2 catalyst. Characterization result using GC indicated that the component's profile change under esterification condition; while characterization result using GC-MS showed the existence of patchoulic acetate substance. Variation of anhydride acid composition affected the ratio profile of patchoulic acetate and patchoulic alcohol. Hedonic test results showed that panelists'most preferred ratio of patchoulic acetate and patchoulic alcohol is 0.7934
The Formation Process of Hydroxyapatite Nanoparticles by Electrolysis and Their Physical Characteristics
The
electrolysis method for synthesizing hydroxyapatite nanoparticles (NPs) has the
advantage of controlling the particle size by adjusting the potential and
current used. This study aims to study the electrolysis of hydroxyapatite NPs
formation and its characteristics. The solution contained Na2H2EDTA.2H2O,
KH2PO4, and CaCl2, with an EDTA/PO43-/Ca2+
concentration of 0.2/0.2/0.2 M. The electrolytic potential are 4, 5, and 6
volts for 6 hours. The carbon electrode spacing used is 2 cm. The precipitate
formed is filtered with a vacuum jet ejector. Retentate was washed with
demineralized water and dried in an oven at 105oC. The synthesis of pure
hydroxyapatite by electrolysis was successfully carried out at a potential of 5
volts. The OH- ion, which comes from the H2O reduction
process at the cathode, is essential in the formation of brushite, which then
forms hydroxyapatite. The hydroxyapatite, synthesized at a potential of 4
volts, had the smallest particle size (442.4 nm) with the largest particle
surface area (417.22 m2/gram)
KARAKTERISTIK GEL PENGHARUM RUANGAN DENGAN BERBAGAI GRADE PATCHOULI ALCOHOL DAN KONSENTRASI MINY AK NILAM
Pengolahan minyak nilam di Indonesia sebagian besar masih dilakukan oleh masyarakat secara
konvensional, sehingga kualitas minyak nilam masih banyak yang tidak memenuhi standar mutu. Hal ini
menyebabkan harga minyak nilam mengalami flukiuasi yang cukup tajam bahkan tidak laku di pasaran.
Untuk meningkatkan nilai ekonomi dari minyak nilam, khususnya yang memiliki grade patchouli alcohol
rendah maka diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan produk-produk berbasis minyak nilam yang
bernilai ekonomi lebih tinggi. Salah satu produk yang dapat dikembangkan adalah gel pengharum ruangan.
Penelitian ini berupaya mengembangkan produk melalui pembuatan gel pengharum ruangan yang sekaligus
berfungsi sebagai aromaterapi dengan menambahkan minyak jeruk: Minyak nilam yang digunakan dengan
kandungan Patchouli alcohol bervariasi yaitu 20%, 25%, 30% dan penambahan minyak nilam dalam gel
pengharum ruangan adalah ooA" 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan minyak nilam dapat meningkatkan ketahanan aroma pada gel pengharum ruangan. Sedangkan
grade minyak nilam tidak mempengaruhi pengurangan massa gel pengharum ruangan secara signifikan.
Berdasarkan uji organoleptic pada hari ke I I menunjukkan bahwa produk gel mempunyai tingkat aroma
sama dengan sampel control (gel yang ada di pasaran), sehinga perlu dilakukan penelitian lebih Ian jut
untuk memperpanjang ketahanan gel pengharum ruangan
Manufacture of a Hydrophobic Silica Nanoparticle Composite Membrane for Oil-Water Emulsion Separation
The
superhydrophobic composite membrane was successfully manufactured by a sol-gel
method by drying the surrounding pressure. Tetraethylorthosilicate (TEOS) was
used as a hydrophobic agent, while waterglass was used as a source of silica.
