9 research outputs found

    Relationship of knowledge and attitude with smoking habits at low healthy family index

    Get PDF
    Ā Smoking is one of the habits that are often done by the people of Indonesia. Smoking habits are influenced by several things, such as knowledge and attitudes. Having good knowledge will tend to avoid smoking habits, and having a positive attitude will make someone stop smoking. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitudes toward smoking habits in Tugu District residents with a Low Healthy Family Index. This research is an observational study with a cross-sectional approach carried out in Tugu District with residents with a low Healthy Family Index. The samples used were 81 samples. The analysis used is the Spearman test. The results showed that 34 respondents (42%) had sufficient knowledge, 64 respondents had a negative attitude (79%), 36 respondents were heavy smokers (44.4%), and 45 respondents were moderate smokers (55.6%). The results of the relationship between knowledge and attitudes toward smoking habits are each with p values of 0.000 and 0.005. This study concludes that there is a relationship between knowledge and attitudes toward smoking habits in Tugu District residents with a Low Healthy Family Index.Ā 

    Implementasi Program GERMAS pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Margoyoso II

    Get PDF
    ABSTRAKĀ Pendahuluan: Program GERMAS yang digalakkan pemerintah meliputi kegiatan melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Permasalahan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Margoyoso II adalah tingginya jumlah lansia dan belum ada laporan tentang pelaksanaan program GERMAS pada lansia dengan baik. Meningkatnya jumlah lanjut usia akan menimbulkan masalah kesehatan jika tidak dilakukan upaya pelayanan kesehatan yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan gambaran implementasi program GERMAS pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Margoyoso II.Metode: Penelitian ini dilakukan di Desa Sidomukti wilayah kerja Puskesmas Margoyoso II pada bulan Januari-Februari tahun 2021 menggunakan desain penelitian observasional yang dianalisis secara deskriptif. Populasi adalah lansia di Desa Sidomukti di wilayah kerja Puskesmas Margoyoso II dengan besar sampel 43 orang. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah lansia berumur ā‰„ 60 tahun yang sehat dan kooperatif, serta bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusinya adalah lansia yang mengisi kuesioner tidak lengkap.Ā Hasil: Mayoritas responden sebesar 51,2% sudah cukup baik dalam melakukan aktifitas fisik, 79,1% sudah baik dalam mengonsumsi sayur dan buah, 55,8 %Ā  sudah cukup baik dalam kegiatan memeriksakan kesehatan rutin. 86% tidak merokok, 95,3% tidak mengonsumsi alkohol, 100% telah rutin membersihkan lingkungan, dan 97,7% sudah menggunakan jamban,Kesimpulan: Implementasi Program GERMAS pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Margoyoso II sudah berjalan dengan baik

    HUBUNGAN ANTARA TINGKAT SELF CARE DAN FUNGSI KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP PENYANDANG DISABILITAS FISIK DI SLB N 1 PEMALANG

    Get PDF
    Masalah yang dialami oleh individu disabilitas fisik terutama mengenai efisiensi dan efektifitas dalam mengerjakan aktivitasnya. Kualitas hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh kondisi disabilitas, sehingga memerlukan dukungan, kasih sayang, dan perhatian dari lingkungan terdekat yaitu keluarga. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat self care dan fungsi keluarga dengan kualitas hidup penyandang disabilitas fisik. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel penelitian 50 orang yang dipilih secara proportional stratified random sampling. Data diperoleh dengan cara pengisian kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil analisis uji Chi Square menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat self care dengan kualitas hidup dan fungsi keluarga dengan kualitas hidup penyandang disabilitas fisik secara berturut-turut (p = 0,000; rasio prevalensi = 4,7) dan (p = 0,000; rasio prevalensi = 4,5) dengan p < 0,05. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat self care dan fungsi keluarga terhadap kualitas hidup penyandang disabilitas fisik di SLB N 1 Pemalang. Penyandang disabilitas fisik yang mempunyai ketergantungan total, berat dan sedang memiliki kualitas hidup 4,7 kali lebih buruk dari penyandang disabilitas fisik yang memiliki ketergantungan ringan dan mandiri. Penyandang disabilitas fisik yang memiliki fungsi keluarga tidak sehat dan kurang sehat memiliki kualitas hidup 4,5 kali lebih buruk dari penyandang disabilitas fisik yang memiliki fungsi keluarga seha

