9 research outputs found

    ETHNO-BIOLOGICAL NOTES ON THE MEYAH TRIBE FROM THE NORTHERN PART OF MANOKWARI, WEST PAPUA (Catatan Etnobiologi Pada Suku Meyah di Pantai Utara Manokwari, Papua Barat)

    Get PDF
    ABSTRACTTropical forests provide many products such as fruits, seeds, resin, medicines, meat and by-products such as non-timber forest products. In June 2005, February 2008 and June 2009, ethno botanical and ethno zoological surveys were conducted among Meyah hunter-gatherers and on the flora and fauna. This paper aims to reveal the interaction between the Meyah Tribe in the Northern Part of Manokwari and utilization of forest products. Our study reports that the tribe used about 67 species of plants and 11 wild animals to support their livelihood. Due to the expansion of the Manokwari regency as part of the development process in West Papua Province, we would therefore like to suggest that the local government should pay attention to developing and preserving the biodiversity in this area.ABSTRAKHutan tropis pada prinsipnya menyediakan berbagai kebutuhan manusia baik buah, biji, resin, tumbuhan obat, daging dan dikenal sebagai  hasil hutan bukan kayu. Survei etnobiologi ini dilakukan pada bulan June 2005, Februari 2008 dan Juni 2009 pada masyarakat yang melakukan kegiatan pemanfaatan tumbuhan dan berburu satwa liar. Tulisan ini bermaksud untuk mengungkapkan interaksi Suku Meyah di Wilayah Pantai Utara Manokwari dalam pemanfaatan produk hasil hutan bukan kayu. Studi ini mencatat sekitar 67 spesies tumbuhan dan 11 jenis satwa lair yang di manfaatkan untuk menopang kehidupan suku Meyah. Data jumlah jenis tumbuhan dan satwa liar yang di manfaatkan ini, di harapkan dapat berguna bagi  pemerintah daerah dan lembaga lainnya dalam mengatur pola pemanfaatan sumberdaya hutan non kayu. Dalam hubungan dengan pemekaran wilayah, maka tantangan terhadap kelestarian sumberdaya hutan ini sangat besar, karena diprediksi akan mengalami tekanan dan kerusakan. Dengan demikian siklus kehidupan masyarakat akan terganggu. Sehingga di butuhkan kebijakan guna  mengakomodir kepentingan masyarakat asli dan juga kebutuhan pembangunan.ABSTRACTTropical forests provide many products such as fruits, seeds, resin, medicines, meat and by-products such as non-timber forest products. In June 2005, February 2008 and June 2009, ethno botanical and ethno zoological surveys were conducted among Meyah hunter-gatherers and on the flora and fauna. This paper aims to reveal the interaction between the Meyah Tribe in the Northern Part of Manokwari and utilization of forest products. Our study reports that the tribe used about 67 species of plants and 11 wild animals to support their livelihood. Due to the expansion of the Manokwari regency as part of the development process in West Papua Province, we would therefore like to suggest that the local government should pay attention to developing and preserving the biodiversity in this area.ABSTRAKHutan tropis pada prinsipnya menyediakan berbagai kebutuhan manusia baik buah, biji, resin, tumbuhan obat, daging dan dikenal sebagai  hasil hutan bukan kayu. Survei etnobiologi ini dilakukan pada bulan June 2005, Februari 2008 dan Juni 2009 pada masyarakat yang melakukan kegiatan pemanfaatan tumbuhan dan berburu satwa liar. Tulisan ini bermaksud untuk mengungkapkan interaksi Suku Meyah di Wilayah Pantai Utara Manokwari dalam pemanfaatan produk hasil hutan bukan kayu. Studi ini mencatat sekitar 67 spesies tumbuhan dan 11 jenis satwa lair yang di manfaatkan untuk menopang kehidupan suku Meyah. Data jumlah jenis tumbuhan dan satwa liar yang di manfaatkan ini, di harapkan dapat berguna bagi  pemerintah daerah dan lembaga lainnya dalam mengatur pola pemanfaatan sumberdaya hutan non kayu. Dalam hubungan dengan pemekaran wilayah, maka tantangan terhadap kelestarian sumberdaya hutan ini sangat besar, karena diprediksi akan mengalami tekanan dan kerusakan. Dengan demikian siklus kehidupan masyarakat akan terganggu. Sehingga di butuhkan kebijakan guna  mengakomodir kepentingan masyarakat asli dan juga kebutuhan pembangunan