The effect of the water to waterglass ratio (noted at 16:1 and 19:1) was
evaluated to study the hydrophobic properties of the silica film coated
composite membrane surface. By measuring the water contact angle on the film
surface, the highest contact angle was found to occur at the ratio of 19:1,
which is 143.86°. The stability of the composite membrane was also investigated
by immersing the membrane in water until day 6. The results show that the
synthesized composite membrane has good stability until day 6. The
hydrophobicity of the surface of the silica film membrane was found to be
unaffected by immersion time. Furthermore, the hydrophobicity increased after 6
days due to the interaction of alkyl groups with the humidified environment,
and the surface was more stable in hydrophobicity (i.e., the contact angle of
water is 153.79°). In addition, hydrophobic properties were obtained,
confirming that this film has the potential to be applied to the separation of
oil-water emulsions
Pemurnian Virgin Coconut Oil (VCO) dengan Menggunakan Superabsorbent Polymer (SAP) Potassium Polyacrilate
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak kelapa murni yang berasal dari ekstraksi alami dari daging buah kelapa segar atau ekstraksi dari santan kelapa. Minyak ini berwarna bening dan memiliki aroma kelapa yang lembut serta memiliki kandungan asam laurat yang melimpah yaitu 47-53 %. Salah satu parameter kemurnian dari VCO adalah kadar airnya, yang belum memenuhi standard SNI VCO (SNI 7381:2008) kadar air maksimal VCO sebesar 0,2 %. Pemurnian terhadap VCO dapat dilakukan dengan metode absorpsi secara batch. Absorben yang digunakan pada pemurnian VCO adalah SAP (Superabsorbent Polymer) Potassium Polyacrilate. SAP merupakan absorben yang mampu menyerap air secara cepat dalam jumlah yang sangat banyak dan mampu mengikat air didalamnya. SAP dapat menyerap air karena sifatnya yang sangat hidrofilik dan mampu mengikat air karena terdapat cross-linker yang membuat air tertahan di dalam absorben sehingga tidak mudah untuk keluar dari absorben.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu kesetimbangan dalam proses absorpsi air dari campuran VCO-air menggunakan Superabsorbent Polymer, Menganalisis pengaruh kecepatan pengadukan pada absorpsi air dari campuran VCO-air menggunakan Superabsorbent Polymer, dan menentukan kapasitas absorpsi pada absorpsi air dari campuran VCO-air menggunakan Superabsorbent Polymer dengan pengadukan. Penelitian ini menggunakan simulasi pengaruh kecepatan pengadukan.
Penelitian diawali dengan penurunan rumus dan perhitungan untuk mendapatkan nilai k (koefisien transfer massa) lalu nilai k ini akan diterapkan untuk dijadikan profil pada masing-masing kecepatan pengadukan. Kemudian dilakukan validasi nilai k dengan hasil eksperimen. Penambahan kecepatan pengadukan campuran VCO-Air memiliki viskositas yang semakin tinggi. Pada campuran VCO-Air 85 gram : 15 gram, digunakan SAP sebanyak 2 gram untuk menyerap air sebanyak 14,8 gram sehingga hanya tersisa 0,17 gram kandungan air pada campuran VCO-Air atau kapasitas absorpsi yang dicapai adalah 7,38 g air/g SAP. Waktu kesetimbangan yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi tersebut adalah berkisar 6160 – 19050 detik pada kecepatan pengadukan 100 – 400 rpm. Berdasarkan perhitungan Nre, Pada kecepatan pengadukan 100 –400 RPM pola alirannya laminer yang pada aliran ini pengadukan dapat memecah emulsi, sedangkan pada kecepatan >400 RPM pola alirannya turbulen yang mana pada aliran ini dapat mengakibatkan emulsi menjadi stabil kembali. Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan diketahui bahwa pengadukan berpengaruh terhadap viskositas campuran VCO-Air. Kadar air sudah memenuhi standar SNI 7381:2008 tentang Minyak Kelapa Virgin yaitu sebesar <0.2% Air
Pemodelan dan Simulasi Penentuan Suhu Fluida Pada Heat Exchanger Tipe Shell and Tube
Permasalahan industri dalam penentuan suhu fluida pada proses pemanasan
menggunakan heat exchanger tipe shell and tube dapat diselesaikan dengan pemodelan dan
simulasi. Pemodelan berupa persamaan perpindahan panas secara konduksi dengan kondisi
operasi steady-state dan sistem continuous, serta simulasi menggunakan sub-routine pdepe
pada MATLAB. Penelitian ini bertujuan menentukan pemodelan dan simulasi untuk
mengestimasi suhu keluar raw oil dan menentukan profil suhu fluida sepanjang tube.