    Hubungan Family Support System terhadap Kemandirian Activity Of Daily Living Anak Tunagrahita Di Kota Semarang

    Get PDF
    Latar belakang: Tunagrahita dapat didefinisikan sebagai disabilitas mental karena mempunyai hambatan dalam perkembangan mental, keterbatasan dalam hal intelegensi, bahasa, sosial dan motorik. Peran keluarga diperlukan sebagai support system untuk menanamkan kemandirian dalam memenuhi aktifitas hidupnya untuk mencegah ketergantungan anak tunagrahita sehingga akan mencegah timbulnya berbagai penyakit sejak dini. penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan peran keluarga sebagai support system terhadap aktifitas hidup (ADL) pada anak tunagrahita di kota Semarang.Metode: Penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil memakai Teknik non probabbility sampling dengan consecutive sampling. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan kuesinoer Perceived Social-family Scale dan kuesioner Indeks Barthel. Sampel adalah para murid tunagrahita di SLB Negeri Semarang tahun 2021 sebanyak 50 orang. Teknik analisis data menggunakan uji spearman rank.Hasil: Hasil uji korelasi spearman rank antara variabel Family support system terhadap variabel kemandirian Activity of daily living (ADL) pada anak tunagrahita menunjukan terselip hubungan diantara kedua variabel karena nilai p (<0,05). Hasil koefisien korelasi sebesar 0,854 menandakan korelasi yang sangat kuat diantara kedua variabel.Kesimpulan: Semakin besar family support system akan diikuti peningkatan kemandirian Activity of daily living (ADL) pada anak Tunagrahita di Kota Semarang

    The Effect of Family Social Support and Self Esteem in Improving the Resilience of Tuberculosis Patients

    Get PDF
    An individual's ability to survive determines the success of treatment is called resilience. Family social support and self-esteem are factors that affect resilience and play an important role in the lives of sufferers who are determined to recover. This study aims to find out the relationship of family social support and self-esteem with the resilience of TB sufferers in the working area of Bangetayu Health Center. This research used analytical observational methods with a cross-sectional design, the total sample was 30 respondents with a total sampling technique. The instruments used are medical records, demographic data questionnaires, MSPSS questionnaires, RSES questionnaires, and resilience questionnaires and then data processed with spearman rho tests. Statistical test results found a relationship between family social support and resilience showed a value of Ļ = 0,000 (Ļ ā‰¤ 0,05) and rho (r) = 0,809 which means there is a very strong correlation, as well as a relationship between self-esteem and resilience that shows the value of Ļ = 0,000 (Ļ ā‰¤ 0,05) and rho value (r) = 0,787, then there is a strong correlation between variables and accompanied by a positive pattern. Thus, there is a significant relationship and a positive direction of the relationship. This study shows that the higher the family social support and self-esteem, the higher the resilience of TB sufferers

    HUBUNGAN PERILAKU MENYUSUI BERKAITAN DENGAN KEJADIAN FEEDING DIFFICULTY PADA ANAK USIA 24-36 BULAN DI KELURAHAN KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

