8 research outputs found

    Pendampingan Pelayanan Kesehatan Jiwa Remaja di Pondok Kyai Ageng Fatah Semarang

    Get PDF
    Kesehatan jiwa adalah bagian yg tidak terpisahkan dari kesehatan jasmani dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yg utuh. Masalah emosi dan perilaku pada remaja merupakan masalah kesehatan serius yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Remaja yang mengalami masalah emosi dan perilaku akan menunjukkan tanda-tanda penurunan kualitas hidup. Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap kesehatan jiwa remaja di Ā pondok Kyai Ageng Semarang. Kegiatan dilakukan 2 kali yaitu kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan penyuluhan kesehatan dan kegiatan pendampingan. Hasil pretes sebelum pendidikan kesehatan didapatkan tingkat pengetahuan baik sebanyak 14,28%, cukup 34,28% dan kurang 51,42%. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan terjadi perubahan tingkat pengetahuan remaja yaitu pengetahuan baik 71,42%, cukup 17,14% dan kurang 11,42%. Perubahan yang terjadi pada mitra setelah dilakukannya kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah adanya tambahan pengetahuan remaja mengenai kesehatan mental serta meningkatkan peran serta pendamping santri dalam menjaga remaja dari gangguan mental.Mental health is an inseparable part of physical health and is the main element in supporting the realization of a complete quality of human life. Emotional and behavioral problems in adolescents are serious health problems that cannot be underestimated. Adolescents who experience emotional and behavioral problems will show signs of decreased quality of life. The purpose of this activity is to determine the effect of counseling on adolescent mental health at the Kyai Ageng Pondok Semarang. The activities carried out 2 times were health education activities carried out with health counseling and mentoring activities. The results before health education obtained a good level of knowledge as much as 14.28%, 34.28% enough and 51.42% less. After the health education was carried out, there was a change in knowledge at the adolescent level, namely good knowledge of 71.42%, sufficient 17.14% and less than 11.42%. Changes that occur in partners after community service activities regarding this are additional knowledge about mentality and increasing the participation of students in assisting students from mental disorders

    Hubungan Antara Status Paritas Dengan Derajat Kecemasan Dalam Kehamilan Studi Observasional Analitik di RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang Mei ā€“ Juli 2021

    Get PDF
    AbstrakKecemasan sering kali terjadi selama proses kehamilan, salah satu faktor penyebabterseringnya adalah status paritas ibu. Selain itu terdapat faktor lain yang memberipengaruh kasus kecemasan dalam kehamilan. Kajian ini bertujuan guna mencaritahu hubungan antara status paritas dengan kejadian kecemasan dalam kehamilandi Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Kota Pangkalpinang. Kajian analitisobservasional dengan pendekatan cross sectional menggunakan teknik pengambilannon probability sampling sejumlah 48 responden dan kuesioner Pregnancy RelatedAnxiety Quetionnaire Revised 2 (PRAQ-R2). Pengujian hasil penelitianmenggunakan distribusi frekuensi dan pengujian statistik chi square dengankepercayaan 95% (Ī± = 0,05). Berdasarkan analisis chi square, disimpulkan bahwatidak ada keterkaitan antara status paritas dengan derajat kecemasan dalamkehamilan (p = 0,078), usia ibu (p = 0,793), pekerjaan (p = 0,172), pendidikan (p= 0,113), status sosioekonomi (p = 0,393), usia gestasi (p = 0,519), risiko kehamilan(p = 0,582), dan stresor psikososial (p = 0,794). Hasil kajian ini memperlihatkantidak ada hubungan bermakna antara status paritas, usia ibu, pekerjaan,pendidikan, status sosioekonomi, usia gestasi, risiko kehamilan, dan stresorpsikososial dengan derajat kecemasan dalam kehamilan.Kata Kunci: derajat kecemasan, PRAQ-R2, status parita

    HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA Studi Observasional Analitik pada Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Angkatan 2021

    Get PDF
    Kecemasan merupakan keadaan dimana seseorang merasa gelisah, takut, dan muncul gejala fisik sehingga dapat mengganggu dari aktivitasnya dan dapat memengaruhi pola tidur yaitu insomnia. Apabila hal ini terjadi berulang kali maka bisa mengakibatkan kejadian insomnia yang lebih serius. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan mahasiswa dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung. Desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner secara online dan dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2022. Data yang terpenuhi sebanyak 84 sampel, kemudian dianalisis menggunakan program SPSS uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian mengungkapkan yang tidak mengalami cemas sebanyak 62 mahasiswa (73,8%), kecemasan ringan sebanyak 22 mahasiswa (26,2%), dan tidak ada yang tergolong kecemasan tingkat sedang maupun berat (0%). Insomnia pada sampel didapatkan insomnia ringan sebanyak 50 mahasiswa (59,5%), insomnia sedang sebanyak 17 mahasiswa (20,2%), tidak insomnia sebanyak 16 mahasiswa (19,0%), dan 1 mahasiswa mengalami insomnia berat (1,2%). Uji korelasi Rank Spearman membuktikan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan adanya kejadian insomnia (nilai p = 0,000) dan nilai r = 0,409 yang menyatakan keeratan hubungan yang sedang. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara tingkat kecemasan mahasiswa dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Kata kunci : tingkat kecemasan, kejadian insomnia, mahasiswa,SRAS,IS

