33 research outputs found

    KARAKTER LAHAR GUNUNGAPI MERAPI SEBAGAI RESPON PERBEDAAN JENIS ERUPSI SEJAK HOLOSEN

    Get PDF
    G. Merapi sebagai salah satu gunungapi tipe stripe strato yang teraktif di dunia, yang dalam sejarah erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, berupa erupsi letusan dan leleran. Erupsi leleran menghasilkan lidah lava, kubah lava dan aliran piroklastika; erupsi letusan menghasilkan jatuhan piroklastika dan aliran piroklastika. Lahar merupakan aliran lumpur yang mengandung material rombakan dan bongkah-bongkah menyudut sebagian besar berasal dari gunungapi. Di G.Merapi, bahaya lahar berdampak luas bagi masyarakat. Kerugian yang ditimbulkan bukan hanya kehilangan nyawa, tetapi juga pada hilang dan rusaknya harta benda sebagai aset penghidupan masyarakat. Morfologi G. Merapi memiliki empat lereng yang masing-masing dibatasi oleh tekuk-tekuk lereng. Setiap lereng dan tengkuk lereng mengekspresikan batuan penyusun dominant, fungsi morfologinya terhadap endapan gunungapi serta proses yang pernah terjadi. Bersdasarkan karakter hasil erupsi letusan dan leleran serta proses pelaharan, G. Merapi terbentuk atas lima satuan lava, empat piroklastika dan lima satuhan lahar. Strategi G. Merapi dapat dikelompokkan menjadi 5 tahapan, yaitu: Merapi Baru, Merapi Muda, Merapi Dewasa, Merapi Tua, dan Pra Merapi. Mengikuti paradigma post positivism yang menghendaki verifikasi dan/atau validasi dengan pendekatan probalistik melalui uji-uji statistic parametric maupun non parametric.Dibuktikan bahwa G. Merapi selama Neogen telah mengalami perubahan jenis erupsi. Unsur kimia utama TiO2, Fe2O3, MgO, CaO, dan K2O3, Serta struktur rims horblenda merupakan pembeda jenis erupsi. Perubahan karakter piroklastika ditentukan oleh besar dan bentuk komponen berukuran bongkah, kerakal dan kerikil; tidak oleh komponen raksasa. Perubahan besar komponen lahar beraturan; berkorelasi (negatif) dari sedang sampai sangat kuat terhadap jarak pengendapan. Korelasi semakin kuat pada pelaharan dalam datu daerah aliran sungai; sementara itu bentuk komponen lahar tidak beraturan dan tidak berkorelasi dengan jarak pengendapan. Komponen raksasa menjadi bagian penting yang perlu dikelola untuk adaptasi pengurangan resiko ancaman lahar. Untuk itu perlu dilakukan penelitian geologi ginungapi dengan mencermati komponen lahar secara lebih rinci. Posisi lahar sebagai respon jenis erupsi menjadi bagian penting pada pemetaan pembuatan peta geologi, peta kawasan rawan bencana maupun peta risiko bencana letusan G. Merapi, dan selanjutnya menerapkan metode untuk pemetaan gunungapi-gunung api lainnya

    Participatory Contingency Plan to Covid 19 Adaptation of Merapi Volcano Eruption - Indonesia

    Get PDF
    The contingency plan was carried out for the seven highest villages in Sleman Regency, Yogyakarta Special Region, as areas prone to eruption of Merapi Volcano. This contingency plan was prepared based on a scenario with a volcanic eruption index of 3, in the form of the collapse of a lava dome of 5 million cubic meters. The collapse of the lava dome formed a hot cloud that moved 6–9 km towards the Gendol River, Opak River, Kuning River, Boyong River and Krasak River. The number of exposed residents is 18,880. The emergency situation period is estimated to be 30 days, from the time the status is increased to Alert. This contingency plan was prepared in a participatory and collaborative manner, under the coordination of the Sleman Regency Regional Disaster Management Agency (RDMA). This process includes: (1) Updating the village level contingency plan as materials for the district level. (2) Formation of a substance team from local government, universities and non-governmental organizations, and (3) Conducting a series of workshops for related organizations to compile documents and equate perceptions on the adaptation of contingency plans with the Covid 19 health protocol. The preparation of this document also involves the participation of children, in order to express their opinions and needs in implementing emergency management

