5 research outputs found

    Microstructure With Scanning Electron Microscope And Sensory Characteristics In Nori Red Algae (Gracilaria Gigas)

    Get PDF
    Gracilaria is a red algae seaweed (Rhodopyceae) and can be developed by being cultivated in the sea, ponds and river estuaries. Red seaweed of the Gracilaria sp species is found and cultivated as a source of raw material for the production of food grade agar in Indonesia. Gracilaria gigas type seaweed has the potential as a raw material in the manufacture of nori products. Utilization of Indonesian local seaweed, will minimize imports of seaweed from various seaweed-producing countries. Gracilaria gigas red seaweed contains 5.84% water content, 0.44% fat content, 7.27% crude fiber, 23.76% protein, 11.92% ash, 180.52% carbohydrates and 19,922 IC50 antioxidants. mg AAE/g. Acceptance of Nori made from Gracilaria gigas seaweed using sensory analysis with the RATA (Rate All That Apply) method, sensory testing was carried out using 8 test parameter attributes, resulting for the parameters tested for salty taste of 2.05, seaweed taste of 1.50, aroma seaweed 1.35, crunchy texture 1.50, smooth texture 2.00, thick texture 1.35, green color 1.25 and elasticity 1.50. For microstructural analysis using a Scanning Electron Microscope with a magnification of 5000x

    PENDAMPINGAN MASYARAKAT DI DESA PANDITAN DALAM MEMANFAATKAN KOTORAN SAPI MENJADI PUPUK BOKASHI

    Get PDF
    Usaha Peternakan sapi di Kabupaten Pasuruann semakin pesat perkembangannya, salah satunya di desa panditan. Limbah peternakan merupakan produk dari usaha peternakan, yang keberadaannya tidak dikehendaki sehingga harus dibuang. Limbah peternakan terdiri dari banyak jenis sesuai ternak yang menghasilkannya. Usaha budidaya ternak (sapi) menghasilkan limbah berupa kotoran ternak (feces, urine), sisa pakan ternak seperti potongan rumput, jerami, dedaunan, dedak, konsentrat dan sejenisnya. Setiap harinya, seekor sapi menghasilkan kotoran 10-15 kg. Permasalahan dari ketidak efisienan pemanfaatan limbah kotoran sapi dapat dilihat dari banyaknya limbah yang hanya dibuang ke sungai, dibakar, atau di biarkan menggunung. Dari permasalahan tersebut dilakukan pengolahan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik bokashi. Selain dapat meminimalisir dampak akibat limbah kotoran sapi, pupuk organik bokashi menjadikan nilai tambah karena memiliki nilai ekonomis serta mendukung kegiatan pertanian untuk mengembalikan kesuburan lahan di desa Panditan. Berangkat dari rasa keperdulian dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat maka team dosen Program Studi Teknologi Hasil Petanian ITSNU Pasuruan mengadakan program pembinaan dan pelatihan pembuatan pupuk bokashi. Hasil dari program ini adalah dilakukannya pembinaan dan pelatihan pembuatan pupuk bokashi dengan metode ceramah dan praktek pembuatan pupuk bokashi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di desa Panditan. Kata kunci: bokashi, limbah, peternakan, sapi ABSTRACT Cattle farming in Pasuruan Regency is growing rapidly, one of which is in Panditan Village. Livestock waste is a product of livestock business, whose presence is not desired and must be disposed of. Livestock waste consists of many types according to the livestock that produces it. Livestock (cattle) cultivation business produces waste in the form of livestock manure (feces, urine), animal feed residues such as grass clippings, straw, leaves, bran, concentrates and the like. Every day, a cow produces 10-15 kg of manure. The problem of the inefficient use of cow dung waste can be seen from the amount of waste that is only dumped into rivers, burned, or left to build up. From these problems, cow dung was processed into organic bokashi fertilizer. Besides being able to minimize the impact of cow dung waste, organic bokashi fertilizer adds value because it has economic value and supports agricultural activities to restore land fertility in Panditan village. Departing from a sense of concern and providing greater benefits to the community, the lecturer team of the ITSNU Pasuruan Agricultural Products Technology Study Program held a coaching and training program for making bokashi fertilizer. The result of this program is coaching and training in the manufacture of bokashi fertilizer with the lecture method and the practice of making bokashi fertilizer that can be utilized by the community in Panditan village. Keywords: bokashi, waste, farm, co

    Potensi Rumput Laut Gracilaria Gigas, Dan Daun Kenikir (Cosmos Caudatus) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nori

