12 research outputs found

    Pengembangan Perkebunan Kopi Berbasis Inovasi di Lahan Kering Masam

    Full text link
    Sumbangan usaha tani kopi terhadap kegiatan ekonomi penduduk tidak terbatas pada produksi kopi semata, tetapi juga lapangan pekerjaan di sektor perdagangan dan jasa. Kopi umumnya dibudidayakan dalam skala kecil. Namun, lahan untuk usaha komoditas perkebunan umumnya berupa lahan kering masam sehingga produktivitas tanaman rendah. Hal ini karena lahan kering masam mengandung Al tinggi yang dapat meracuni tanaman dan mengganggu penyerapan hara, miskin hara terutama N, P, K, Ca, dan Mg, miskin bahan organik, dan miskin mikroba tanah sehingga kurang subur. Oleh karena itu, penggunaan lahan kering masam untuk usaha pertanian perlu didukung teknologi pengelolaan sumber daya lahan seperti benih unggul toleran tanah masam, pemupukan berimbang, serta konservasi tanah dan air untuk lahan berlereng. Inovasi teknologi untuk komoditas perkebunan di lahan kering masam sudah tersedia. Agar teknologi tersebut dapat diterapkan di lapangan telah disusun suatu model yang terdiri atas empat kegiatan, yaitu (1) konservasi, yaitu pengembangan agribisnis kopi dalam perspektif konservasi lahan dan agroforestri, (2) perbaikan teknik budi daya melalui peremajaan dengan klon-klon unggul yang didukung kebun entres, (3) penanganan pascapanen untuk meningkatkan kualitas biji kopi, dan (4) penguatan kelembagaan petani melalui peningkatan dinamika kelembagaan petani yang berorientasi usaha tani kopi berbasis konservasi

    Model Percepatan Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Lebak Berbasis Inovasi

    Full text link
    Pembangunan pertanian menghadapi tantangan yang semakin kompleks terkait dengan Perubahan iklim, keterbatasan dan degradasi sumber daya alam, serta isu perdagangan global. Ketersediaan lahan subur makin berkurang akibat alih fungsi lahan, di sisi lain permintaan komoditas pangan terutama beras makin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pen-duduk. Oleh karena itu, upaya peningkatan produksi pangan ke depan diarahkan pada lahan suboptimal termasuk lahan rawa lebak. Pengembangan lahan rawa lebak untuk pertanian memer-lukan teknologi pengelolaan lahan dan air serta teknologi budi daya yang sesuai untuk memperoleh hasil yang optimal, selain kondisi sosial ekonomi masyarakat, kelembagan, dan prasarana yang memadai. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan teknologi spesifik lokasi yang layak dikembangkan di lahan rawa dengan sasaran akhir konservasi dan peningkatan produksi komoditas pertanian. Pengembangan lahan rawa lebak dila-kukan melalui empat subsistem, yaitu subsistem pengembangan lahan, budi daya, mekanisasi dan pascapanen, serta kelemba-gaan. Inovasi pertanian bisa dijadikan landasan bagi pengem-bangan model-model percepatan pembangunan pertanian di lahan rawa lebak. Peran aktif institusi terkait diperlukan sejak awal untuk mempermudah perencanaan dan pelaksanaannya

    Mekanisasi Pertanian Dalam Perspektif Pengembangan Bahan Bakar Nabati Di Indonesia

    Full text link
    Perspective Agriculture Mechanization in Relation to Bio fuel Development in IndonesiaThe price and demand of energy and food has been increase faster. Potential shortage of fossil fuel became a serious problem in developing agriculture mechanization. Therefore, bio fuel is an alternative way to solve the problem. Bio energy can be produced in solid, gas or liquid form. However, the liquid form is the most easy to be used. Indonesia has around 22.4 million ha of land to grow up bio fuel crops. 7.1 million ha for seasonal crops and 15.3 million ha for annual crops. Potential of energy of biomass from agriculture is around 360.99 million GJ. Biomass can be converted to be liquid bio fuel. This namely technology for second generation bio fuel or biomass to liquid process. Biomass can also be bended to be biogas by using anaerob digestation reactor. Biogas can be used to operate drier machine in villages. To overcome fossil fuel scarcity problem in the future, agriculture mechanization development should be consider bio fuel as an alternative energy source. Research of agriculture mechanization, then should be directed to the machines that can be operated using bio fuel and other biomas energy

