50 research outputs found

    Peran Financial Technology terhadap Perkembangan Akuntansi Syariah

    Get PDF
    ABSTRAKFintech menyediakan platform teknologi yang memungkinkan pelaku ekonomi syariah untuk melakukan transaksi keuangan secara digital dengan lebih efisien dan efektif. Dalam hal akuntansi syariah, fintech dapat membantu dengan menyediakan aplikasi yang dapat memfasilitasi pencatatan transaksi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, fintech juga dapat membantu dalam mengembangkan produk keuangan syariah seperti asuransi dan pembiayaan.Fintech juga memungkinkan adanya transparansi yang lebih besar dalam akuntansi syariah karena transaksi dapat dilakukan secara online dan dapat dilacak dengan mudah. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap keuangan syariah. Namun, dengan adanya fintech, dibutuhkan pengaturan yang lebih ketat untuk memastikan keamanan dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, pengawasan dan regulasi yang tepat dari pihak berwenang diperlukan untuk memastikan bahwa fintech tidak melanggar prinsip-prinsip syariah dan dapat berkontribusi secara positif dalam perkembangan akuntansi syariah.Kata Kunci: Financhial Techcnology, Akuntansi Syaria

    Pemanfaatan Jerami Padi (Oryza Sativa L.) Sebagai Bahan Baku Dalam Pembuatan CMC (Carboximetil Cellulose)

    Get PDF
    Rice straw is a waste from rice plants that contains 37.71% cellulose, 21.99% hemicellulose, and 16.62% lignin. High cellulose content in rice straw can be used as raw material for the manufacture of Carboxymethyl Cellulose (CMC). CMC is a cellulose derivative widely used in food, pharmaceutical, detergent, textile and cosmetic products industries as a thickener, stabilizer of emulsions, or suspensions and bonding. This study aims to process rice straw waste into CMC with variations in sodium monochloroacetate of 5,6,7,8 and 9 grams. The method used in this research is by synthesis using 15% NaOH solvent, with a reaction time of 3.5 hours and 5 grams of rice straw. The results showed that the best CMC was obtained at a concentration of 9 grams of sodium monochloroacete with a yield characterization of 94%, pH 6, water content of 13.39%, degree of substitution (Ds) of 0.80, and viscosity of 1.265 cP

    Pengaruh Suhu dan Waktu Pada Pengambilan Minyak Biji Nyamplung Melalui Proses Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut N-Heksan

    Get PDF
    Minyak nyamplung murni (pure plant oil) memiliki karakteristik viskositas dan kadar asam lemak tinggi serta masih mengandung banyak senyawa pengotor yang dapat menurunkan kualitas minyak nyamplung. Ekstraksi minyak nyamplung hingga saat ini dilakukan melalui 3 tahapan proses yang terpisah, yaitu persiapan bahan baku, ekstraksi dan pemurnian minyak. Tujuan dari penelitian ini untuk membuat dan mengetahui banyaknya kualitas minyak nyamplung dengan menggunakan pelarut n-heksane, mengkaji pengaruh suhu dan waktu reaksi terhadap karakteristik minyak nyamplung yang dihasilkan. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya, yang jadi pembeda pada penelitian ini adalah menggunakan bahan berupa biji nyamplung dengan pelarut n- heksane dan aquadest dengan variasi suhu 300C, 400C, 450C, dan 500C dengan waktu 300C, 400C, 450C, dan 500C. Dari hasil penelitian diperoleh uji rendemen tertinggi pada suhu 300C dengan waktu 90 menit sebesar 51,06%. Uji rendemen terendah terdapat pada suhu 500C dalam waktu 180 memit yaitu 38,36%, uji densitas tertinggi didapatkan pada suhu 500 C dalam waktu 90 menit yaitu bernilai 1.10 g/cm3. Uji densitas terendah didapatkan pada suhu 300C dengan waktu 180 menit yaitu 1.02 g/cm3. Viskositas minyak nyamplung yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar 1.04 mPa.s - 1.45 mPa.s. Uji Viskositas tertinggi didapatkan pada suhu 300C dengan waktu 90 menit yaitu bernilai 1.45 mPa.s, Uji Viskositas terendah didapatkan pada suhu 500C yaitu 1.04 mPa.s dengan waktu 180 menit. Uji Komposisi (GC-MS) hasil analisis yang paling baik diperoleh pada suhu 500C dengan waktu 180 menit dengan waktu retensi rentang 12,830 menit ā€“ 28,910 menit

    PENGARUH WAKTU DAN KUAT ARUS PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR BERSIH DENGAN PROSES ELEKTROKOAGULASI

