14 research outputs found

    ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI WARSEDULI, PIGEWA, DAN DULIBALA DI DESA ELOK, KABUPATEN ALOR

    Get PDF
    Abstrak: Pantai Werseduli, Pigewa dan Dulibala terletak di Desa Elok, Kecamatan Alor Timur,  Kabupaten  Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur.  Kawasan ini memiliki daya tarik berupa pantai karang berpasir putih yang landai dengan pemandangan bawah laut yang menarik. Penelitian bertujuan untuk mengkaji kesesuaian kawasan untuk kegiatan wisata pantai kategori rekreasi pantai, berenang, berperahu dan menghitung daya dukung (carrying capacity).   Penelitian ini menggunakan  data primer dan data sekunder. Data primer berupa pengambilan data secara langsung di lapangan berdasarkan matriks indeks kesesuaian kawasan wisata pantai kategori rekreasi pantai, berenang dan berperahu sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Alor, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Alor, Jurnal, Tesis, Buku, Wisatawan, Kepala Desa, Tokoh Masyarakat, Nelayan, Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan perhitungan daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata pantai (Rekreasi, Berenang, Berperahu) pada stasiun 1 yang terletak di lokasi pantai Werseduli ini dapat menampung semua kegiatan wisata pantai sekitar 210 orang/hari. Stasiun 2 pada lokasi pantai Pigewa dapat menampung sekitar 117 orang/hari sedangkan pada lokasi stasiun ke tiga pantai Dulibala dapat menampung 237 orang/hari. Dengan data ini, dapat dijadikan rujukan pengelolaan pariwisata pantai Warseduli, Pigewa dan Dulibala kedepan. Abstract:  Elok Village, East Alor District, Alor Regency, East Nusa Tenggara Province is home to the beaches of Werseduli, Pigewa, and Dulibala. Sloping white sandy coral beaches with amazing underwater vistas are an attraction in this area. This study was completed in June of 2021. The study's goal was to assess the area's feasibility for beach tourism activities such as beach enjoyment, swimming, boating, and determining carrying capacity. This research makes use of both primary and secondary data. Primary data is collected in the field using an in situ data collection matrix based on the appropriateness matrix of coastal tourism zones, while secondary data is gathered through library research. According to an estimate of the area's carrying capacity for beach tourist activities (Recreation, Swimming, Boating), station 1, which is located in Werseduli, can handle 210 people per day for all beach tourism activities. Station 2 in Pigewa can accept roughly 117 people per day, whereas Station 3 in Dulibala can accommodate 237 people per day.

    PELATIHAN TEKNIK MENGIKAT RUMPUT LAUT KEPADA PETANI RUMPUT LAUT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEBERHASILAN PROSES PEMBUDIDAYAAN RUMPUT LAUT

    Get PDF
    Abstrak: Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) ini, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat pembudidaya rumput laut Desa Blang Merang terkait teknik mengikat bibit rumput laut, agar tidak terlepas ke lingkungan dan proses budidaya dapat berhasil. Tali pengikat yang tidak kuat atau mudah terkelupas dapat meninggalkan serpihan pada tallus rumput laut dan mengurangi kualitas rumput laut sebagai komoditi ekspor. Metode pelaksanaan kegiatan pelatihan dan penyuluhan meliputi; (1) tahap persiapan; (2) tahap penerapan; (3) tahap evaluasi (mengamati proses aplikasi dilokasi budidaya oleh masyarakat pembudidaya). Kegiatan pelatihan dan penyuluhan teknik mengikat bibit rumput laut, dikatakan berhasil oleh sebab adanya perubahan metode atau pola mengikat rumput laut oleh masyarakat pembudidaya. Hal ini tergambar dari kemampuan ketrampilan masyarakat pembudidaya rumput laut Desa Blang Merang yang sudah menerapkannya, seusai kegiatan pelatihan dan penyuluhan teknik mengikat bibit rumput laut dilaksanakan.Abstract:  This community service activity (PkM) aims to improve the understanding of the seaweed farming community of Blang Merang Village related to seaweed seedling binding techniques, so that it does not escape to the environment and the cultivation process can be successful. Fastening straps that are not strong or easily chipped can leave flakes on seaweed tallus and reduce the quality of seaweed as an export commodity. Methods of implementation of training and counseling activities include; (1) the preparatory stage; (2) the implementation stage; (3) the evaluation stage (observing the application process at the location of cultivation by the cultivating community). Training activities and counseling techniques binding seaweed seedlings are said to be successful because of changes in methods or patterns of binding seaweed by the farming community. This is illustrated from the skills of the seaweed farming community of Blang Merang Village who have implemented it, after training activities and counseling techniques binding seaweed seedlings were implemented