    Analisis Pengelolaan Logistik dalam Penanganan Darurat Bencana Gempa Bumi di BPBD Kabupaten Sumbawa 2018

    Get PDF
    ABSTRAKTahun 2018 Kabupaten Sumbawa mengalami gempa dengan kekuatan 6,9 SR yang mengakibatkan 15 kecamatan yang terkena dampak bencana gempa bumi, tercatat sebanyak 7253 unit rumah rusak, dengan rincian rusak berat 4932, rusak sedang 1395, rusak ringan 1205, kemudian 38 orang cidera, dan 4 orang meninggal. Saat terjadi bencana kegiatan penanganan darurat yang dilakukan selain evakuasi masyarakat serta pertolongan darurat juga dilakukan penyediaan logistik. Oleh karena itu, berdasarkan peraturan yang berlaku, BPBD sebagai penanggungjawab dalam menanggulangi bencana perlu melakukan mengelola logistik guna terpenuhinya kebutuhan korban  gempa.  Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengelolaan logistik yang dilakukan di BPBD Kabupaten Sumbawa. Metode yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif karena ingin menggambarkan secara jelas kegiatan pengelolaan logistik dalam menjalankan Peraturan pengelolaan logistik sesuai yang telah ditetapkan.. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa BPBD dalam mengelola logistik belum menerapkan prinsip tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat pelaporan sesuai dengan peraturan BNPB Nomor 4 Tahun 2018 tentang Sistem Manajemen Logistik dan Peralatan.                                                                                      Kata kunci : BPBD Kabupaten Sumbawa, Gempa Bumi, Pengelolaan Logisti

    Eruption Characteristic of the Sleeping Volcano, Sinabung, North Sumatera, Indonesia, and SMS Gateway for Disaster Early Warning System

    Get PDF
    Sinabung, the sleeping volcano since the year 1600 awakened and erupted in 2010, 2013, and 2015. The volcano is located in Karo District, North Sumatera Province, Indonesia, geographically on 3o10’ North Latitude, and 98o23, East Longitude. It is about 2460 m high above sea level, and the highest volcano of Sumatera. Sinabung has been estimated about 400 years long inactive, therefore categorized as B type of volcano. It was astonishing; Sinabung erupted on 27 August 2010, again on November 2013, and in May to June 2015. Awakening of the volcano hypothetically has been triggered by last decade earthquakes happened in North Sumatera and surrounding area, including the great earthquake and tsunami of Aceh, December 2004 that caused about 115,000 people died. Because of the volcano has been slept for a long time, people live in the surrounding area were not prepared yet to facing the eruption. In order to reduce the risk such a countermeasure should be developed especially that directly involving local people participation. In this case such an environmental communication system is needed to be developed, it is SMS gate way for disaster early warning system

    Model Manajemen Risiko Bencana Berbasis Komunitas Melalui Uji Publik Rencana Kontinjensi Erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo

    Get PDF
    The research aims to create a community-based disaster risk management (PRBBK) model through the Mount Sinabung eruption contingency plan program. This research uses qualitative descriptive methods. Data collection methods using table top exercise and field test exercise. Data analysis techniques used are data collection, data reduction, data presentation and withdrawal of conclusions at pre-research, during research, and post-research. The results showed that with the implementation of the field, it can improve the safety and preparedness of Karo district communities in the face of the disaster eruption Mount Sinabung. The contribution of this research is a model of community-based disaster risk management through the program of Mount Sinabung eruption contingency plan which is being processed into the regulation of the Karo District, North Sumatera