    Get PDF
    Air payau biasa terjadi akibat intrusi air asin ke air tanah. Hal ini karena degradasi lingkungan. Air payau yang mengandung pencemaran logam tingkat tinggi seperti Fe, Cl, Mn, Zn, dll. Air payau juga biasanya memiliki kadar TDS (Total Dissolved Solid), total kesadahan yang tinggi dan nilai pH air payau bersifat asam. Oleh karena itu, air payau harus diolah terlebih dahulu agar layak untuk digunakan sebagai air tawar. Instalasi pengolahan air payau dijalankan berdasarkan elektrokoagulasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menkaji pengaruh waktu dan kuat arus terhadap menetralkan pH, dan menurunkan kadar TDS, total kesadahan dan Mn pada air payau. Parameter yang diuji meliputi pH, TDS, total kesadahan dan Mn menggunakan AAS. Proses elektrokoagulasi menggunakan daya listrik yang mengalir searah dengan elektroda. Reaktor elektrokoagulasi dipasangkan dengan kabel yang dihubungkan ke catu daya kemudian dihubungkan ke arus listrik dengan variasi waktu (20, 50, 80 dan 110 menit) dan variasi arus (1,2 ; 1,6 ; 2 ; 2,2 ; dan 2,6A). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi terbaik penurunan TDSĀ  pada waktu 110 menit dan kuat arus 2,2 A yaitu 940 mg/l, total kesadahan pada waktu 110 menit dan kuat arus 1,6 A yaitu 480 mg/l, dan nilai pH yang terbaik pada waktu 80 menit dan 110 menit dengan kuat arus 0,8 A yaitu 7. Terjadi penurunan pada konsentrasi Mn pada waktu 110 menit dan kuat arus 1,6 A yaitu 0.0124 mg/l dan perubahan warna setelah elektrokoagulasi

    PEMANFAATAN LIMBAH SISIK IKAN MUJAIR SEBAGAI GELATIN MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI

    Get PDF
    Sisik ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan bagian terluar pada tubuh dari ikan mujair jenis ikan air tawar yang terlihat berhelai-helai semacam lapisan kulit keras berbentuk kepingan kecil yang kaku berfungsi sebagai pelindung tubuh,Gelatin merupakan bahan tambah pangan yang digunakan dalam pengental, penstabil makanan. Gelatin merupakan salah satu jenis protein yang berbentuk gel yang didapatkan dari hasil denaturasi kolagen kulit, tulang dan jaringan ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi waktu ekstraksi terhadap kualitas gelatin dari sisik ikan mujair, mengetahui jumlah rendemen tertinggi terhadap kualitas gelatin dari sisik ikan mujair dan mengetahui perbandingan karakteristik gelatin yang diperoleh dari sisik ikan mujair dengan standar gelatin komersial Proses ekstraksi gelatin dari bahan sisik ikan mujair menggunakan asam HCl dengan parameter rendemen, kadar air. Proses perendaman dilakukan variasi 8,10,12,14 dan 16 jam dengan konsentrasiĀ  HCl 4%. Dari hasil penelitian didapatkan nilai produk tertinggi dihasilkan pada waktu Ekstraksi 5 jam dengan waktu perendaman 16 jam sebanyak 0,5356 sedangkan produk terendah pada waktu ekstraksi 7 dengan waktu perendaman 8 jam yaitu 0,2879 dan nilai rendemen tertinggi dihasilkan pada waktu Ekstraksi 5 jam dengan waktu perendaman 16 jam sebanyak 2,67% sedangkan rendemen terendah pada waktu ekstraksi 7 dengan waktu perendaman 8 jam yaitu 1,43%. nilai kadar air tertinggi dihasilkan pada waktu Ekstraksi 5 jam dengan waktu perendaman 16 jam sebanyak 14,95% sedangkan kadar air terendah pada waktu ekstraksi 7 dengan waktu perendaman 8 jam yaitu 8,79%

    Pembuatan Tepung Dari Umbi Gadung (Dioscorea Hispida Dennst) Dengan Perebusan Dan Perendaman Dalam Larutan Kapur

    Get PDF
    Gadung (Dioscorea hispida Dennst) merupakan salah satu umbi - umbian yang berkabohidrat tinggi dan kurang dimanfaatkan karena memiliki racun yaitu sianida. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi proses pengolahan umbi gadung untuk membuat tepung dan untuk menganalisis karakteristik tepung dari umbi gadung. Umbi gadung dibersihkan lalu diparut, kemudian direbus selama 30 menit. Kemudian direndam dengan dengan variasi konsentrasi Ca(OH)2 25%, 30% dan 35% dengan variasi waktu 24 jam, 36 jam, 48 jam dan 60 jam. Tujuan perendaman untuk menghilangkan sianida yang terdapat pada umbi gadung. Kemudian dikeringkan dengan oven, setelah umbi gadung kering lalu dihaluskan. Parameter uji yang dilakukan yaitu Uji Kadar Abu, Kadar Air, Derajat Asam dan Kadar Asam Sianida. Dari hasil analisa yang didapat, Kadar Air dan Kadar abu meningkat seiring meningkatnya Konsentrasi Ca(OH2) dan Waktu perendaman, adapun nilai terbesar terdapat pada konsentrasi 35% dengan waktu perendaman 60 jam dengan Kadar Air dan kadar abu berturut-turut yaitu 12,15% dan 5,12%, sedangkan nilai terendah terdapat pada konsentrasi 25% dengan waktu perendaman 24 jam dengan kadar air dan kadar abu yang dihasilkan sebesar 9,46% dan 2,5%. Untuk hasil analisa Derajat Asam dan Kadar Asam Sianida, seiring meningkatnya Konsentrasi Ca(OH2) dan Waktu perendaman, semakin rendah Derajat asam dan Kadar Asam Sianida yang didapat, adapun nilai terbesar terdapat pada konsentrasi 25% dengan waktu perendaman 24 jam dengan nilai Derajat Asam dan Kadar Asam Sianida berturut-turut yaitu 2,1 ml NaOH/100 g dan 21,6 ppm, sedangkan nilai terendah terdapat pada konsentrasi 35% dengan waktu perendaman 60 jam dengan kadar air dan kadar abu yang dihasilkan sebesar 0,4 ml NaOH/100 g dan 2,5 pp

    PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN SUHU PADA TAHAP DEMINERALISASI UNTUK PEMBUATAN KITOSAN DARI LIMBAH TULANG SOTONG (SEPHIA OFFICINALIS)

    Get PDF
    Kitosan merupakan produk turunan dari polimer kitin, yang sudah mengalami proses deasetilasi. Proses demineralisasi adalah penghilangan kandungan mineral yang terdapat pada tulang sotong. Kandungan mineral dalam tulang sotong adalah CaCO3, mineral yang terkandung dalam tulang sotong ini lebih mudah dipisahkan dibandingkan protein karena mineral hanya terikat secara fisik. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor apa yang mempengaruhi proses pembuatan kitosan dari limbah tulang sotong dengan menggunakan variasi konsentrasi asam sitrat dan suhu pada tahap demineralisasi serta mengkaji karakterisasi apa saja yang terdapat didalam kitosan dari tulang sotong. Uji terhadap kitosan dari limbah tulang sotong ini ialah berupa uji rendemen, uji derajat deasetilasi, uji kelarutan kitosan, uji kadar air dan uji gugus fungsi. Penelitian ini sebelumnya sudah pernah dilakukan menggunakan tulang sotong dengan variasi suhu dan waktu pemanasan deasetilasi sebesar 70Ā°C, 80Ā°C, 90Ā°C, 100Ā°C dan waktu 40 menit, 50 menit, 60 menit , 70 menit, namun pada penelitian ini menggunakan tulang sotong dengan variasi konsentrasi asam sitrat dan suhu pemanasan demineralisasi sebesar 40%, 50%, 60% dan 70% dan suhu 50oC, 60oC, 70oC dan 80oC . Maka didapatkan hasil dari penelitian ini yang terbaik berupa: Rendemen dan kelarutan pada konsentrasi asam sitrat 70% suhu 800C sebesar 47,42% dan 85,33%, Kadar air dan derajat deasetilasi pada konsentrasi asam sitrat 40 % suhu 800C sebesar 9,12% dan 77,34%. Serta gugus fungsi pada konsentrasi asam sitrat 40 % suhu 800C dengan gugus fungsi OH ulur pada puncak bilangan gelombang 3534cm-1 , NH2 ulur pada puncak bilangan gelombang 3356 cm-1, Bilangan gelombang 2989cm-1 memperlihatkan gugus fungsi CH ulur, dan bilangan gelombang 1656cm-1 menunjukan gugus fungsi C=O amida

    PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK DAN LIMBAH AIR CUCIAN BERAS DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR EM4

    Get PDF
    Pupuk cair merupakan pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan bentuk produknya berupa cairan. Pembuatan pupuk organik cair khususnya dari limbah buah-buahan dengan penambahan bioaktivator EM4 (Effective Microorganisme) bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu pembuatan pupuk organik cairĀ  terhadap kandungan Nitrogen (N), Fosfor (P2O5), Kalium (K2O), Kadar Air, warna, pH dan Bau dalam pupuk organik cair, serta membandingkannya dengan baku mutu pupuk organik cair menurut Standar Nasional Indonesia : 19-7030-2015. Penelitian ini sudah pernah dilakukan namun yang menjadi pembeda adalah dari variabelnya, penulis memanfaatkan limbah kulit pisang kepok dan limbah air cucin beras dengan penambahan bioaktivator EM4 menggunakan metode fermentasi dengan memvariasikan waktu fermentasi dan volume dari EM4. Disini penulis membutuhkan 9 reaktor berupa drum plastik tertutup dengan waktu fermentasi berturut-turut 7, 10 dan 13 hari serta variasi EM4 berturut-turut 45, 55, 65 ml. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel terbaik diperoleh pada volume EM4 65 ml, untuk kandungan terbaik dari Nitrogen 1,58% dan Kalium 1,18% terdapat pada hari ke-13, sementara kandungan Fosfor terbaik terdapat pada hari ke-10 yaitu 0,02%, kadar air terendah didapat pada hari ke-13 yaitu 95,5% dan pH tertinggi terdapat pada hari ke-7 yaitu 5,2.Untuk warna yang di analisa dari proses fermentasi awal sampai proses fermentasi berakhir menunjukan adanya perubahan warna dari cokelat ke cokelat kehitaman, begitu juga dengan bau yang mengalami perubahan dari mulai bau bahan baku sampai bau asam yang menyengat
    corecore