20 research outputs found

    Ritual Mistis di Dunia Politik: Studi pada Ritual Ngalab Berkah di Gunung Kemukus

    Get PDF
    Mystical rituals are still very thick in people's lives. Even though the times are modern, rituals in the supernatural are still performed. Community life cannot be separated from mystical rituals, which are then manifested in their spiritual practice. In this study presented a mystical ritual performed by pilgrims who Ngalab Berkah on Gunung Kemukus. Theritual Ngalab Berkah will be used as an object of study in relation to contestation in the political world. By using a qualitative approach and descriptive analysis, it was found that theframe Javanese religious and Max Weber's theory regarding charismatic leadership caused mystical rituals to remain in demand among political contestants. The results of mystical rituals in the form of Ngalab Berkah on Gunung Kemukus, make ritual performers get harmonization between macrocosm and microcosms, charisma as a leader, get pulung (kebegjan), and get wisdom and mercy from Prince Samudra. Mystical rituals carried out by pilgrims proved to be a powerful enough path for political contestants to win their contest in the political world

    Pendampingan Pastoral Holistik: Sebuah Usulan Konseptual Pembinaan Warga Gereja

    Get PDF
    Fibry Jati Nugroho, Pastoral Assistance Holistic: A Proposed Conceptual Development Residents Church. A strong church is formed of a strong congregation. Strong congregation obtained from the pastoral care that actively touches the whole life of the churches. The Church should strive to develop a holistic pastoral care to the congregation. Various programs designed to be used to achieve a holistic pastoral care. Multiculture congregation accompanied by multiproblem, requiring pastoral agents set the strategy and create a model to be able to provide a holistic pastoral care services to the citizens of his church. The concept of holistic pastoral care of Howard Clinebell and Totok Wiryasaputra will help create a framework to analyze the development of church people holistically. The theoretical framework will be integrated with pastoral models developed by David Yonggi Cho's Yoido Full Gospel Church. The concept and model of pastoral care holistic support each other as well as a "scalpel" of pastoral care that is geared towards the empowerment of the laity effectiveness and small groups methods. ABSTRAK: Fibry Jati Nugroho,Pendampingan Pastoral Holistik:Sebuah Usulan Konseptual Pembinaan Warga Gereja. Gereja yang kuat terbentuk dari jemaat yang kuat. Jemaat yang kuat didapat dari pendampingan pastoral yang secara aktif menyentuh keseluruhan kehidupan warga gerejanya. Gereja perlu berusaha mengembangkan pendampingan pastoral holistik kepada jemaatnya. Berbagai program yang dirancang digunakan untuk mencapai sebuah pendampingan pastoral holistik. Jemaat yang multikultur disertai dengan multiproblem, mengharuskan para pelaku pastoral mengatur strategi dan menyusun model untuk dapat memberikan pelayanan pendampingan pastoral holistik kepada warga gerejanya. Konsep pendampingan pastoral holistik dari Howard Clinebell dan Totok Wiryasaputra akan membantu menganalisis dalam kerangka membuat pembinaan warga gereja secara holistik. Kerangka teoretis tersebut akan dipadukan dengan model pastoral yang dikembangkan oleh David Yonggi Cho di Yoido Full Gospel Church. Konsep dan model pendampingan pastoral holistik saling menopang serta menjadi pisau bedah dari pendampingan pastoral yang bermuara kepada efektifitas pemberdayaan kaum awam dan metode kelompok kecil.

