15 research outputs found

    HOUSING CHARACTER IN THE BORDER BEACH AREA OF CAMBAYYA

    Get PDF
    Cambayya is one of the areas in the Makassar city that has slum dwellings located on the water. The houses appears sporadically due to various community problems, such as the high price of land in the Makassar city and difficult to reach by the lower classes and the desire to live near the workplace. As a result, people are looking for low-cost dwellings, although not for rationing, poor sanitation conditions, and lacking facilities and infrastructure. The purpose of this research is to know the physical and non physical character of the residence located in the area starting directly adjacent to the water body up to  the Barukang road. The method used is the mix use method. In the housing study is divided into 3 zones, The first zone is in the dwelling above the water body, the 2nd zone in the dwelling above the coastal border and, the 3rd zone is in the dormitory adjacent to the main road of the area. The data is collected through the results of field observations in depth on the physical condition of the dwelling and the community. Medium data are measured through closed questionnaires submitted randomly to communities in each zone. The result obtained is the occupancy in each zone is different because of the influence of occupation, land ownership, and location of establishment

    PERMUKIMAN YANG AKOMODATIF DI WILAYAH PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KREATIFITAS DAN PRODUKTIFITAS NELAYAN (Studi Kasus Pesisir Jasirah Selatan. Sulawesi Selatan)