    No full text
    Abstrak: Hubungan Perilaku Menyusui Berkaitan dengan Kejadian Feeding Difficulty pada Anak Usia 24-36 Bulan di Kelurahan Kedungmundu Kota Semarang. Feeding difficulty merupakan suatu keadaan diamana anak tidak mampu untuk menolak makanan tertentu dengan macam dan jumlah yang berdasarkan usia anak secara fisiologis. Kesulitan makan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor organik, faktor nutrisi, faktor feeding skills, dan faktor psikososial. Perilaku menyusui ibu berkaitan dengan pemberian ASI, lama menyusui, pemberian ASI eksklusif, dan metode menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan perilaku menyusui dengan kejadian feeding difficulty pada anak usia 24-36 bulan di Kelurahan Kedungmundu Kota Semarang. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 68 responden di kelurahan Kedungmundu menggunakan teknik consecutive sampling. Uji yang digunakan yaitu Chi Square dan Mann Whitney dengan bantuan software komputer.Mayoritas anak mengalami kesulitan makan (86,8%). Hasil uji Chi Square didapatkan ada hubungan antara pemberian ASI hingga 2 tahun (p value 0,034), pemberian ASI eksklusif (P Value 0,034), dan metode menyusui (p value 0,028) dengan kejadian feeding difficulty.Ā  Berdasarkan uji man whitney didapatkan terdapat perbedaan bermakna antara lama menyusui (P Value 0,011) dengan kejadian feeding difficulty di Kelurahan Kedungmudu Kota Semarang. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara perilaku menyusui ibu dengan kejadian feeding difficulty di Kelurahan Kedungmudu Kota Semarang

    HUBUNGAN FAKTOR RIWAYAT MPASI DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR I KABUPATEN DEMAK

    No full text
    Abstrak: Hubungan Faktor Riwayat Mpasi Dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar I Kabupaten Demak. Angka stunting masih menjadi perhatian tinggi di wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar 1 Kabupaten Demak dikarenakan belum tercapainya target yaitu sebesar 2%. Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi stunting pada anak adalah faktor asupan, antara lain ASI dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut terkait riwayat makan yang mempengerahui kejadian dari penderita stunting. Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif deskriptif analitik untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi riwayat MPASI pada penderita stunting di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar I Kabupaten Demak dengan menggunakan data primer yaitu wawancara mendalam. Tekstur, frekuensi MPASI pada anak stunting usia 6-24 bulan pada penelitian ini sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh IDAI. Porsi pemberian MPASI dan komposisi kecukupan gizi pada anak stunting usia 6-24 bulan pada penelitian ini lebih rendah dengan rekomendasi yang diberikan oleh IDAI. Bayi pada informan 4 memiliki angka kecukupan gizi yang lebih rendah dari pada informan 1,2 dan 3. Dan sesuai dengan status gizinya paling pendek dibandingkan 3 informan lainya. Hubungan faktor riwayat MPASI yang mempengaruhi stunting yaitu terdapat pada porsi pemberian makan dan komposisi kecukupan gizi. Dan bayi yang memiliki angka kecukupan gizi rendah terdapat pada informan 4 dibandingkan dengan informan 1,2, dan 3

    HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP DERAJAT KEPATUHAN DIET PASIEN PGK-HD DI RS TUGUREJO SEMARANG

    No full text
    Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronik (PGK) harus mendapatkan terapi Hemodialisis (HD). Angka kejadian malnutrisi pada pasien hemodialisis cukup tinggi. Kondisi malnutrisi dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya, penyebabnya yaitu kurang patuhnya pasien dalam pengaturan gizi hariannya. Penelitian bertujuan menganalisis apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi dan tingkat pendidikan terhadap derajat kepatuhan diet pasien PGK-HD di RS Tugurejo. Metode penelitian ini merupakan observasi analitik mempergunakan pendekatan Cross-sectional. Populasi penelitian adalah pasien aktif PGK-HD di RS. Tugurejo Semarang 2022 yang sesuai kriteria inklusi berjumlah 33 orang dengan Stratified random sampling, diuji statistik dengan Rank Spearman. Hasil uji korelasi diperoleh pengetahuan gizi memiliki arah korelasi negatif dengan Ļ-value 0,475 (Ļ>0,05), dan tingkat pendidikan memiliki arah korelasi negatif dengan Ļ-value 0,200 (Ļ>0,05). Kesimpulan yaitu tidak adanya hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dan tingkat pendidikan terhadap derajat kepatuhan diet pasien PGK-HD di RS Tugurejo. Terdapat faktor-faktor lain yang memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap tingkat kepatuhan gizi pasien-pasien PGK-HD
    corecore