    Gereja Dan Kemiskinan: Diskursus Peran Gereja Di Tengah Kemiskinan

    Get PDF
    Fibry Jati Nugroho, Church and Poverty: Discourse on the Role of the Church in the Midst of Poverty. The problem of poverty is not only a local problem, but a problem that the world is struggling with. The Church as the Lord's mandate in the middle of the world, is required to play a role in helping the problem of poverty. How naturally does the church play a role in the midst of community poverty? By using descriptive analysis methods, and in conjunction with the thinking of Karl Marx, examine the role of the church in helping to overcome the problem of poverty. The church's calling should be to voice injustice and oppression of poor people's rights. The Church is present to side with the weak, the powerless, the poor, and the marginalized. If the church does not have partiality to the weak, then the presence of the church has no meaning. The church needs to continually offer its prophetic criticism indiscriminately against various abuses of power, the occurrence of injustice, the deprivation of public rights, and the oppressive and impoverishing system of humans. The spirituality and religiosity of the congregation must also come to a social piety, in which the spiritual energy possessed by the congregation is able to encourage concern for various problems in people's lives. Spirituality like this must be a concern of the church in building the life of the church. The cross must be understood as a reflection of the suffering and death of Christ, but at the same time must be able to open the eyes and ears of suffering, misery, and human hope for their dignity and human dignity. That's where the church plays a role. Fibry Jati Nugroho, Gereja dan Kemiskinan: Diskursus Peran Gereja di Tengah Kemiskinan. Permasalahan kemiskinan bukan hanya menjadi masalah lokal, namun menjadi masalah yang digumulkan oleh dunia. Gereja sebagai mandataris Tuhan di tengah dunia, dituntut untuk dapat berperan dalam membantu masalah kemiskinan. Bagaimanakah sewajarnya gereja berperan di tengah kemiskinan masyarakat? Dengan menggunakan metode deskriptif analisis, serta meminjam pemikiran Karl Marx, untuk menelisik peran gereja dalam membantu mengatasi permasalahan kemiskinan. Panggilan gereja yang seharusnya adalah untuk menyuarakan ketidakadilan dan penindasan hak-hak orang mis­kin.  Gereja hadir untuk berpihak kepada yang lemah, tidak ber­daya, miskin, dan yang terpinggirkan. Jika gereja tidak memiliki keperpihakan kepada yang lemah, maka kehadiran gereja tidak memiliki makna. Gereja perlu terus menerus menyu­ara­kan kritik profetisnya tanpa pandang bulu terhadap berbagai penyalah­gunaan kekuasaan, terjadinya ketidakadilan, terampasnya hak-hak masya­rakat, dan terhadap sistim yang menindas serta memiskinkan manusia. Spiritualitas dan religiusitas jemaat juga harus sampai kepada sebuah kesalehan sosial, di mana energi spiritual yang dimiliki jemaat mampu untuk mendorong kepeduliannya akan berbagai persoalan kehidupan masyarakat. Spiritualitas seperti inilah yang harus menjadi perhatian gereja dalam membangun kehidupan jemaat. Salib harus dipahami sebagai refleksi atas penderitaan dan kematian Kristus, namun di saat yang sama pula harus mampu membuka mata dan telinga akan penderitaan, kesengsaraan, dan pengharapan manusia akan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Disitulah gereja berperan

    Penciptaan Ruang Keempat Sebagai Basis Pembinaan Warga Gereja Pribumi Dalam Menggereja Di Jawa

    Get PDF
    The true Church must run of vocation as peacemakers. Peacemaker could do if the Church has become part of the context. If the Church were exiled by the context, it means that there are issues that must be resolved within the Church. Northen Central Java Christian Church (GKJTU), and the same with other churches on the Javanese, experienced alienation from the context. That alienation because there is the question of the identity of a Hybrid Church. To cope with it all the citizens of the Church must be built to move nearing the Javanese culture with the formation of the fourth space as its base. This fourth space is a space to interact back with the Christianity of Javanese culture that's been left behind. The fourth space is the place for contextualize. The formation of this fourth space should be seen from the poskolonial theory is Homi k. Bhabha about third space.  Gereja yang hidup dan benar harus menjalankan panggilannya sebagai pembawa damai. Pembawa damai bisa dilakukan jika Gereja telah menjadi bagian dari konteks. Jika gereja diasingkan oleh konteks itu artinya ada persoalan yang harus diselesaikan di dalam gereja itu. Gereja Kristen Jawa tengah utara (GKJTU), dan sama dengan Gereja lain di Jawa, mengalami keterasingan dari konteks. Keterasingan itu karena ada persoalan identitas Hybrid gereja. Untuk mengatasi hal itu semua warga gereja harus dibina untuk bergerak mendekati budaya Jawa dengan pembentukan ruang keempat sebagai basisnya. Ruang keempat ini adalah ruang untuk berinteraksi kembali kekristenan dengan budaya Jawa yang sudah ditinggalkannya. Pembentukan ruang keempat ini harus dilihat dari teori poskolonial Homi K. Bhabha

    TEOLOGI PENGHORMATAN

    Get PDF
    This paper discusses relating to dialogue between Christianity and the Kembang Kuningan Rite. This rite is in the Polobogo Village area, Getasan District, Semarang Regency. Every month of the Jumadil Akhir in some “punden” (sacred tombs), a ritual is performed as part of the ceremony for the rite. The essence of the series of rituals carried out is to pray for ancestors and ask for blessings and safety for the community. Be unique, when this ritual is performed by church members, who incidentally have a Christian identity, but also have an identity as a citizen of the local community, by using a qualitative approach and descriptive analysis method, and using the analysis of synthesis models. It was found that theology of honor became a meeting point, to dialogue Christian identity with the Kembang Kuningan riteTulisan ini membahas berkaitan dengan dialog antara kekristenan dengan Ritus Kembang Kuningan. Ritus ini ada di wilayah Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Setiap bulan Jumadil Akhir di beberapa punden (makam yang dikeramatkan), dilakukan ritual sebagai bagian upacara pada ritus tersebut. Esensi dari rangkaian ritual yang dilaksanakan yaitu untuk berdoa bagi leluhur serta memohon keberkahan dan keselamatan bagi masyarakat. Menjadi unik, ketika ritual ini dilakukan oleh warga gereja, yang notabene mempunyai identitas Kristen, namun juga mempunyai identitas sebagai warga masyarakat setempat. Dengan memakai pendekatan kualitatif dan metode deskriptif analisis, serta memakai analisis model sintesis. Di dapati bahwa teologi kehormatan menjadi titik temu, untuk mendialogkan identitas kekristenan dengan ritus Kembang Kuningan