    KAJIAN KARAKTERISTIK DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA PANTAI LING’AL ALOR UNTUK PENGEMBANGAN KATEGORI REKREASI PANTAI

    Get PDF
    Abstrak: Pantai Ling’al terletak di  Desa Halerman, Kecamatan Alor Barat Daya,  Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur.  Kawasan ini  memiliki daya tarik berupa pantai karang berpasir putih yang landai dengan pemandangan bawah laut yang indah. Penelitian ini dilaksanakan  pada bulan  September  2019. Penelitian bertujuan untuk mengkaji kesesuaian kawasan  untuk kegiatan ekowisata kategori rekreasi pantai dan menghitung daya dukung (carrying capacity).  Penelitian ini menggunakan  data primer dan data sekunder. Data primer berupa pengambilan data secara in-situ (pengukuran secara langsung dilapangan) berdasarkan matriks kesesuaian kawasan wisata pantai kategori rekreasi, sedangkan data sekunder pengambilan data dilakukan melalui studi pustaka. Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) diperoleh bahwa satu dari dua stasiun mempenyai kategori sangat sesuai yaitu stasiun pertama dengan nilai IKW 84,91%, dan pada stasiun kedua termasuk kategori sesuai dengan nilai IKW yaitu 75.40%. Daya dukung kawasan Pantai Ling’al dengan luasan yang dapat dimanfaatkan yaitu 2.176 m²  dengan daya tampung sebesar 170 orang /hari. berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para steakholder pengambil kebijakan dalam pengelolan aset wisata dengan memperhatikan daya dukung lingkungan.   Abstract:  Ling'al Beach is located in Halerman Village, district of Southwest Alor, Alor regency of East Nusa Tenggara province.  This area has the appeal of a white sandy coral beach that is sloping with beautiful underwater scenery. The study was conducted in September 2019. The research aims to assess the conformity of area activities for the Coastal recreation category and calculate carrying capacity.  This research uses primary data and secondary data. Primary data in the form of data retrieval in-situ (measurements are directly in place) based on the matrix suitability of the beach recreation Area recreational category, while secondary data retrieval data is conducted through the study of the library. Based on the results of the calculation of tourism conformity index (IKW) is obtained that one of the two types of the station is very suitable category is the first station with a value of IKW 84.91%, and on the second station belongs to the value of IKW is 75.40%. The support of the area of Ling'al beach with the areas that can be utilized is 2,176 m² with a capacity of 170 people/day. Based on the results of the study is expected to provide information to the steakholder policy makers in the management of tourism assets by observing the environmental suppor

    PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG PENGELOLAAN AIR TERJUN SEBAGAI ASET WISATA SECARA EKOLOGIS

    Get PDF
    Abstrak: Tujuan kegiatan pengabdian ini untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat Desa Taman Mataru, Propinsi Nusa Tengara Timur, yang berdomisili di sekitar lokasi air terjun Binafui bahwasanya keberadaan air terjun Binafui adalah selain aset wisata juga dapat menopang kesejahteraan masyarakat dari aspek pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan bahkan untuk penggunaan listrik tenaga air (PLTA). Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah melakukan penyuluhan dan sosialisasi selanjutnya pelaksanaannya meliputi beberapa tahapan antara lain: (1) tahap persiapan; (2) tahap pelaksanaan; (3) tahap evaluasi (mengamati dan membandingkan keadaan mitra sebelum dan setelah kegiatan dilaksanakan). Kegiatan PkM ini dapat dikatakan sangat berhasil dimana adanya peningkatan pemahaman sehingga merubah pola pikir dan perilaku yang ditandai dengan antusiasme masyarakat melakukan penanaman kembali tanaman sebagai upaya untuk melindungi mata air dari kekeringan. Abstract:  The purpose of this devotional activity is to increase the knowledge and understanding of the people of Taman Mataru Village, East Nusa Tengara Province, who live around the location of Binafui waterfall that the existence of Binafui waterfall is in addition to tourist assets can also support the welfare of the community from the aspects of agriculture, plantations, livestock, fisheries even for the use of hydroelectric power (HYDROPOWER). The method used in this activity is to do the sedation, the next socialization of its implementation includes several stages, among others: (1) preparation stage; (2) the implementation stage; (3) evaluation stage (observing and comparing the state of partners before and after the activity is carried out). PkM activities can be said to be very successful where there is an increase in understanding so as to change the mindset and behavior characterized by the enthusiasm of the community to replant crops in an effort to protect the springs from drought

    KERAGAMAN MANGROVE DAN ASOSIASI BIVALVIA DI LOKASI TITIAN MANGROVE DESA AIMOLI SEBAGAI INFORMASI KEPADA PENGUNJUNG WISATA UNTUK MENUNJANG NILAI EDUKASI TERHADAP KONSERVASI DAN EKOWISATA

    Get PDF
    Abstrak:Penelitian ini bertujuan menggambarkan, asosiasi keragaman mangrove dan populasi bivalvia di titian mangrove Desa Aimoli. Metode, yang digunakan, terbagi dalam dua bagian. Pertama, pengambilan data ekosistem mangrove, kedua, pengambilan data populasi bivalvia. Informasi, kondisi ekosistem mangrove digunakan analisis, Indeks Nilai Penting (INP). Hasil penelitian menemukan, 7 spesies mangrove yaitu; Rhizopora apiculata, Aegialitis annulata, Rhizophora stylosa, Bruguera ghimnorrhiza, Osbornia octodonta, Aegiceras floridum, Sonneratia alba, dengan hasil perhitungan sebagai berikut, (a) Pada tingkat Pohon, jenis mangrove di dominasi oleh jenis Rhizophora stylosa, 18 pohon, dengan Kerapatan Relatif (KR) = 36.73%, Frekuensi Relatif (FR) = 28,57%, dan Dominansi Relatif (DR) = 39,67%, dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu, 104,98%; (b) indeks keanekaragaman (H’) seluruh jenis di peroleh 1,3805; (c) indeks keanekaragaman (H’) semai, dari seluruh jenis, 1,3454. Keanekaragaman spesies mangrove di lokasi wisata titian mangrove Desa Aimoli kategori sedang, Rata-rata volume pohon ± 72m3/ha. Ketersediaan bivalvia dengan rata-rata individu 139,6/m2, berbanding positif terhadap, interval volume pohon 65-80m3/ha, dimana menunjukkan kesuburan individu tumbuhan dalam suatu komunitas sedang dengan kategori baik, hal ini nyata, dampak yang signifikan adanya kontribusi bivalvia terhadap kesuburan lingkungan mangrove.Kata Kunci: Titian Wisata; Mangrove; Desa Aimoli.Abstract: This study aims to describe the association of mangrove diversity and bivalve populations in the mangrove walkway of Aimoli Village. The method, used, is divided into two parts. First, mangrove ecosystem data collection, second, bivalve population data collection. Information on the condition of the mangrove ecosystem was used to analyze the Index of Important Value (INP). The results found, 7 mangrove species namely; Rhizopora apiculata, Aegialitis annulata, Rhizophora stylosa, Bruguera ghimnorrhiza, Osbornia octodonta, Aegiceras floridum, Sonneratia alba, with the following calculation results, (a) At the tree level, mangrove species are dominated by Rhizophora stylosa, 18 trees, with Relative Density (KR) = 36. 73%, Relative Frequency (FR) = 28.57%, and Relative Dominance (DR) = 39.67%, with the highest Index of Important Value (INP), namely, 104.98%; (b) diversity index (H') all species obtained 1.3805; (c) diversity index (H') seedlings, of all species, 1.3454. The diversity of mangrove species at the Aimoli Village mangrove walkway tourism site is moderate, the average tree volume is ± 72m3/ha. The availability of bivalves with an average of 139.6 individuals/m2, positively proportional to, tree volume interval 65-80m3/ha, which indicates the fertility of individual plants in a moderate community with a good category, this is real, a significant impact of the contribution of bivalves to the fertility of the mangrove environment