    Ethnobotany and conservation applications in the Noken making by the Sougb Tribe of West Papua, Indonesia

    Get PDF
    Documenting local ecological knowledge is critical for understanding complex ecological-cultural interactions to protect indigenous community entities. Woven baskets known as Noken have been part of Papuan indigenous culture for centuries, yet ethnobotanical aspects of Noken making remain poorly understood. Hence, this study describes Noken-making from an ethnobotanical perspective. We acquired ethnoecological knowledge by interviewing respondents who were actively involved in the production of Noken. The results revealed that the Sougb Tribe (from South Manokwari District, West Papua, Indonesia) utilized pineapple as a primary material for weaving and other natural materials as dyes, with this process undertaken mainly by women. We also document the Sougb Tribe's adaptation and continuous interaction with their dynamic environment that has evolved during Noken's making. Moreover, the recommendation to conserve Noken preserves biocultural diversity and habitats for key plant species. Since Noken has played an essential part in shaping the Sougb Tribe's cultural identity, conserving the use of Noken will aid in preserving the habitats of plants used as materials for Noken. In the future, the provincial government should assist habitat biocultural conservation by granting tribes customary forest status to facilitate plant habitat protection in line with the sustainable development agenda of West Papua Province

    Membangun Pemahaman Masyarakat tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan Berbasis Konservasi Melalui Kegiatan Penyuluhan di Kampung Soribo

    Get PDF
    Hutan di Kampung Soribo merupakan hutan alam yang dapat diakses oleh masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya bagi kebutuhan hidupnya. Aktivitas pemanfaatan dapat bersifat positif dan negatif, maka diperlukan kegiatan penyuluhan bagi masyarakat di Kampung Soribo. Penyuluhan menggunakan metode ceramah dan bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pengelolaan sumberdaya hutan berbasis konservasi di Kampung SoriboKegiatan penyuluhan diikuti 30 orang masyarakat dan diawali dengan sambutan dari Kepala Kampung Soribo. Selanjutnya, pemaparan materi oleh tim penyuluh. Kegiatan penyuluhan ini dapat membuka pemahaman masyarat bahwa sumberdaya hutan yang ada di sekitar Kampung Soribo sangat penting bagi kehidupannya. Hal ini terlihat dari hasil kegiatan yang diketahui bahwa 88,2% dapat memahami materi penyuluhan secara baik sedangkan 11,8% kurang memahami secara baik. Oleh sebab itu perlu didukung dengan pengelolaan yang baik terutama pengelolaan hutan yang berbasis pada konservasi

    Pemanfaatan dan Bentuk Pengolahan Kulit Kayu Berbasis Pengetahuan Lokal dan Identitas Budaya Masyarakat Maybrat

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan informasi terkait pemanfaatan sumber daya hutan terutama komponen kulit vegetasi hutan untuk kebutuhan harian masyarakat melalui pengolahan kerajinan tangan di Kampung Ainot, Kabupten Maybrat. Untuk mendapatkan data, diskusi dan wawancara dilakukan dengan responden yang dipilih, sementara bentuk pengolahan dan teknis pengerjaannya diobservasi secara langsung di lapangan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat tiga jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kampung Ainot antara lain: Gnetum gnemon L., Kleinhovia hospita dan Trichospermum sp. Selanjutnya dari jenis-jenis ini dianyam dan menghasilkan produk anyaman seperti noken (yu), topi (way tau), koba (am) tanggu (seff) dan benang jahit. Sejauh ini belum ada upaya konservasi jenis-jenis tersebut dikarenakan jumlahnya yang masih cukup banyak dan intensitas pengambilannya yang masih rendah

    Pertumbuhan Tanaman Jati Cepu dan Muna pada Areal Kesatuan Pengelolaan Hutan (Kphl) di Kampung Dernafi Kabupaten Biak Numfor