    Disaster Risk Reduction Based on Community through a Contingency Plan for Mount Sinabung

    Get PDF
    The eruption of Mount Sinabung in Karo district of North Sumatera has continued on and off since 2010. A contingency plan is needed to reduce the risk of disaster. The purpose of this research is to find a disaster communication model in community-based disaster risk management through Sinabung Eruption Contingency Plan of Karo Regency, North Sumatera Province. This research applies the concept and models of community-based disaster management. The research objectives are to make a disaster risk management model based on the community as a contingency plan for Sinabung. A qualitative method is used by the researchers to finish this paper. This research is held in risk area of Mount Sinabung, Karo, Sumatera Selatan. The object of this research is the ability of government, non-government, and also society as actors of concept and models of community-based disaster management communication. The researchers analyze the program and the competency of the actor concept and the models of community-based disaster management communication. The result of this research is a disaster communication model in community- based disaster risk management through Sinabung Eruption Contingency Plan

    Komunikasi Lingkungan untuk Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Sinabung

    Get PDF
    This study aims to find a model of environmental communications for disaster mitigation eruption of Mount Sinabung at Karo district of North Sumatra. This research also aims at increasing public awareness and government in improving the effectiveness of disaster communications in Sinabung. Organizational Information Theory is used as concept of his study. The research uses descriptive qualitative method by employing data collection techniques such as Focus Group Discussion (FGD) and interviews on communication training for disaster mitigation at Sinabung. The research located in Karo district of North Sumatra, particularly at Regional Disaster Management Agency (BPBD), Department of Communication and Information Technology, and Kesbanglinmas, Head sub district, Head of village, and volunteers. The result of this research is a model of environmental communications to support early warning system in Sinabung

    PALEOENVIRONMENT ENDAPAN PALEOGEN, DAERAH TANJABBAR, JAMBI

    Get PDF
    Lintasan Oligosen-Miosen yang tersingkap di Lintasan Stratigrafi Lubuk Lawas dan Lubuk Bernai di Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Subcekungan Jambi, Indonesia, mengarsipkan sisa-sisa vegetasi khatulistiwa pada saat pemanasan global yang ekstrem dan permulaan tumbukan mikrokontinen Jawa Timur-Eurasia, diteliti dengan menggunakan pemetaan permukaan dan palinologi. Satuan batuan diendapkan selama satu fase sedimentasi, yaitu fase endapan kontinental, yang terdiri dari konglomerat, batupasir kerikilan dan batupasir yang mengisi cekungan diikuti oleh endapan transgresif yang terkait dengan pendalaman lingkungan cekungan. Tiga zona palinologi Meyeripollis naharkotensis (Oligosen), Florschuetzia trilobata (Miosen Awal) dan Florschuetzia levipoli (Miosen Tengah) diidentifikasi secara stratigrafi berdasarkan kelimpahan taksa polen ini di atas yang lain. Perlapisan batuan merupakan endapan dari Oligosen Awal hingga Miosen Tengah dari bawah ke arah atas. Lingkungan pengendapan berubah dari waktu ke waktu, melewati dari cekungan tektonik yang sempit dan bersisi curam, selama Oligosen Awal hingga Akhir, diikuti oleh suatu cekungan lakustrin hinggapalustrin dengan pengaruh lautan, sebagai akibat dari pergerakan distensif E-W antara Sesar Jambi dan Sesar Sunda di Oligosen Akhir hingga Miosen Tengah. Terjadinya serbuk sari angiosperma yang sangat beragam secara taksonomi di ketiga palinozone membuktikan flora tropis daratan dan dekat pantai yang sangat kaya di bawah rezim curah hujan musiman yang kuat. Iklim tetap hangat dan menjadi semakin lembab menjelang akhir Miosen. Sifat lingkungan tersebut terkait dengan dinamika pembukaan pembukaan cekungan.Kata kunci : Oligosen-Miosen, Lingkungan Pengendapan, Tanjabbar, Jamb
    corecore