    PELATIHAN PENGGUNAAN JARAK TANAM YANG IDEAL UNTUK MENUNJANG PRODUKTIVITAS RUMPUT LAUT

    Get PDF
    Abstrak: Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mitra (masyarakat) mengenai pentingnya menggunakan pola jarak tanam pada bibit rumput laut dalam proses pembudidayaan rumput laut pada masyarakat pembudidaya Desa Allumang, hal ini sangat penting, untuk meningkatan kualitas rumput laut yang berdampak pada standar mutu kebutuhan pasar. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, dilakukan dalam beberapa tahapan antara lain: (1) Tahap Persiapan; (2) tahap pelaksanaan kegiatan; (3) tahap evaluasi. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan terkait penggunaan pola jarak tanam pada bibit rumput laut yang hendak dibudidaya dikatakan berhasil, oleh sebab adanya perubahan pengetahuan dan pemahaman masyarakat pembudidaya yang tergambar dari kemampuan ketrampilan masyarakat pembudidaya rumput laut Desa Allumang yang sudah menerapkan teknik ini, setelah kegiatan penyuluhan dan pelatihan selesai dilakukan. Abstract:  The implementation of this community service activity aims to improve the understanding of partners (community) about the importance of using planting distance patterns on seaweed seedlings in the process of seaweed cultivation in the allumang village breeding community, this is very important, to improve the quality of seaweed that has an impact on the quality standards of market needs. Methods of implementation of community service activities, carried out in several stages, among others: (1) Preparation Stage; (2) the stage of implementation of activities; (3) evaluation stage. The implementation of counseling and training activities related to the use of planting distance patterns on seaweed seedlings to be cultivated is said to be successful, because of the change in knowledge and understanding of the cultivating community drawn from the skills of the seaweed farming community of Allumang Village who have applied this technique, after the counseling and training activities have been completed

    PENYULUHAN PENGGUNAAN JARING SEBAGAI PELINDUNG RUMPUT LAUT DARI SERANGAN HAMA MAKRO PADA PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT

    Get PDF
    Abstrak: Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pembudidaya rumput laut terkait upaya melindungi tanaman rumput laut dari serangan hama makro seperti ikan baronang dan penyu untuk menjamin stabilitas produksi rumput laut, keberadaan stok dan kestabilan harga dan kepercayaan pasar, hal ini sangat penting, untuk menjaga kestabilan perekonomian pembudidaya rumput laut yang terguncang akibat lahan budidaya rumput laut di serang hama makro rumput laut yaitu ikan baronang dan penyu dengan intensitas tinggi. Metode pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, dilakukan dalam beberapa tahapan antara lain: (1) Tahap Persiapan; (2) tahap pelaksanaan kegiatan; (3) tahap evaluasi. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi terkait penggunaan jaring untuk memagari rumput laut yang di budidaya dapat dikatakan berhasil secara signifikan 100%, indikator nya, terlihat jelas adanya perubahan pengetahuan dan pemahaman pembudidaya rumput laut secara keseluruhan yang mengikuti kegiatan ini. Hal ini nampak dari kemampuan serta ketrampilan pembudidaya rumput laut Desa Allumang yang sudah dapat menerapkan teknik ini, setelah kegiatan penyuluhan dan sosialisasi selesai dilakukan. Abstract: The implementation of this community service activity aims to increase knowledge and understanding of seaweed farmers regarding efforts to protect seaweed plants from macro pests such as baronang fish and turtles to ensure the stability of seaweed production, stock availability and price stability and market confidence, this is very important. , to maintain the stability of the economy of seaweed cultivators who were shaken by the seaweed cultivation area being attacked by macro pests of seaweed, namely baronang fish and turtles with high intensity. The method of implementing Community Service activities is carried out in several stages, including: (1) Preparation Stage; (2) activity implementation stage; (3) evaluation stage. The implementation of counseling and socialization activities related to the use of nets to fence the cultivated seaweed can be said to be significantly successful 100%, the indicator, it is clear that there is a change in knowledge and understanding of seaweed cultivators as a whole who participates in this activity. This can be seen from the abilities and skills of Allumang Village seaweed cultivators who have been able to apply this technique, after the counseling and socialization activities have been complete

