7 research outputs found

    Application of Bio-pore Infiltration Hole as an Urban Runoff Management

    Get PDF
    The application of bio-pore infiltration holes (BIH) can be one solution for urban runoff management by reducing surface runoff to the ground. But, the difference in soil types and characteristics could affect the runoff reduction that can be achieved by BIH. This research aims to determine the runoff reduction can be achieved by bio-pore infiltration hole (BIH) from different soil types and conditions. The methods in this study mainly focus on hydraulic conductivity calculations using Porchet method and the implementation of Minister of Environment Regulation Numb. 12/2009 for the BIH installations. Based on the implementation of Minister of Environment Regulation Numb. 12/2009, the required BIHs for the area of 500 m2 are 1,000, both for silt and clay soils. The runoff reductions that can be achieved with the application of BIHs are 38.98 - 95.73% for silt soils and 20.67 - 54.28% for clay soils, depends on the soil condition

    ANALISIS KETERKAITAN KELIMPAHAN MIKROPLASTIK DENGAN KEBERADAAN SAMPAH PLASTIK DI SUNGAI MAHAKAM, KECAMATAN MUARA KAMAN

    Get PDF
    Mikroplastik merupakan partikel plastik berukuran ≤ 5 mm dan temasuk ke dalam limbah berbahaya dikarenakan memiliki sifat persisten, mengandung senyawa kimia toksik, dan bersifat karsinogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara keberadaan sampah plastik dengan kandungan mikroplastik yang terdapat pada air Sungai Mahakam, Kecamatan Muara Kaman. Analisis sampel air dimulai dengan tahap penyaringan awal menggunakan plankton net, sampel kemudian ditambahkan NaCl dan didiamkan selama 12 jam. Setelah 12 jam sampel pada bagian atas wadah diambil dan ditambahkan Fe(II) (0,05 M) dan H2O2 30% dan dipanaskan menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit, sampel kemudian disaring menggunakan kertas saring dan dikeringkan menggunakan oven selama 1 jam untuk selanjutnya diamati menggunakan mikroskop. Sampel kemudian diuji menggunakan FTIR. Sampel sampah diambil mengacu pada metode CSIRO. Sampel sampah yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan kode plastik yang tertera dan dihitung persentasenya. Hasil analisis ditemukan nilai kelimpahan mikroplastik terbesar yakni 14 partikel/L, kemudian uji FTIR menunjukkan pendugaan terdapatnya plastik jenis Nylon dan PTFE. Sampah plastik yang ditemukan didominasi jenis PET, dan korelasi antara keberadaan sampah plastik dengan kelimpahan mikroplastik menunjukan nilai fluktuatif dikarenakan beberapa faktor seperti aktivitas warga sekitar, waktu yang dibutuhkan untuk proses degradasi sampah plastik menjadi mikroplastik, serta persebaran mikroplastik yang dipengaruhi aliran sungai

    ANALISIS TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH PERUMAHAN KECAMATAN MUARA BADAK DIHUBUNGKAN DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENDAPATAN, DAN PERILAKU MASYARAKAT

    Get PDF
    Timbulan sampah akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan komposisi sampah mengalami perubahan setiap tahun akibat adanya perubahan pada pola hidup dan tingkat ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan tingkat pendapatan penduduk terhadap timbulan dan komposisi sampah, mengetahui keterkaitan tingkat pendidikan terhadap perilaku masyarakat dalam mengelola sampah, dan merekomendasikan sistem pengolahan sampah di Kecamatan Muara Badak berdasarkan klasifikasi jenis perumahan dengan pendapatan tinggi, menengah dan rendah. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan cara survei ke lokasi sampling dan didukung oleh kuesioner. Metode pengukuran timbulan dan komposisi sampah mengacu pada SNI 19-3964- 1994. Uji statistik yang digunakan untuk mencari keterkaitan antara variabel yang diamati dalam penelitian ini, yaitu melalui uji Anova one-way dan uji chi-square. Total berat dan volume timbulan sampah Kecamatan Muara Badak dari 3 kategori perumahan adalah sebesar 251,13 kg dan 3170 l dengan komposisi sampah terbesar di adalah sampah organik dengan persentase komposisi sampah sebesar 40,1%. Dari hasil analisis diketahui bahwa tingkat pendapatan tidak mempengaruhi jumlah timbulan sampah, namun dapat mempengaruhi komposisi sampah pada jenis tertentu. Selain itu, tingkat pendidikan juga tidak mempengaruhi perilaku kebiasaan masyarakat dalam mengolah sampah yang mereka hasilkan sehari-hari. Melihat dari jenis komposisi sampah yang paling mendominasi, sistem pengolahan sampah yang dapat direkomendasikan adalah pengomposan sampah berbasis TPS 3R

    Analisis Jaringan Perpipaan Distribusi Air Bersih Menggunakan EPANET 2.0 (Studi Kasus di Kelurahan Harapan Baru, Kota Samarinda)

    Get PDF
    Distribusi air di Kota Samarinda masih belum optimal dikarenakan factor tekanan air di dalam pipa yang rendah pada waktu tertentu dan kehilangan air fisik karena kebocoran. Artikel ini memuat analisis jaringan perpipaan distribusi air bersih di Kelurahan Harapan Baru, Kota Samarinda menggunakan perangkat lunak EPANET 2.0. Hasil simulasi dibandingkan dengan hasil pengukuran tekanan air di lapangan pada kran pelanggan menggunakan manometer. Dari hasil penelitian, diketahui terdapat sebanyak 7 junction yang nilai tekanan airnya di bawah batas minimum kriteria pipa distribusi dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2007 sebesar 0,5 atm, serta sebanyak 11 pipa yang nilai kecepatan aliran airnya di bawah batas minimum kriteria yang sama sebesar 0,3 m/s. Rekomendasi perbaikan jaringan perpipaan distribusi air bersih berupa tekanan minimum sebesar 0,5 bar pada pelanggan dan kontinuitas, yakni perubahan pengaturan tekanan pada valve existing, dan penambahan pompa booster pada beberapa titik. Terdapat perbedaan nilai tekanan air yang cukup signifikan antara hasil simulasi model EPANET dengan pengukuran langsung pada kran pelangga