Pemodelan secara fisik heat exchanger sesuai data sekunder PT. PERTAMINA
BALONGAN, dengan perpindahan panas yang membagi heat exchanger menjadi 10 bagian
dari q1 hingga q10. Fluida pemanas yaitu net bottom oil yang dialirkan pada tube dan fluida
yang dipanaskan yaitu raw oil dialirkan pada shell. Data sekunder dan hasil simulasi
divalidasi dengan uji-t. Hasil pemodelan dan simulasi diperoleh profil suhu fluida sepanjang
tube, konduktivitas termal, kapasitas panas dan fluks panas. Pemodelan dan simulasi mampu
mengestimasi suhu keluar raw oil dengan simpangan deviasi sebesar 2,55 dari suhu keluar
raw oil data. Penggunaan asumsi linier pada profil suhu fluida memiliki perbedaan
perubahan suhu sepanjang tube, dengan profil suhu net bottom oil memiliki gradien
penurunan suhu sebesar -20,29 °C/m yang lebih besar dari gradien kenaikan suhu pada profil
suhu raw oil yaitu sebesar -2,92 °C/m
Studi Penyimpanan Panas Menggunakan Larutan Etilen Glikol – CaCl2 dan Konversi Listrik Dengan Thermo Electric Converter
Jumlah energi fosil yang semakin berkurang membuat pengembangan energi alternatif
terbaharukan terus dilakukan. Energi alternatif yang memiliki potensi besar adalah biomassa
karena jumlahnya yang melimpah. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat berpotensi
mengubah biomassa menjadi bioenergy. Salah satu biomassa yang dapat dimanfaatkan adalah
energi panas yang dihasilkan oleh arang tempurung kelapa yang nantinya akan dikonversi
menjadi energi listrik. Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan panas yang dihasilkan
media arang tempurung kelapa dengan menggunakan heat storage etilen glikol yang
dicampurkan dengan larutan garam CaCl2 serta ingin megetahui kemampuannya dalam
menyimpan panas.
Pada penelitian ini menggunakan larutan heat storage yang memiliki komposisi etilen
campuran etilon glikol dan larutan garam CaCl2 yang berbeda-beda yakni dengan variasi fraksi
larutan garam CaCl2 sebesar 0 %,1,5 %, 3 %, 4,5 %, dan 6 %. Setiap variabel penelitian akan
dilakukan percobaan dengan menggunakan energi panas yang disimppan dari arang tempurung
kelapa sebanyak 400 gram. Pada penelitian ini, proses pembakaran arang tempurung kelapa
dilakukan sampai nilai voltase dan arus mendekati nol. Tegangan dan arus akan dikonversi
melalui TEC-SP1848 SA 27145.
Data yang didapatkan dari hasil pembakaran akan digunakan sebagai perhitungan untuk
mengetahui energi listrik yang dihasilkan, efisiensi penyimpanan, efisiensi konversi, dan
efisiensi total. Dari hasil perhitungan, heat storage dengan fraksi massa larutan garam CaCl2 6
% memiliki nilai yang paling tinggi yakni energi listrik sebesar 6,19 Kj, dengan efisiensi
penyimpanan terbesar yakni 28 %, efisiensi konversi sebesar 0,235 %, dan juga efisiensi totalsebesar 6,536 %. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa CaCl2 dapat dijadikan sebagai
campuran dengan air dan etilen glikol sebagai media penyimpan panas
Studi Penyimpanan Panas Menggunakan Larutan Etilen Glikol – CaCl2 dan Konversi Listrik Dengan Thermo Electric Converter
Jumlah energi fosil yang semakin berkurang membuat pengembangan energi alternatif
terbaharukan terus dilakukan. Energi alternatif yang memiliki potensi besar adalah biomassa
karena jumlahnya yang melimpah. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat berpotensi
mengubah biomassa menjadi bioenergy. Salah satu biomassa yang dapat dimanfaatkan adalah
energi panas yang dihasilkan oleh arang tempurung kelapa yang nantinya akan dikonversi
menjadi energi listrik. Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan panas yang dihasilkan
media arang tempurung kelapa dengan menggunakan heat storage etilen glikol yang
dicampurkan dengan larutan garam CaCl2 serta ingin megetahui kemampuannya dalam
menyimpan panas.
