Tahun Politik, Komunikasi Konfrontatif

Term “Confrontative Communication†popular in Indonesia when the election of Governor ofJakarta at 2012. In that year, one candidate often talk intimidation people and his competitor withusing sarcastic sentence, for example “If you will not choose Betawi man, please out from Jakarta orI will disarm your facilities included your KTP (kartu tanda penduduk, identification card)â€.Confrontative Communication different with Confrontation Communication in medical work which isdone by doctor or nurse. Confrontative Communication is a part of coersive communication which isused in political communication. Every candidate use confrontative communication to defeatcompetitor; among them use it each other.Now, in the politics year for winning the election especially president election, confrontativecommunication without controlled by politics ethics tends to be used in political communication. Thisarticle want to clarify that phenomena.Key words: political communication, coersive communication, confrontative communication

Praktik Penulisan Naskah Televisi

Di dalam buku ini dituliskan bahwa naskah televisi merupakan produk keterampilan intelektual yang banyak segi dan unsur. Dalam naskah televisi terkandung segi-segi seni berbahasa, penuturan, dan seni penampilan (performing art). Dilengkapi dengan unsur-unsur cahaya dan musik, akan tampak paduan garis warna nada yang lebih harmonis. naskah televisi tidak sekedar papartan fakta tetapi juga makna, bahkan maksud. Karena itu, naskah televisi merupakan cerminan dari sikap dan nilai penulisnya. Buku ini dilengkapi dengan sinopsis, tretament, sampai skenario dan shooting script sehingga buku ini bisa dikatakan sebagai salah satu pedoman dalam menulis naskah televisi

Manajemen berita antara idealisme dan realita/ Pareno

xii, 154 hal.; 21 cm

Komunikasi Ala Punakawan & Abu Nawas

Di tengah konflik dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya sebagai akibat dari gap communication, buku ini menawarkan untuk mencerahkan komunikasi sehingga konflik-konflik yang oleh Ki Ranggawarsita disebut “zaman gemblung” atau “zaman edan” ini dapat terkendali dengan baik dan konstruktif. Oleh karena itu, buku ini patut dibaca oleh para akademisi, prktisi politik, mahasiswa, dan siapa saja yang berkaitan dengan komunikasi, baik komunikasi sosial maupun komunikasi massa