    No full text
    Bahan baku nori umunya rumput laut merah jenis Porphyra. Namun di Indonesia rumput laut jenis Porphyra sulit ditemukan dikarenakan rumput laut ini hidup pada habitat beriklim subtropis didaerah pasang surut, sehingga untuk memenuhi permintaan nori harus diimpor pada Negara penghasil seperti Jepang, Cina dan Korea. Disatu sisi Indonesia memiliki rumput laut merah jenis Gracilaria gigas yang memiliki sifat hampir mendekati dengan rumput laut jenis Porphyra. Namun rumput laut jenis Gracilaria gigas masih memiliki kekurangan yaitu kadar serat yang rendah dan warna yang dihasilkan kurang hijau sehingga tidak menghasilkan nori dengan karakteristik nori pada umumnya, perlu adanya penambahan daun kenikir untuk meningkatkan kadar serat dan memperbaiki warna pada produk akhir yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan karakterisasi produk nori baik secara kimia, fisik, dan atribut sensori, memanfaatkan rumput laut Gracilaria gigas dan kenikir sebagai bahan baku pembuatan nori, mendapatkan pengaruh modifikasi teknologi pembuatan nori dan mendapatkan proporsi pembuatan yang tepat agar dihasilkan nori yang memiliki karakteristik kimia, fisik dan atribut sensori yang mendekati karakteristik nori komersil agar dapat diterima oleh konsumen. Penelitian ini terbagi menjadi dua tahapan, tahap pertama bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik kimia, fisik dan sensori produk nori komersial terpilih untuk memperoleh produk nori komersial terbaik. Penelitian tahap kedua bertujuan mendapatkan kombinasi ukuran partikel dan proporsi daun kenikir yang ditambahkan dengan rumput laut Gracilaria gigas untuk memperoleh nori dengan karakteristik terbaik, serta membandingkannya dengan produk nori komersial terbaik. Hasil penelitian tahap pertama mendapatkan nori komersil asal Singapura “Seasoned seaweed” sebagai nori komersial terbaik dengan kadar air 7,37%, kadar abu 9,64%, kadar lemak 0,39%, kadar protein 29,37% dan kadar karbohidrat sebesar 49,77%. Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan perlakuan penyaringan ukuran 60 mesh dan konsentrasi daun kenikir 5% menghasilkan nori Gracilaria gigas terbaik. Diperoleh kadar air 11,04%, kadar abu 6,77%, kadar protein 22,44%, kadar lemak 0,85%, karbohidrat 58,91%, serat kasar 9,41%, dan aktivitas antioksidan IC50 38,796 mg AAE/g. Sedangkan karakteristik fisik diperoleh ketebalan 0,11 mm, kuat tarik 11,23N, elongasi 0,65 cm, warna L 42,0, warna a -0,20 dan warna b 4,3. Hasil sensori menggunakan RATA (Rate All That Apply) dengan 100 panelis konsumen menunjukkan nori Gracilaria gigas tidak berbeda dengan nori komersil dan dapat diterima konsumen

    Identifikasi Kandungan Boraks pada Ikan Asin di Pasar Wilayah Kabupaten Pasuruan

    No full text
    Ikan asin merupakan proses pengawetan secara tradisional. Pengolahan ikan asin bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan. Proses pengawetan ini dilakukan agar ikan dapat bertahan lama. Meskipun telah dilakukan proses pengawetan, masih terdapat mikroorganisme pada ikan asin. Tak sedikit pembuat ikan asin yang menambahkan zat aditif berbahaya seperti boraks agar ikan asin lebih awet. Dikarenakan banyaknya pembuat ikan asin di wilayah Pasuruan, maka penulis tertarik untuk mengetahui ada atau tidaknya ikan asin mengandung boraks di wilayah pasuruan. Beberapa metode pengujian yang digunakan antara lain, uji boraks, dan uji kadar air. Hasil data dianalisis secara deskriptif dan diolah secara manual dengan memasukkan data ke dalam tabel deskriptif. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari lima pasar yang telah dilakukan penelitian, semua sampel ikan asin negatif mengandung boraks. Ikan asin memiliki kandungan air yang beragam. Dengan kadar air rata-rata tertinggi sebesar 10,60% berasal dari pasar Purwosari dan kadar air rata-rata terendah sebesar 6,33% berasal dari pasar Nguling

    Pendampingan Masyarakat Di Desa Panditan Dalam Memanfaatkan Kotoran Sapi Menjadi Pupuk Bokashi

    No full text
    Usaha Peternakan sapi di Kabupaten Pasuruan semakin pesat perkembangannya, salah satunya di desa panditan. Limbah peternakan merupakan produk dari usaha peternakan, yang keberadaannya tidak dikehendaki sehingga harus dibuang. Limbah peternakan terdiri dari banyak jenis sesuai ternak yang menghasilkannya. Usaha budidaya ternak (sapi) menghasilkan limbah berupa kotoran ternak (feces, urine), sisa pakan ternak seperti potongan rumput, jerami, dedaunan, dedak, konsentrat dan sejenisnya. Setiap harinya, seekor sapi menghasilkan kotoran 10-15 kg. Permasalahan dari kurangnya pemanfaatan limbah kotoran sapi dapat dilihat dari banyaknya limbah yang hanya dibuang ke sungai, dibakar, atau di biarkan menggunung. Dari permasalahan tersebut dilakukan pengolahan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik bokashi. Selain dapat meminimalisir dampak akibat limbah kotoran sapi, pupuk organik bokashi menjadikan nilai tambah karena memiliki nilai ekonomis serta mendukung kegiatan pertanian untuk mengembalikan kesuburan lahan di desa Panditan. Berangkat dari rasa keperdulian dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat maka team dosen Program Studi Teknologi Hasil Petanian ITSNU Pasuruan mengadakan program pembinaan dan pelatihan pembuatan pupuk bokashi. Metode pengabdian yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah dan praktek pembuatan pupuk bokashi. Hasil dari program ini adalah animo yang ditunjukkan oleh masyarakat pada saat kegiatan pembinaan berlangsung memperlihatkan ketertarikan yang tinggi terhadap kegiatan pembuatan pupuk bokashi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di desa Panditan
    corecore