1,833 research outputs found

    Passive geodetic satellite canister assemblies

    Get PDF
    Passive geodetic satellite /PAGEOS/ canister assemblie

    SYSTEMS ANALYSIS OF LIVESTOCK WASTE MANAGEMENT: A STUDY OF LARGE-SCALE DAIRYING

    Get PDF
    The analytical approach to studying waste management is investigated here in the context of large scale dairying. The typical short-run approach that regards waste management as separable from primary production is contrasted with a longer-run systems approach in which waste management is regarded as an interdependent stage of production. Failure to consider interdependencies between waste management and agricultural production could compromise potential efficiencies in the overall system. Furthermore, cooperative waste treatment and disposal among livestock producers may contribute to greater efficiency and afford opportunities for resource conservation and recovery through waste utilization.Environmental Economics and Policy, Livestock Production/Industries,

    ISOLATION OF COMMON CARP b-ACTIN PROMOTER

    Get PDF
    Promoter in the transgene construct plays an importantrole on regulating of transgene expression levelin transgenic fish. In fish transgenesis, researcherconvinced that use all-fish promoter more safetyand prospective. This study was performed to isolateâ-actin promoter, - the promoter which has ubiquitous,constitutive, house keeping characteristics, fromcommon carp. -actin promoter from common carp(ccBA) was isolated using PCR method with FBP1,RBP1 and RBP2 primers. Sequencing was performedusing ABI PRISM 3100 machine and analysis ofsequences was conducted using GENETYX version 7software. The results of sequence analysis showed thatthe length of DNA fragment obtained approximately1,5 kb and containing the evolutionary conservedsequences of transcription factor for â-actin promoterincluding CCAT, CArG and TATA box. The resultsdemonstrated that isolated sequence was a commoncarp â-actin promoter.Key words: Homologous promoter, GFP, carp transgeni

    Development of an embedded Fabry Perot Fiber Optic Strain Rosette Sensor (FP-FOSRS)

    Get PDF
    We investigate the feasibility of utilizing a Fabry-Perot Fiber Optic Strain Rosette Sensor (FP-FOSRS) for the evaluation of the internal strain state of a material system. We briefly describe the manufacturing process for this sensor and point out some potential problem areas. Results of an embedded FP-FOSRS in an epoxy matrix with external resistance strain gauges applied for comparative purposes are presented. We show that the internal and external strain measurements are in close agreement. This work lays the foundation for embedding this sensor in actual composite laminas

    Growth in Nursery and Grow-out Phases of White Shrimp After Immersed in Recombinant Giant Grouper Growth Hormone

    Full text link
    The growth of white shrimp (Litopenaeus vannamei) can be improved by using recombinant fish growth hormone through immersion. This research was performed to evaluate the white shrimp growth at nursery and grow-out phases after recombinant giant grouper growth hormone (rElGH) immersion. Shrimp were immersed at different stages in one liter seawater containing 15 mg rElGH for two hours. At the nursery stage 30,000 PL4 that previously immersed at nauplius stage (treatment A1), at PL4 (treatment B1) and control without rElGH immersion (K1) were reared in fiber tanks containing 750 L seawater for 8 days. At the grow-out phase, 100 PL11 that have been immersed in rElGH solution at nauplius stage (treatment A2), at PL4 (B2), PL11 (C2) and control without rElGH immersion (K2) were separately reared in fiber tanks containing 750 L seawater for 55 days. Each treatment consisted of three replications. The results showed that at the end of the nursery phase, B1 treatment increased 19% of body length, 30.2% of the body weight and decreased the coefficient of length variation 34.9% compared to control K1 (P<0.05). At the grow-out phase, C2 treatment enhanced 38.2% of body weight and 32% of biomass compared with control K2 (P<0.05). Thus, hatchery is better to immerse PL4, and the farmer should used rElGH-immersed PL11 for growing-out