    PERANCANGAN CASCADE AERATOR UNTUK MENURUNKAN PARAMETER BESI DAN MANGAN DALAM PENGOLAHAN AIR SUMUR

    Get PDF
    Besi dan mangan adalah unsur logam yang umum ditemukan dalam air tanah seperti air sumur. Apabila air sumur tersebut digunakan dalam jangka panjang, dapat menyebabkan berbagai masalah. Kandungan besi dan mangan dalam air sumur dapat diturunkan melalui proses aerasi. Aerasi adalah proses pengontakan air dengan oksigen agar terjadi reaksi oksidasi. Baku mutu besi dan mangan dalam PERMENKES No. 32 Tahun 2017 ialah 1 mg/L dan 0,5 mg/L. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah air sampel yaitu air sumur di Jalan Perjuangan 1, Kelurahan Sempaja Selatan, Kecamatan Samarinda Utara yang mengandung besi 2,3 mg/L dan mangan 0,4 mg/L dengan cascade aerator. Proses aerasi dilakukan dengan debit 0,027 m3 dan waktu detensi 30, 60, dan 90 menit. Adapun kandungan besi dan mangan setelah 30 menit ialah 1,7 mg/L dan 0,09 mg/L, setelah 60 menit sebesar 2,4 mg/L dan 0,07 mg/L, dan setelah 90 menit sebesar 0,4 mg/L dan < 0,02 mg/L. Nilai Dissolved Oxygen (DO) pada waktu detensi 30, 60, dan 90 menit ialah 1,2 mg/L, 1,3 mg/L, dan 1,59 mg/L. Berdasarkan nilai tersebut, dapat diketahui setelah 90 menit kandungan besi dalam air sampel telah memenuhi baku mutu. Efisiensi penyisihan besi dan mangan ialah 82,6% dan 95,5%, sedangkan peningkatan DO sebesar 25,25%

    The Influence of Soil Conditioning on Soil Infiltration Rate in Urban Facilities

    Full text link
    Several attempts have been made to increase the permeable area in the cities, which include the building of green facilities such as parks and urban forests. Since these areas were built with soil compaction, the potential for infiltrating water differs compared with the natural green area. Therefore, this research aims to analyze the influence of soil conditioning on the constant infiltration rate using variables such as soil compaction, texture, and the presence of vegetation cover in urban facilities. The data used were obtained through field infiltration measurement using a single ring infiltrometer. In this research, the analysis carried out includes soil texture, Horton equation, the difference between conditioned soils and control plots, and USDA hydrologic soil classifications. The results showed that all variables (soil compaction, the presence of vegetation cover, and soil texture) have a significant effect on the constant infiltration rate. Based on the soil conditioning, the infiltration rate is increased on the vegetated plots and decreased on the plots with the combination of vegetation and compaction, as well as the compacted plots. Furthermore, the effect of vegetation cover is more significant in silt loam textured soil, while the influence of compaction is more on clay textured soil. The potential constant infiltration rate on the plots of similar characteristics with green urban areas are on K2 and L2 with 2.698 mm/h and 1.525 mm/h, respectively. Therefore, these plots have a moderate runoff potential based on USDA hydrologic soil classification. Keywords: Compaction; Infiltration; Soil conditioning; Urban facilities &nbsp; Copyright (c) 2021 Geosfera Indonesia and Department of Geography Education, University of Jember This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Share A like 4.0 International Licens

    ANALISIS JARINGAN PERPIPAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH (STUDI KASUS: KELURAHAN HARAPAN BARU)

    No full text
    Distribusi air di Kota Samarinda masih belum sepenuhnya optimal dikarenakan beberapa faktor, yakni tekanan air di dalam pipa yang rendah pada waktu tertentu, dan kehilangan air fisik seperti kebocoran, tanpa pengecualian di Kelurahan Harapan Baru. Perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan analisis tersebut ialah EPANET 2.0. Selain itu, dilakukan juga pengukuran tekanan air di lapangan pada kran pelanggan dengan menggunakanmanometer, yang nantinya hasil pengukuran akan dibandingkan dengan hasil simulasi EPANET 2.0. Dari hasil penelitian, diketahui terdapat sebanyak 7 junction yang nilai tekanan airnya di bawah batas minimum kriteria pipa distribusi dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2007 sebesar 0,5 atm, serta sebanyak 11 pipe yang nilai kecepatan aliran airnya di bawah batas minimum kriteria yang sama sebesar 0,3 m/s. Selain itu, terdapat perbedaan nilai tekanan air yang cukup signifikan antara hasil simulasi model EPANET dengan pengukuran langsung pada kran pelanggan. Rekomendasi perbaikan jaringan perpipaan distribusi air bersih di Kelurahan Harapan Baru untuk mengoptimalkan distribusi air bersih dengan menyesuaikan kriteria pipa distribusi dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2007, yakni penggantian pipa-pipa existing sebanyak 41 buah, penggantian valve existing sebanyak 8 buah, pengaturan ulang tekanan valve existing sebanyak 5 buah, dan penambahan pompa pada titik tertentu.Kata kunci: EPANET 2.0; jaringan perpipaan; kebocoran jaringan perpipaan; KelurahanHarapan Baru; PDAM Samarind
    corecore