    Get PDF
    Permukiman yang akomodatif adalah hal penting yang dibutuhkan oleh nelayan dalam meningkatkan kesejahteraannya, sebab dengan hal tersebut nelayan akan dapat melaksanakan berbagai aktifitas dengan lancar, aman, dan nyaman sehingga kreatifitas dan produktifitas akan meningkat. Berdasarkan hasil penelitian pemukiman nelayan pada beberapa kantong-kantong permukiman permukiman nelayan dijasirah selatan Sulawesi Selatan ditemui jika kondisinya masih kurang akomodatif dalam menjawab berbagai kebutuhan dan aktifitas penghuni. Sehingga terjadi ketidaklancaran, ketidak nyamanan serta ketidak amanan dalam beraktifitas. Karena itu dibutuhkan suatu konsep permukiman yang akomodatif bagi nelayan terkait dengan kondisi lingkungan, sosial, budaya, ekonomi dan kepercayaan mereka sehingga hal-hal tersebut dapat dieliminir atau dihilangkan demi terciptanya suatu kondisi yang kondusif yang mampu meningkatkan kreatifitas dan produktifitas penghuni yang berujung kepada peningkatan kesejahteraan. Tujuan adalah untuk melihat bagaimana permukiman nelayan yang ada di daerah pesisir rural akomodatif bagi nelayan terkait dengan kondisi lingkungan, sosial, budaya, ekonomi dan kepercayaan mereka. Metode yang digunakan adalah kualitatif, dimana data-data yang ada, baik data yang diperoleh dari hasil wawancara secara purposive maupun hasil penyebaran kuesioner dikumpul dan dianalisa secara bersama dengan teori/konsep yang mendukung. Berdasarkan hasil penelitian, maka dibutuhkan suatu konsep termukiman yang akomodatif bagi nelayan terkait dengan kondisi lingkungan, sosial, budaya, ekonomi dan kepercayaan mereka sehingga hal-hal tersebut dapat dieliminir atau dihilangkan demi terciptanya suatu kondisi yang kondusif yang mampu meningkatkan kreatifitas dan produktifitas penghuni yang berujung kepada peningkatan kesejahteraan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah permukiman yang akomodatif baik bagi keluarga nelayan maupun bagi lingkungannya yaitu : \ud 1. Akomodatif terhadap pekerjaan masyarakat, maka penempatan lokasi permukiman harus dekat dengan tempat kerja, yang bertujuan untuk memudahan akses dalam pencapaian dari dan ke tempat kerja, kemudahan dalam pengontrolan terhadap keluarga yang berangkat ketempat kerja dan terhadap property. Selain itu menghemat waktu, tenaga dan biaya. Selain lokasi, kehadiran fasilitas-fasilitas penunjang mestilah dapat mengakomodir kebutuhan nelayan. Seperti tempat pelelangan ikan, parkir dan perbaikan perahu, tempat penjemuran atau pemrosesan hasil tangkapan nelayan dan budidaya laut lainnya. Fasilitas-fasilitas penunjang permukiman ini harus disesuaikan jenisnya, jumlahnya, letaknya, luasannya dengan kebutuhan nelayan \ud 2. Akomodatif terhadap kondisi alam (iklim), Maka bentuk permukiman dan rumah harus disesuaikan dengan kondisi iklim local. Untuk rumah maka bentuk yang tepat adalah rumah panggung (tradisional) dengan material serta bukaan-bukaan yang dapat mengalirkan udara dengan baik dair luar ke dalam rumah atau sebaliknya. Menggunakan elemen-elemen rumah tinggal seperti atap yang tinggi dengan sudut kemiringan yang besar serta lobang ventilasi pada atap (susunan timpa laja) untuk mengelimir udara panas di bawah atap demikian pula dengan penggunaan plafon. Bukaan pada dinding yang lebar pada arah tertentu dan pengurangan lebar bukaan pada arah tententu untuk menciptakan kenyamanan dalam ruang. Material yang digunakan untuk dinding dan lantai adalah yang tahan lama namun dapat mengalirkan udara. Selain lain itu hal penting lainnya adalah penggunaan warna, karena warna dapat memberikan pengaruh terhadap kenyamanan penghuni kaitannya dengan radiasi matahari, dengan penggunan warna yang baik maka akan menciptakan kenyamanan ruang yang berkontrubusi teerhadap kebetahan penghuni beraktifitas di dalamnya. Bentuk rumah panggung adalah yang paling sesuai untuk daerah pesisir karena mempunyai keuntungan-keuntungan seperti aman terhadap dan lebih sehat Semenara itu permukiman sebaiknya diarahkan membelakangi laut, karena kondisi iklim.\ud 3. Akomodatif terhadap budaya. Bentuknya mengikuti budaya masyarakat Bugis Makassar dimana rumah mensimbolkan kepercayaan terhadap kosmologi dan falsafah hidup mereka yang bertujuan untuk mendapatkan kemanan, keselamatan, rejeki, dan kesehatan penghuni rumah. selain itu bentuk ini juga mensimbolkan tubuh manusia. Pada permukiman mengikuti budaya masyarakat dimana dibentuk oleh sistem kekeluargaan, keluarga terdekat berada dalam lingkaran terdekat dan semakin jauh semakin berkurang hubungan keluarganya (intimate society). Sistem ini pula membentuk adanya ruang-ruang bersama yang sifatnya semi public dan digunakan oleh keluarga besar atau rumah-rumah yang ada disekitarnya.\ud 4. Akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat akan ruang untuk beraktifitas. Bentuk rumah panggung sangat sesuai untuk hal ini karena bentuknya yang diangkat keatas (berkolong) menyediakan ruang yang lapang dibawahnya selain teduh dan terlindung dari panas dan hujan. juga dapat dikembangkan karena lebih efisien, murah, dan mudah, tidak memerlukan ruang yang luas dan ini sangat sesuai untuk daerah pantai dimana ketersediaan lahan sangat terbatas.\ud 5. Akomodatif terhadap penambahan ruang. Dengan bentuk konstruksi yang menggunakan sistem lobang dan pasak pada sistem sambungan struktur memungkinkan penambahan dapat dilakukan dengan mudah tanpa merusak bagian lainnya. Dengan sistem ini pula mudah untuk membongkar rumah jika ingin dipindah ketempat lain, karena dipermukiman nelayan sering sekali mengalami erosi akibat banjir dan air pasang.\ud 6. Akomodatif terhadap keamanan, baik keamanan lingkungan kampung maupun keluarga. Untuk lingkungan didekati dengan penyediaan pos-pos ronda ditempat-tempat yang stregis, pola jalan yang jalan lurus yang kurang mempunyai percabangan, serta masyarakat yang homogeneus semua ini berkontribusi untuk menciptakan keamanan lingkungan. Untuk unit rumah tinggal didekati dengan penyediaan ruang atau tempat pengontrolan terhadap lingkungan tempat tinggal.\ud 7. Sistem drainase yang harus sesuai terhadap kondisi lingkungan pantai, kondisi masyarakat, ekonomis (terjangkau), dan ramah lingkungan. ada beberapa alternative, bisa dengan cubluk ganda, wc sistem pasang surut, sistem seri, dll. \ud 8. Akomodatif terhadap kemampuan ekonomi. Dengan kondisi ekonomi masyarakat nelayan yang umumnya rendah maka diperlukan rumah yang dapat dibangun secara bertahap, selain itu penggunaan material yang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi. \ud 9. Akomodatif terhadap potensi yang ada baik alam maupun budaya. Mashyarakat dan pemerintah dapat dapat mengembangkan potensi alam dan budaya yang mereka miliki, sehingga mempunyai nilai jual terhadapat kepariwisataan yang sangat baik untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga bagi PEMDA. Selain masyarakat bersangkutan akan mempunyai karakteristik lain yang akan membedakannya dengan kelompok yang lain dan hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri dan identitas diri mereka dan penghargaan dari kelompok lain akan semakin baik. \ud Konsep yang akomodatif ini akan menyebakan penghuni akan betah berada di dalamnya, dengan suasana yang nyaman, aman. Suasana yang demikian akan dapat meningkatkan kreatifitas dan aktifitas nelayan yang akhirnya akan berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan hidupny