    Ikan Pelangi Iriatherina Werneri (Meiken, 1974) dengan Hormon Estradiol-17β

    Full text link
    Pembetinaan ikan pelangi (Iriatherina werneri) adalah langkah awal untuk mendapatkan individu betina fungsional (XY). Jika individu betina fungsional ini dikawinkan dengan jantan normal (XY) akan menghasilkan individu ikan jantan super (YY). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi optimum dosis dan lama perendaman yang berbeda untuk pembetinaan ikan pelangi dengan menggunakan hormon estradiol-17β yang dirancang menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial yang terdiri atas faktor dosis dan lama perendaman masing-masing diulang tiga kali kemudian data dianalisis secara statistik (ANOVA). Telur ikan pelangi stadia embrio bintik mata direndam dalam larutan estradiol-17β dosis 0, 200, 400 dan 600 μg L-1 selama 6, 12, dan 18 jam, kemudian larva dipelihara selama 70 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan estradiol-17β dapat meningkatkan persentase betina; dosis 400 dan 600 μg L-1 selama 6 dan 12 jam meningkatkan persentase betina secara nyata (p0,05)

    Tingkah Laku Memijah, Potensi Reproduksi Ikan Betina, dan Optimasi Teknik Pemijahan Ikan Pelangi Iriatherina Werneri Meinken, 1974 [Spawning Behavior, Female Reproductive Potential And Breeding Technique Optimize Of Threadfin Rainbowfish...............

    Full text link
    Informasi reproduksi ikan pelangi Iriatherina werneri pada wadah terkontrol masih sedikit diketahui. Oleh karena itu, diperlukan kajian mengenai tingkah laku memijah, potensi reproduksi ikan betina berdasarkan perbedaan pakan (buatan dan alami), dan optimasi teknik pemijahan. Kajian optimasi pemijahan meliputi pengamatan pengaruh perbedaan sistem pemijahan (massal atau individual), perbedaan rasio kelamin pemijahan jantan : betina (1:1, 1:2, dan 1:3), serta perbedaan ukuran betina (kecil, sedang, dan besar) untuk mendukung kegiatan budi daya. Hasil penelitian menunjukkan bah-wa pemijahan ikan pelangi terjadi pada 13-15 jam sejak pemasangan ikan jantan dan betina yang diawali oleh gerakan ikan jantan mengembangkan dan menguncupkan sirip. Telur yang dikeluarkan pada pemijahan massal berakhir dua jam lebih cepat dibandingkan pemijahan individual dan telur lebih serempak dikeluarkan pagi hari (94,92%). Ikan pelangi merupakan pemijah bertahap yang mampu memijah setiap hari selama 30 hari. Potensi jumlah telur dan larva yang di-hasilkan seekor betina dapat ditingkatkan masing-masing sebanyak empat kali lipat dan 14 kali lipat melalui pemberian pakan alami. Optimasi teknik pemijahan I. werneri dicapai dengan menggunakan sistem massal dengan rasio kelamin 1: 3 dan menggunakan ikan betina berukuran 26,98-35,76 mm

    Kloning Promoter P-actin Ikan Mas, Cyprinus Carpio Lin. 1758 Dan Analisis Fungsionalnya Menggunakan Gen Target Protein Pendaran Hijau (GFP) [P-actin Promoter Cloning of Common Carp, Cyprinus Carpio Lin. 1758 and Its Functional Analysis Using Targeted Green Fluorescent Protein (GFP) Gene]

    Full text link
    Promoter dalam vektor ekspresi berperan penting dalam mengatur ekspresi gen pada ikan transgenik. Dalam transgenesis ikan, peneliti yakin bahwa penggunaan vektor ekspresi semua ikan aman dan prospektif. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi promoter P-aktin, promoter yang memiliki karakteristik ubiquitous, constitutive, house keeping, dari ikan mas sebagai langkah awal untuk mengkonstruksi vektor ekspresi semua ikan mas. Promoter P-aktin ikan mas (ccBA) diisolasi menggunakan metode PCR dengan primer FBP1, RBP1, dan RBP2. Sequensing dilakukan dengan menggunakan mesin ABI PRISM 3100, dan analisis sekuen dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak GENE-TYX versi 7. Hasil analisis sekuen menunjukkan bahwa panjang fragmen DNA yang diperoleh adalah sekitar 1,5 kb. Hasil homologi dengan sekuen promoter P-aktin dari pangkalan data bank gen (No. Aksesi: M24113) adalah sebesar 97,5%. Faktor transkripsi yang tetap secara evolusioner untuk promoter P-aktin promoter termasuk CCAT, CArG, dan boks TATA ditemukan dalam sekuen. Ubiquitous dan ekspresi tertinggi protein pendaran hijau (GFP) dikendalikan oleh promoter ccBA dalam otot larva ikan mas yang dideteksi. Dengan demikian, kemungkinan besar bahwa sekuen yang terisolasi adalah promoter P-aktin ikan mas
    corecore