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tumbuh tanaman Jati (Tectona grandis Linn. f.) yang berasal dari Muna dan Cepu di areal Kesatuan Pemangkuan Hutan Lindung Biak Numfor. Berdasarkan hasi penelitian di temukan bahwah pertumbuhan tanaman Jati asal Muna memiliki persentase lebih besar (77,33%) dari dari Jati Cepu (64,53%). Rata-rata pertumbuhan diameter dan tinggi Jati asal Cepu dan Muna diketahui Jati Cepu memiliki rata-rata diameter lebih besar (5.11 cm) dari Jati Cepu (4.89 cm). Rata-rata tinggi jati Muna memiliki rata-rata tinggi lebih besar (5,35cm) dari Jati Cepu (4,88 cm)

    Analisis Vegetasi Tumbuhan Berkayu pada Kawasan Hutan Tropis Dataran Rendah Cagar Alam Pegunungan Wondiwoi

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi jenis tumbuhan berkayu pada kawasan hutan dataran rendah Cagar Alam Pegunungan Wondiwoi. Metode yang gunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei dan observasi lapang melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data yang dikumpulkan meliputi struktur dan komposisi tumbuhan berkayu dengan menggunakan teknik jalur berpetak lanjut. Hasil penelitian didapatkan 260 jenis tumbuhan berkayu yang terdiri dari 57 famili. Pada Fase semai terdapat 168 jenis terdiri dari 52 famili, pancang 172  jenis terdiri dari 51 famili, tiang 138 jenis terdiri dari 39 famili dan pohon 136 jenis terdiri dari 39 famili. Pada Fase semai didominasi oleh jenis Pometia pinnata dengan INP 11,247%, Fase pancang didominasi oleh jenis Pometia pinnata dengan INP 9,727%, Fase tiang didominan oleh jenis Litsea timoriana dengan INP 14,603% dan Fase pohon didominasi oleh jenis Pometia pinnata dengan INP 20,248%

    Analisis Pengembangan Potensi Wisata Bukit Aitumeri Kabupaten Teluk Wondama

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis daya tarik wisata yang terdapat di Bukit Aitumeri dan mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan potensi wisata serta alternatif strategi pengembangan ODTW Bukit Aitumeri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik observasi lapang. Data yang diperoleh kemudian dianalisis faktor internal (kekuatan, kelemahan), dan faktor eksternal (peluang, ancaman) yang ada dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan situasi yang sangat menguntungkan dimana kawasan ini memiliki peluang dan kekuatan yang besar maka pengembangan wisata di Kabupaten Teluk Wondama khususnya di Kampung Miei (Maniwak) mengenai kawasan Bukit Aitumeri dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Sejalan dengan perkembangan wilayah maka perlu dibuat strategi yang saling berkaitan antara faktor internal dan eksternal guna mendukung proses pengembangan wisata di kawasan Bukit Aitumeri kampung Miei (Maniwak)

    Aspek Ekologi Pigafetta Filaris (Giseke) Becc pada Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari

    Full text link
    Pigafetta filaris (Giseke) Becc merupakan jenis palem yang telah dinyatakan langka oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2001. Tujuannya untuk mengetahui aspek ekologi P. filaris di lokasi TWA Gunung Meja untuk menentukan kebijakan pengelolaan TWA Gunung Meja selanjutnya. Sasaran utama penelitian ini yaitu untuk mengamati aspek ekologi palem P. filaris dan juga jumlah individu palem berdasarkan Fase pertumbuhan, dan jenis vegetasi yang tumbuh di sekitar palem. Hasil penelitian menemukan hanya hanya 2 individu pada Fase dewasa. Hasil analisa sifat kimia tanah didapatkan hasil pH 5,5, P 3,31, K 1,13, Ca 3,61, Na 2,04, Mg 0,87, KPK 49,45 dan tingkat kesuburan tanah P. filaris sedang dengan warna tanah hitam, tekstur lempung liat berdebu, dan struktur remah. Faktor klimatis menunjukan suhu rata-rata 29° C, kelembaban 69%, dan tutupan tajuk 57,5%. Faktor topografi P. filaris tumbuh pada kisaran ketinggian 100-120 mdpl, kelerengan dan kemiringan 15-40%. Tumbuhan berkayu yang berasosiasi dengan P. filaris cenderung tumbuh Pometia coreacea dan Pometia pinnata. Status konservasi potensi P. filaris dikhawatirkan akan punah secara ekologi pada kawasan hutan TWA Gunung Meja
    corecore