    POLA TATANAN RUANG RUMAH TINGGAL DI PERKOTAAN, SESUAI DENGAN PRINSIP ISLAM

    Get PDF
    Pola Tatanan Ruang Rumah Tinggal Di Perkotaan, Sesuai Dengan Prinsip IslamBangunan rumah merupakan salah satu bentuk arsitektur yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Arsitektur hunian atau rumah tinggal merupakan kebutuhan manusia serta ekspresi dan perwujudan dari makna fungsi, perilaku dan struktur ide dari penghuninya. Rumah juga dijadikan sebagai sarana perlindungan ketika ada bahaya, hujan, panas dan kedinginan , menjadikannya tempat berkasih sayang keluarga sekaligus sebagai wadah sarana silaturahmi bagi sanak saudara, tetangga dan handai taulan serta juga menjadikannya khusyuk untuk beribadah kepada yang mahakuasa. Rumah yang difungsikan sebagai hunian terdiri dari ruang public, ruang privat, service. Desain pola ruang rumah tinggal secara Islami sebenarnya bukanlah desain yang berkiblat pada arsitektur Arab atau arsitektur Timur Tengah. Prinsip desain Islam lebih ditekankan pada kaidah-kaidah yang tidak bertolak belakang dengan yang telah digariskan/dianjurkan oleh Islam. Permasalahan penelitian ini : Bagaimanakah penataan ruang rumah tinggal sesuai dengan prinsip Islam, apakah pola tatanan ruang rumah tinggal yang sesuai dengan prinsip Islam dapat memberikan kenyamanan kepada penghuninya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif ???eksploratif???. Pola tatanan ruang rumah tinggal seharusnya sebuah ruang yang memiliki manfaat dan dapat digunakan secara maksimal yang memperhatikan unsur estetika dan keindahannya. Dalam prinsip Islam, pola tatanan ruang rumah tinggal sebaiknnya memperhatikan prinsip Dekoratif, prinsip Habluminanas, prinsip Habluminnallah, prinsip Kenyamanan dan Kesehatan

    EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOMPLEKS PERUMAHAN BUMI PERMATA SUDIANG KOTA MAKASSAR

    Get PDF
    -Secara definitif, Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, Ruang Terbuka Hijau di tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lansekap kota. Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya kualitas permukiman di perkotaan bisa dilihat dari kemacetan yang semakin parah, berkembangnya kawasan kumuh yang rentan dengan bencana banjir/longsor serta semakin hilangnya ruang terbuka (Openspace) untuk artikulasi dan kesehatan masyarakat. Sebagai wahana interaksi sosial, ruang terbuka diharapkan dapat mempertautkan seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif deskriptif yang berbasis pada evaluasi terhadap kondisi eksisting dengan menggunakan parameter standar lingkungan dan Permen PU Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan yang kemudian dijadikan dasar justifikasi terhadap terpenuhi atau tidaknya sarana Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada lingkungan perumahan yang menjadi lokasi penelitian

    SISTEM PENERAPAN DAN PENGOLAHAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR

    Get PDF
    -Garbage represent all the form of out of condition goods yielded by a human being. Sum up the resident of Makassar non-stoped to expand from year to year so that garbage problem represent the proper important problem handled better. For that writer do the research of concerning garbage problem in Makassar focussed at garbage volume, basin system, system transportation of garbage, role and also society, institute and governmental and also system that applied in Final Processing of Garbage. This Research represent the field research having the character of qualitative. Result of analysis indicate that Makassar own the complex garbage problem so that needed alternative solution of garbage system. alternative solution of garbage system for garbage volume recommended is applying to depress fast arise the garbage, recommendation of system of basin and transportation assumed according to, recommendation of society role, and also recommend the system applied in final processing of garbage that replec

    IDENTIFIKASI EKOLOGI/LINGKUNGAN TERHADAP PASCA KONSTRUKSI PERUMAHAN (Study Kasus: Perumnas Tamalate, Pao-Pao Permai Makassar)

    Get PDF
    -Perkembangan perumahan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setiap tahunnya. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal dalam melakukan aktifitas sehari-hari atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungannya. Ekologi merupakan sistem keseimbangan dalam kehidupan manusia yang terdiri dari ekonomi, social dan lingkungan. Ekologi lingkungan adalah bagian dari tanah, air dan tanaman. Ekologi lingkungan sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat terhadap ekosistem yang berada di area tempat tinggalnya. Keseimbangan ekologi dan lingkungan diperumahan pada saat pasca konstruksi biasanya tidak diperhatikan lagi oleh penghuni perumahan tersebut. Rumah-rumah yang berada di perumahan luasannya relative kecil (type 21, 36, 45) dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya, sehingga besaran rumah diperluas atau mengalami penambahan ruang di area hijau/sempadan bangunan. Penambahan bagian rumah ini merupakan pasca konstruksi dari pembangunan perumahan yang dikelola pihak pemerintah maupun swasta. Penambahan inilah yang menyebabkan Andal (Analisa Dampak Lingkungan) perumahan-perumahan diperkotaan terabaikan. Ekologi lingkungan diperumahan Perum Perumnas dan perumahan Pao-Pao Permai pasca konstruksi mengalami perubahan yang tidak terkendalikan. Pengendalian aspek ekologi dan lingkungan diperumahan ini dapat ditinjau dari factor alam, iklim, bunyi dan sampah. Tetapi pengendalian ekologi tidak terjadi akibat perbuatan penghuni perumahan itu sendir

    KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH TEPIAN SUNGAI KECAMATAN KOLAKA, SULAWESI TENGGARA

    Get PDF
    -Tumbuhnya kawasan perumahan & permukiman yang kurang layak huni di kawasan tepian sungai, berdampak pada kecenderungan berkembangnya lingkungan kumuh yang tidak sesuai dengan standar permukiman yang sehat. Kondisi sosial ekonomi penduduk yang umumnya berpenghasilan sangat rendah, belum tersedianya sarana dan prasarana umum, serta status tanah yang tidak resmi, menyebabkan semakin kumuhnya permukiman. Jika kondisi tersebut tidak dikendalikan pertumbuhannya, maka kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat akan terus menurun.\ud Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh di tepian sungai, dan; (2) mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya kekumuhan. Penelitian ini menggunakan metode survey, dengan penentuan lingkungan sampel dilakukan secara pusposive sampling. Lokasi penelitian di Kecamatan Kolaka, khususnya di Kelurahan Lamokato. Ukuran sampel sebanyak 30 rumah, yang dipilih secara proporsional dari dua wilayah lingkungan, yaitu pesisir sungai, dan atas sungai.\ud Hasil penelitian menunjukkan secara umum karakteristik perumahan dan permukiman tepian air di Kelurahan Lamokato: (1) kondisi sarana, prasarana & utilitas buruk; (2) tingkat kepadatan bangunan tinggi; (3) kelayakan bangunan rendah. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor ekonomi penduduk yang umumnya adalah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), sehingga motivasi untuk memiliki lingkungan dan rumah yang layak sangat rendah. Dengan demikian identifikasi terhadap karakteristik kawasan permukiman diharapkan dapat menjadi dasar dalam penyusunan rencana tindak dalam proses penyusunan perencanaan dan perumusan pembangunan daerah secara terpadu (komprehensif)

    PERMUKIMAN YANG AKOMODATIF DI WILAYAH PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KREATIFITAS DAN PRODUKTIFITAS NELAYAN (Studi Kasus Pesisir Jasirah Selatan. Sulawesi Selatan)