    UPAYA MENGEMBALIKAN TRADISI BUDAYA MULUNG MASYARAKAT ADAT BARANUSA MENUJU PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

    Get PDF
    Abstrak: Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat, kami berupaya melakukan penyuluhan atau sosialisasi terhadap masyarakat nelayan yang berdomisili di pesisir Baranusa tentang manfaat pemberlakuan tradisi budaya Mulung. Mulung sendiri adalah sebuah budaya yang telah dititiskan oleh oleh leluhur baranusa yang memilki fungsi secara ekologi sebab melakukan konservasi habitat sumberdaya perairan yang berdampak pada peningkatan produktivitas perairan dan mendorong nilai ekonomi nelayan dan pedagang ikan. Akan tetapi tradisi budaya ditinggalkan sehingga pendapatan nelayan mengalamai penyusutan oleh sebab kerusakan habitat kawasan peraiaran akibatnya ketersedian sumberdaya perairan semakin berkurang. Metode pelaksanaan kegiatan ini meliputi tiga tahapan antara lain tahapan persiapan adalah melakukan observasi, berkoordinasi dan penyiapan bahan dan alat yang dibutuhkan disaat pelaksanaan kegiatan, tahapan pelaksanaan adalah melakukan kegiatan sosialisasi atau penyuluhan mengenai aspek kebermanfaatan tradisi budaya Mulung melalui aspek ekologi dan ekonomi, tahapan evaluasi, mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan. Hasil pengabdian menunjukkan adanya peningkatan pola pemahaman dari masyarakat (mitra) tentang manfaat memberlakukan kembali tradisi budaya Mulung.Abstract:  Through community service activities, we strive to conduct counseling or outreach to fishing communities who live on the coast of Baranusa about the benefits of applying Mulung cultural traditions. Mulung itself is a culture that has been founded by the ancestors of Baranusa which has an ecological function because it conserves the habitat of aquatic resources which has an impact on increasing aquatic productivity and encourages the economic value of fishermen and fish traders. However, cultural traditions are left behind so that fishermen's income experiences depreciation due to damage to marine habitat due to the diminishing availability of aquatic resources. The method of carrying out this activity consists of three stages including the preparation stage, which is observing, coordinating and preparing the materials and tools needed while carrying out the activity, the implementation stage is conducting socialization activities or counseling on aspects of the benefits of Mulung cultural traditions through ecological and economic aspects, evaluation stages, measure the level of success of the activities carried out. The results of the service show an increase in the pattern of understanding from the community (partners) about the benefits of re-enacting the Mulung cultural tradition

    POLA PEMAHAMAN MASYARAKAT PESISIR BARANUSA MENGENAI KEARIFAN LOKAL TRADISI MULUNG (UPAYA KONSERVASI HABITAT KAWASAN PERAIRAN PULAU LAPANG-BATANG)