Pada penelitian ini menggunakan larutan heat storage yang memiliki komposisi etilen
campuran etilon glikol dan larutan garam CaCl2 yang berbeda-beda yakni dengan variasi fraksi
larutan garam CaCl2 sebesar 0 %,1,5 %, 3 %, 4,5 %, dan 6 %. Setiap variabel penelitian akan
dilakukan percobaan dengan menggunakan energi panas yang disimppan dari arang tempurung
kelapa sebanyak 400 gram. Pada penelitian ini, proses pembakaran arang tempurung kelapa
dilakukan sampai nilai voltase dan arus mendekati nol. Tegangan dan arus akan dikonversi
melalui TEC-SP1848 SA 27145.
Data yang didapatkan dari hasil pembakaran akan digunakan sebagai perhitungan untuk
mengetahui energi listrik yang dihasilkan, efisiensi penyimpanan, efisiensi konversi, dan
efisiensi total. Dari hasil perhitungan, heat storage dengan fraksi massa larutan garam CaCl2 6
% memiliki nilai yang paling tinggi yakni energi listrik sebesar 6,19 Kj, dengan efisiensi
penyimpanan terbesar yakni 28 %, efisiensi konversi sebesar 0,235 %, dan juga efisiensi total
sebesar 6,536 %. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa CaCl2 dapat dijadikan sebagai
campuran dengan air dan etilen glikol sebagai media penyimpan panas
Studi Laju Reaksi dan Energi Aktivasi pada Transesterifikasi Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Bantuan Gelombang Mikro Menggunakan Katalis KOH
Biodiesel atau nama lain Fatty Acid Metil Ester (FAME) merupakan salah satu
bahan bakar alternatif yang berasal dari minyak nabati maupun minyak hewani yang sangat
berpotensial untuk dapat menggantikan solar sebagai bahan bakar karena memiliki
karakteristik yang hampir serupa. Energi aktivasi merupakan energi minimum pada setiap
reaksi yang harus dimiliki oleh molekul untuk menjadikan suatu tumbukan efektif. Laju
reaksi transesterifikasi merupakan variabel yang menyatakan perubahan konsentrasi
trigliserida dalam satuan waktu. Laju reaksi dapat digunakan untuk merancang kondisi
proses yang optimal pada reaktor dan kemudian meningkatkan ke skala yang lebih besar.
Pada penelitian ini mempelajari tentang laju reaksi dan energi aktivasi reaksi
transesterifikasi dengan menggunakan katalis homogen KOH dengan konsentrasi katalis
1% dan 2% dari berat minyak. Reaksi transesterifikasi dilakukan dengan menggunakan
gelombang mikro pada suhu 60oC selama 2, 3, 4, 5, dan 6 menit dan percobaan pada 65oC
dilakukan pada konversi tertinggi di 60oC. Perbandingan trigliserida dan metanol dibuat
berlebih yaitu 1:8, untuk menggeser kesetimbangan ke arah produk. Biodiesel yang
dihasilkan kemudian dikarakterisasi dengan pengujian densitas, viskositas, angka asam dan
gas chromatography (GC) untuk mengetahui kadar FAME.
Hasil penelitian menunjukkan persamaan laju reaksi merupakan orde satu dengan
persamaan laju yang didapatkan adalah -rtrigliserida = 0,0967 Ctrigliserida dengan konervsi
tertinggi yang dihasilkan pada variabel 2 menit katalis 1% sebesar 96,39% dengan kadar
FAME 99,76%. Sedangkan untuk hasil perhitungan energi aktivasi diperoleh nilai sebesar
2,277kJ/mol