    Get PDF
    Permukiman yang akomodatif adalah hal penting yang dibutuhkan oleh nelayan dalam meningkatkan kesejahteraannya, sebab dengan hal tersebut nelayan akan dapat melaksanakan berbagai aktifitas dengan lancar, aman, dan nyaman sehingga kreatifitas dan produktifitas akan meningkat. Berdasarkan hasil penelitian pemukiman nelayan pada beberapa kantong-kantong permukiman permukiman nelayan dijasirah selatan Sulawesi Selatan ditemui jika kondisinya masih kurang akomodatif dalam menjawab berbagai kebutuhan dan aktifitas penghuni. Sehingga terjadi ketidaklancaran, ketidak nyamanan serta ketidak amanan dalam beraktifitas. Karena itu dibutuhkan suatu konsep permukiman yang akomodatif bagi nelayan terkait dengan kondisi lingkungan, sosial, budaya, ekonomi dan kepercayaan mereka sehingga hal-hal tersebut dapat dieliminir atau dihilangkan demi terciptanya suatu kondisi yang kondusif yang mampu meningkatkan kreatifitas dan produktifitas penghuni yang berujung kepada peningkatan kesejahteraan. Tujuan adalah untuk melihat bagaimana permukiman nelayan yang ada di daerah pesisir rural akomodatif bagi nelayan terkait dengan kondisi lingkungan, sosial, budaya, ekonomi dan kepercayaan mereka. Metode yang digunakan adalah kualitatif, dimana data-data yang ada, baik data yang diperoleh dari hasil wawancara secara purposive maupun hasil penyebaran kuesioner dikumpul dan dianalisa secara bersama dengan teori/konsep yang mendukung. Berdasarkan hasil penelitian, maka dibutuhkan suatu konsep termukiman yang akomodatif bagi nelayan terkait dengan kondisi lingkungan, sosial, budaya, ekonomi dan kepercayaan mereka sehingga hal-hal tersebut dapat dieliminir atau dihilangkan demi terciptanya suatu kondisi yang kondusif yang mampu meningkatkan kreatifitas dan produktifitas penghuni yang berujung kepada peningkatan kesejahteraan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah permukiman yang akomodatif baik bagi keluarga nelayan maupun bagi lingkungannya yaitu : \ud 1. Akomodatif terhadap pekerjaan masyarakat, maka penempatan lokasi permukiman harus dekat dengan tempat kerja, yang bertujuan untuk memudahan akses dalam pencapaian dari dan ke tempat kerja, kemudahan dalam pengontrolan terhadap keluarga yang berangkat ketempat kerja dan terhadap property. Selain itu menghemat waktu, tenaga dan biaya. Selain lokasi, kehadiran fasilitas-fasilitas penunjang mestilah dapat mengakomodir kebutuhan nelayan. Seperti tempat pelelangan ikan, parkir dan perbaikan perahu, tempat penjemuran atau pemrosesan hasil tangkapan nelayan dan budidaya laut lainnya. Fasilitas-fasilitas penunjang permukiman ini harus disesuaikan jenisnya, jumlahnya, letaknya, luasannya dengan kebutuhan nelayan \ud 2. Akomodatif terhadap kondisi alam (iklim), Maka bentuk permukiman dan rumah harus disesuaikan dengan kondisi iklim local. Untuk rumah maka bentuk yang tepat adalah rumah panggung (tradisional) dengan material serta bukaan-bukaan yang dapat mengalirkan udara dengan baik dair luar ke dalam rumah atau sebaliknya. Menggunakan elemen-elemen rumah tinggal seperti atap yang tinggi dengan sudut kemiringan yang besar serta lobang ventilasi pada atap (susunan timpa laja) untuk mengelimir udara panas di bawah atap demikian pula dengan penggunaan plafon. Bukaan pada dinding yang lebar pada arah tertentu dan pengurangan lebar bukaan pada arah tententu untuk menciptakan kenyamanan dalam ruang. Material yang digunakan untuk dinding dan lantai adalah yang tahan lama namun dapat mengalirkan udara. Selain lain itu hal penting lainnya adalah penggunaan warna, karena warna dapat memberikan pengaruh terhadap kenyamanan penghuni kaitannya dengan radiasi matahari, dengan penggunan warna yang baik maka akan menciptakan kenyamanan ruang yang berkontrubusi teerhadap kebetahan penghuni beraktifitas di dalamnya. Bentuk rumah panggung adalah yang paling sesuai untuk daerah pesisir karena mempunyai keuntungan-keuntungan seperti aman terhadap dan lebih sehat Semenara itu permukiman sebaiknya diarahkan membelakangi laut, karena kondisi iklim.\ud 3. Akomodatif terhadap budaya. Bentuknya mengikuti budaya masyarakat Bugis Makassar dimana rumah mensimbolkan kepercayaan terhadap kosmologi dan falsafah hidup mereka yang bertujuan untuk mendapatkan kemanan, keselamatan, rejeki, dan kesehatan penghuni rumah. selain itu bentuk ini juga mensimbolkan tubuh manusia. Pada permukiman mengikuti budaya masyarakat dimana dibentuk oleh sistem kekeluargaan, keluarga terdekat berada dalam lingkaran terdekat dan semakin jauh semakin berkurang hubungan keluarganya (intimate society). Sistem ini pula membentuk adanya ruang-ruang bersama yang sifatnya semi public dan digunakan oleh keluarga besar atau rumah-rumah yang ada disekitarnya.\ud 4. Akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat akan ruang untuk beraktifitas. Bentuk rumah panggung sangat sesuai untuk hal ini karena bentuknya yang diangkat keatas (berkolong) menyediakan ruang yang lapang dibawahnya selain teduh dan terlindung dari panas dan hujan. juga dapat dikembangkan karena lebih efisien, murah, dan mudah, tidak memerlukan ruang yang luas dan ini sangat sesuai untuk daerah pantai dimana ketersediaan lahan sangat terbatas.\ud 5. Akomodatif terhadap penambahan ruang. Dengan bentuk konstruksi yang menggunakan sistem lobang dan pasak pada sistem sambungan struktur memungkinkan penambahan dapat dilakukan dengan mudah tanpa merusak bagian lainnya. Dengan sistem ini pula mudah untuk membongkar rumah jika ingin dipindah ketempat lain, karena dipermukiman nelayan sering sekali mengalami erosi akibat banjir dan air pasang.\ud 6. Akomodatif terhadap keamanan, baik keamanan lingkungan kampung maupun keluarga. Untuk lingkungan didekati dengan penyediaan pos-pos ronda ditempat-tempat yang stregis, pola jalan yang jalan lurus yang kurang mempunyai percabangan, serta masyarakat yang homogeneus semua ini berkontribusi untuk menciptakan keamanan lingkungan. Untuk unit rumah tinggal didekati dengan penyediaan ruang atau tempat pengontrolan terhadap lingkungan tempat tinggal.\ud 7. Sistem drainase yang harus sesuai terhadap kondisi lingkungan pantai, kondisi masyarakat, ekonomis (terjangkau), dan ramah lingkungan. ada beberapa alternative, bisa dengan cubluk ganda, wc sistem pasang surut, sistem seri, dll. \ud 8. Akomodatif terhadap kemampuan ekonomi. Dengan kondisi ekonomi masyarakat nelayan yang umumnya rendah maka diperlukan rumah yang dapat dibangun secara bertahap, selain itu penggunaan material yang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi. \ud 9. Akomodatif terhadap potensi yang ada baik alam maupun budaya. Mashyarakat dan pemerintah dapat dapat mengembangkan potensi alam dan budaya yang mereka miliki, sehingga mempunyai nilai jual terhadapat kepariwisataan yang sangat baik untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga bagi PEMDA. Selain masyarakat bersangkutan akan mempunyai karakteristik lain yang akan membedakannya dengan kelompok yang lain dan hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri dan identitas diri mereka dan penghargaan dari kelompok lain akan semakin baik. \ud Konsep yang akomodatif ini akan menyebakan penghuni akan betah berada di dalamnya, dengan suasana yang nyaman, aman. Suasana yang demikian akan dapat meningkatkan kreatifitas dan aktifitas nelayan yang akhirnya akan berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan hidupny