    Penerapan Model Kelambatan Waktu dalam Penelitian dan Perencanaan Pertanian

    Full text link

    Studi Perkembangan Dan Sitopatologi Eimeria Tenella Pada Membranchorioallantois

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dari siklus hidup Eimeria tenella gambaran histopatologik membran chorioallontois sebagai akibat infeksi sporosista dan oosista Eimeria tenella, untuk mengetahui kemungkinan penggunaan membran chorioallantois sebagai medium k-ultur Eimeria tenella. Penelitian ini menggunakan 50 butir telur ayam berembrio umur 10 hari yang dibagi ke dalam 5 kelompok, masing-masing 10 butir. Kelompok 1, telur diinfeksi dengan 5.000 oosista, kelompok II diinfeksi dengan 10.000 oosista, kelompok 111 diinfeksi dengan 25.000 sporosista, kelompok IV diinfeksi dengan 50.000 sporosista dan kelompok V diperlukan sebagai kontrol. Telur-telur tersebut diinkubasi pada suhu 41°C selama 6 hari. Mulai hari ke 2 setelah infeksi, dua telur dad masing-masing kelompok diperiksa dengan membuka kerabangnya, membran chorioallantois diamati untuk melihat Perubahan makroskopik dan histologik. Hasil yang didapat adalah kelompok I dan II tidak ada perbedaan dan oosista tidak berkembang bahkan mengalami nekrosis. Kelompok III dan /V menunjukkan perkembangan di dalam membran chorioallantois, hari ke 2 setelah infeksi sel epitel membesar dan terisi oleh sporozoit, hari ke 3 setelah infeksi sudah ada skizon generasi I, hari ke 4 setelah infeksi sel-sel epitel membesar dan ada stadium makrogamet, skizon generasi II dan zigot, dan had ke 5 setelah infeksi sudah terdapat stadium oosista. Inokulasi sporosista Eimeria tenella pada membran chorioallantois dapat berkembang menjadi stadium berikutnya, sedang inokulasi oosista Eimeria tenella pada membran chorioallantois tidak menunjukkan perkembangan. Membran chorioallantois dapat digunakan sebagai medium kultur Eimeria tenella

    PERTANIAN BIOINDUSTRI : Dari Biomasa Untuk Pertanian Sampai Keperluan Bioavtur/Jet-Fuel Pesawat Udara

    Full text link
    Indonesian agriculture naturally is tropical agriculture with the highest effectiveness in harvesting of solar energy. Agricultural is also a producer and user of biomass, both for fertilizer, feed and bioenergy including bioenergy for mechanization of agricultural systems. Use of biological resources in agriculture increasingly directed to be smart agriculture by utilizing biomass so that the biomass production cycle in agricultural land is continuing. On the other hand, agriculture increasingly required to support other sectors including energy both for agriculture itself and transportation sector such as bioavtur for airplanes. Increasingly the important role of agricultural biomass has prompted researchers to develop research program, besides improving plant productivity, also began to create grand-scenarios so that plants also can produce biomass in large numbers and functional. Rice plants are no longer expected to only produce large numbers of grain, but also enable to produce more straw with low lignin content, as well as producing an easy-fermented hay for animal feeding, easily separating lignin and cellulose, and easily producing bioethanol from rice straw using a second generation biofuel technologies. Ongoing research, testing and utilization of agricultural biomass to produce bioavtur or jet fuel is now to be one of the top priority in the world. The technology already exists and has been tried, and one of them is Hefa-SPK technology (Hydroprocessed Esters and Fatty Acids- Synthesis Paraffin Kerosene). Flight test has also been carried out several times by several airlines, and the results are very satisfactory. Consequently, agriculture is no longer merely produce primary products (food, feed) but must be repositioning to be a source of bioenergy and also a producer of other bio-products. In other words, in the future, agriculture must be developed to be bioindustry agriculture, both to meet the needs of the farm itself and to meet the needs of other industrial sectors

    Review Trickle Irrigation Application in Groundwater Irrigation Schemes

    Full text link
    The Government of Indonesia has developed groundwater irrigation schemes in some province e.g. East Java, Central Java, Yogyakarta, Wast Java, Bali, West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara. However, not all regions were able to optimally utilize it. The irrigation effeciency of groundwater irrigation scheme was about 59%, whe;; the wells-pumping efficiencies were varied from 28 to 98 %. In thefuture, the irrigation effieciency should be increased to anticipate water deficit during dry season. The application of trickle irrigation in Indonesia has not been widely developed. Although trickle system has been used, however, it is still limited for few commercial agribusinesses. Trickle irrigation systems have a prospect to be developed in some regions having limited water resources. For preliminary stage, the systems could be applied in groundwater irrigation schemes that have been developed either by farmers or government
    corecore