    Get PDF
    Abstrak: Tradisi budaya mulung memiliki nilai holistik dan ekolologi. mulung sendiri esensinya adalah menjaga sebuah kawasan perairan dari semua aspek pengelolaan (baik pengambilan maupun penangkapan) sumberdaya perairan, untuk sementara waktu sehingga kawasan tersebut berfungsi sebagai tabungan sumberdaya. tradisi ini beberapa dekade ini tidak dilakukan sehingga kawasan yang sejak zaman dulu di lakukan ritual mulung mengalami kerusakan. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan dan pemahaman masyarakat pesisir Baranusa terkait tradisi budaya mulung. metode yang digunakan dalam peneltian ini dalam bentuk survei tingkat pemahaman. responden, dipilih secara acak akan tetapi dibedakan berdasarkan kelompok usia (stratifild random sampling) yang mewakili dua kelompok usia yaitu 25-39 dan kelompok usia 40 ke atas. hasil penelitian ini terlihat jelas, masyarakat kelompok usia 40 tahun ke atas tingkat pengetahuan dan pemahaman tradisi mulung signifikan yaitu kategori sangat tahu 28%; kategori tahu 62%; kategori tidak tahu 10%. pada kelompok masyarakat usia 25-39, kategori sangat tahu 14%; kategori tahu 8%; dan 78% kategori kurang mengetahui secara jelas. selanjutnya untuk kelompok masyarakat usia 25-39, secara mayoritas (54%) melalui survei menyatakan, mendapat informasi tentang tradisi budaya mulung melalui isu.Kata Kunci: Konservasi; Mulung; Rumpun adat; Baranusa.Abstract:  Precious cultural traditions have holistic and ecolological values. mulung itself is essentially the essence of maintaining an area of water from all aspects of management (both capture and capture) of water resources, for a while so that the area functions as a resource savings. this tradition has not been done for decades, so the area that has been practiced from ancient times has been damaged. this study aims to determine the extent of knowledge and understanding of Baranusa coastal communities related to the early cultural traditions. the method used in this research is in the form of survey of understanding level. respondents were chosen randomly but were distinguished by age group (stratifild random sampling) which represented two age groups namely 25-39 and the age group of 40 and above. the results of this study are clear, people in the age group of 40 years and above the level of knowledge and understanding of the tradition of significance is significant, the category of very know 28%; the know category 62%; the category doesn't know 10%. in the 25-39 age group, the category knew very well 14%; 8% the know category; and 78% of the categories did not know clearly. then for the community groups aged 25-39, the majority (54%) through the survey stated, received information about the cultural traditions of the primitive through the issue.Keywords: Conservation; Mulung; Custom family; Baranus

    Upaya Mengembalikan Budaya Temong Sebagai Media Rekonsiliasi Sangketa Petani Suku Abui - Desa Mataru Utara, Kecamatan Mataru, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur

    Get PDF
    Budaya temong merupakan media rekonsiliasi, walaupun budaya temong sangat bermanfaat dalam menyelesaikan pertikaian tetapi budaya ini mulai ditinggalkan karena tergerus oleh kemajuan zaman setiap persoalan langsung dilimpahkan ke kepolisian. melalui metode wawancara dan diskusi bersama sesama anggota temong, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemerintah ditemukan pola dan faktor-faktor yang mendorong peristiwa rekonsiliasi. adapun pola yang mendorong peristiwa rekonsiliasi antara lain: (a) saat kegiatan temong berlangsung ada ikatan emosional, merasa senasib dan sepenanggungan sehingga perasan bathin antar sesama anggota temong lebih terbuka; (b) ketika kegiatan temong berlangsung ada perasaan sukacita, bergembira bersama sehingga melalui kebersamaan yang ada, suasana bathin para anggota lebih ebih menerima satu dengan yang lain dan saling memaafkan jika ada pertikaian mealui guyonan, berbalas berpantun; (c) setelah kegiatan temong berakhir dilanjutkan dengan makan bersama sehingga jika masih ada persoalan yang tersimpan dibathin dapat segera lebur karena semua anggota saling melayani, menerima kekurangan dan kelebihan antar anggota. selanjutnya ditemukan faktor yang mendorong peristiwa rekonsiliasi dapat berlangsung, seperti (a) keinginan memegang teguh nilai adatia yang diwariskan oleh leluhur melalui budaya temong; (b) apabila rekonsiliasi berhasil dengan mendamaikan pertikaian oleh beberapa pihak saat pelaksanaan kegiatan temong biasanya akan menghasilkan hasil panen yang melimpah; (c) apabila rekonsiliasi berhasil dengan mendamaikan pertikaian oleh beberapa pihak saat pelaksanaan kegiatan temong, di ladang (kebun) tersebut biasanya terbebas dari hama yang dapat merusak tanaman perkebunan. melalui kegiatan pengabdian masyarakat, kami melakukan pendampingan kepda masyarakat untuk tetap menggunakan budaya temong sebagai media rekonsiliasi
    corecore