    MODEL RUMAH DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN LAYAK HUNI DAN TAHAN BENCANA

    Get PDF
    This paper aims to develop a model for disaster-responsive spatial and architectural design. Saugi Island is a small island inhabited in Pangkep District of South Sulawesi. The population is dominated by fishermen community with a population density of ?? 129 inhabitants/ha, and the current island area today is 3.2 hectares. Considering of determining location of the island's research is based on the vulnerability of housing and settlements due to high levels of abrasion, as well as the vulnerability of the ecological carrying capacity due to the intensity of economic activity population. Saugi Island potentially exposed to natural disasters like the blows of waves and storms, and rising sea levels. The end-product of this research is model for disaster-responsive spatial and architectural design. The building design model should rely on structural and material strengthening to counteract building damage

    MODEL TATA BANGUNAN & LINGKUNGAN DI PULAU KECIL BERBASIS MITIGASI BENCANA (Kasus Pulau Saugi, Kabupaten Pangkajene & Kepulauan)

    Get PDF
    Tingginya tingkat kerentanan pulau-pulau kecil di Indonesia terhadap bencana akibat perubahan iklim, berdampak pada kenaikan permukaan air laut, kenaikan curah hujan, dan kenaikan suhu. Hal tersebut mempengaruhi sektor kehidupan masyarakat di pulau kecil, antara lain sektor permukiman, ekonomi, pertanian, pariwisata, dll. Penelitian ini berfokus pada mitigasi bencana di pulau kecil ditinjau dari perspektif arsitektur tata bangunan & lingkungan dalam menghadapi risiko bencana. Dampak bencana terhadap masyarakat dapat dicegah antara lain dengan melakukan penataan bangunan & lingkungan, disertai upaya rekayasa teknologi. Penataan ruang untuk mitigasi bencana dilakukan dengan menyesuaikan struktur dan pola pemanfaatan ruang dengan tingkat kerentanan wilayah terhadap berbagai bentuk kejadian alam yang berpotensi terjadi
    corecore