    MITIGASI EKOLOGI DI OBYEK WISATA RELIGI GUNUNG KEMUKUS

    Get PDF
    This article discusses the religious tourism object of Gunung Kemukus, located in Sragen Regency, Central Java. The uniqueness of this religious tourism lies in its ritual procedures with the rites of the Tomb of Prince Samudro and the Ontangulan Spring. As crowds of pilgrims and visitors arrive, the impact on changes in the perspective of cultural symbols, including environmental preservation and preservation of cultural rites. By using a qualitative approach, analytical descriptive method and ecological perspective, it was found that the Ontrowulan Spring can be a bridge for environmental preservation efforts, which will have an impact on nature preservation and the convenience of pilgrims performing rituals. Local wisdom in the form of the myth of the Water Spring Ontrowulan has become a symbol in environmental preservation in the Gunung Kemukus region. Efforts to preserve the environment and social environment will have an impact on the preservation of cultural sites on Gunung Kemukus.

    PELATIHAN DAUR ULANG SAMPAH BOTOL PLASTIK DESA MANDALLE BAGI IBU-IBU PKK DAN PEMUDA KARANG TARUNA DI DESA MANDALLE KEC. BAJENG BARAT KAB. GOWA

    Get PDF
    Keberadaan sampah plastik semakin hari semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap air minum mineral. Untuk mengurangi sampah plastik, diperlukan daur ulang agar bernilai manfaat. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara pengelolaan sampah plastik menjadi suatu kreasi yang dapat di daur ulang, dan untuk mengajak masyarakat dalam mengelolah sampah menjadi kreasi yang dapat di daur ulang. Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah ibu-ibu PKK dan pemuda arang taruna. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa kegiatan ceramah dan demonstrasi. Kegiatan ceramah berupa penjelasan tentang sampah, jenis sampah, pengelolalaan sampah, dan 3R (reduce, reuse, recycle). Untuk kegiatan demonstrasi yaitu pengelolaan sampah anorganik menjadi kreasi daur ulang. Pelaksanaan dari kegiatan ini berjalan baik, antusias peserta yang bersemangat mengikuti pelatihan ini. Dalam mengerjakan kegiatan latihan peserta bersemangat mengikutinya. Kegiatan pengabdian secara keseluruhan dapat dikatakan baik dan berhasil, dilihat dari keberhasilan target jumlah peserta pelatihan (100%), 100% peserta hadir dalam kegiatan ini memahami materi yang disampaikan,dan setuju dengan daur ulang sampah anorganik. Sebelum pelatihan lebih 80% peserta kurang paham tentang daur ulang, dan tidak bisa membuat daur ulang sampah anorganik.Kegiatan pengabdian dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang serta memberdayakan mereka dalam pengelolaan sampah anorganik (botol plastik bekas) menjadi aneka kreasi daur ulang (bunga, bros, dan aksesoris lainnya)

    PELATIHAN DAUR ULANG SAMPAH BOTOL PLASTIK DESA MANDALLE BAGI IBU-IBU PKK DAN PEMUDA KARANG TARUNA DI DESA MANDALLE KEC. BAJENG BARAT KAB. GOWA

    Get PDF
    Keberadaan sampah plastik semakin hari semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap air minum mineral. Untuk mengurangi sampah plastik, diperlukan daur ulang agar bernilai manfaat. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara pengelolaan sampah plastik menjadi suatu kreasi yang dapat di daur ulang, dan untuk mengajak masyarakat dalam mengelolah sampah menjadi kreasi yang dapat di daur ulang. Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah ibu-ibu PKK dan pemuda arang taruna. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa kegiatan ceramah dan demonstrasi. Kegiatan ceramah berupa penjelasan tentang sampah, jenis sampah, pengelolalaan sampah, dan 3R (reduce, reuse, recycle). Untuk kegiatan demonstrasi yaitu pengelolaan sampah anorganik menjadi kreasi daur ulang. Pelaksanaan dari kegiatan ini berjalan baik, antusias peserta yang bersemangat mengikuti pelatihan ini. Dalam mengerjakan kegiatan latihan peserta bersemangat mengikutinya. Kegiatan pengabdian secara keseluruhan dapat dikatakan baik dan berhasil, dilihat dari keberhasilan target jumlah peserta pelatihan (100%), 100% peserta hadir dalam kegiatan ini memahami materi yang disampaikan,dan setuju dengan daur ulang sampah anorganik. Sebelum pelatihan lebih 80% peserta kurang paham tentang daur ulang, dan tidak bisa membuat daur ulang sampah anorganik.Kegiatan pengabdian dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang serta memberdayakan mereka dalam pengelolaan sampah anorganik (botol plastik bekas) menjadi aneka kreasi daur ulang (bunga, bros, dan aksesoris lainnya)
    corecore