    Penyuluhan Penurunan Fungsi Kognitif dan Kecemasan serta Peragaan Senam Otak pada Lansia

    Get PDF
    Peningkatan populasi lanjut usia terjadi di seluruh dunia. Seiring pertambahan umur harapan hidup serta populasi lanjut usia, terjadi peningkatan disabilitas akibat penyakit degeneratif. Masalah yang sering terjadi adalah penurunan fungsi kognitif dan kecemasan. Penurunan kinerja otak dapat menyebabkan lansia sulit melakukan aktivitas sehari-hari dalam hal membuat keputusan, daya ingat, konsentrasi dan dapat diperparah atau menyebabkan kecemasan. Lansia yang berada di panti lansia dapat beresiko terjadi kecemasan, disebabkan oleh jauh dari keluarga, kurangnya percaya diri dan motivasi, perasaan tidak berdaya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan peserta dalam mengetahui faktor resiko serta mencegah kejadian penurunan fungsi kognitif dan kecemasan serta dapat melaksanakan senam otak. Metode yang digunakan yaitu penyuluhan dan screening fungsi kognitif, kecemasan dan faktor resiko dengan sasaran lansia yang tinggal di panti lansia sejumlah 15 orang. Setelah dilakukan screening, didapatkan lansia dengan penurunan fungsi kognitif, kecemasan dan faktor resiko metabolik. Sebelum dan sesudah penyuluhan kami memberikan pertanyaan secara acak mengenai materi penyuluhan, peserta dapat menjawab dengan benar setelah penyuluhan dibandingkan sebelumnya. Seluruh peserta mengikuti dan memperagakan senam otak yang dipandu oleh instruktur. The aging population is increasing worldwide. As life expectancy increases and the elderly population increases, there is an increase in disability due to degenerative diseases. The problems that often occur are decreased cognitive function and anxiety. Decreased brain performance can make it difficult for the elderly to carry out daily activities in terms of making decisions, memory, concentration and can be exacerbated or cause anxiety. Elderly who are in elderly homes can be at risk of anxiety, caused by being away from family, lack of confidence and motivation, feelings of helplessness. The purpose of this activity is to increase participants' knowledge in knowing risk factors and preventing the occurrence of decreased cognitive function and anxiety and to be able to carry out brain exercises. The method used is counseling and screening of cognitive function, anxiety, and risk factors with the target of 15 elderly people living in nursing homes. After screening, the elderly was found to have decreased cognitive function, anxiety, and metabolic risk factors. Before and after the counseling we randomly asked questions about the counseling material, participants were able to answer correctly after the counseling compared to before. All participants followed and demonstrated brain exercises guided by the instructur

    Perbedaan Fungsi Kognitif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unissula dengan IPK Kurang dari 3 dan IPK Lebih sama dengan 3 Yudisium Tahun 2018

    Get PDF
    Cognitive function varies in each human being, from simple to complex, requiring attention, concentration, and coordination. Cognitive is related to a person's ability to think, solve problems, organize and also to communicate and interact with others and the environment. Methods: cross-sectional research, samples involve the students of medical faculty of Unissula-Semarang with GPA less than 3 and more than 3 graduated in 2018, instrument Mini-Mental State Examination (MMSE). Descriptive analysis and Chi-square test. Results and Discussion: samples are 56 students, the highest gender is men (51%), the range of age 18-21 years old (53.6%), the number of GPA is the same as the one below and above 3 there are 28 (50%). Test Chi Square gender difference with P value of 0.422 GPA gender does not have significant difference to the GPA, based on the age of the results of T-test p-value 0.000, showed age had significant difference to the GPA, where the age is getting younger GPA is getting better, based on the scores of MMSE test, it was obtained p 1.000, MMSE score has no significant difference with the GPA. Conclusion: Gender and MMSE value have no difference with GPA, there is difference between age and GPA, the younger the students the better GPA the students achieve

    Dukungan Psikososial terhadap Anak Penderita Retardasi Mental di SLB Widya Bhakti Semarang

    Get PDF
    Mitra merupakan siswa-siswi SLB Widya Bhakti Semarang yang mempunyai keterbatasan intelektual dan adaptasi. Untuk membantu mengurangi keterbatasan mitra diberikan dukungan psikososial. Kegiatan ini bertujuan menganalisis data demografi dan respons mitra terhadap dukungan psikososial. Metode pelaksanaan kegiatan ini menggunakan metode kemitraan dengan sifat pendekatan kualitatif dan kuantitatif sederhana, dilakukan pemberian dukungan psikososial berupa edukasi remidiasi kognitif, permainan sederhana, nyayian hiburan dan lagu perjuangan sebagai penyemangat. Hasilnya didapatkan mitra sebanyak 42 orang (100 %) data demografiĀ  berdasarkan jenis kelamin terbanyak laki-lakiĀ  27 anak (64,3 %), umur terbanyak 11-13 tahun 23 anak (54,8 %) agama mitra terbanyak Islam 39 anak (92,8 %), alamat terbanyak Semarang 36 anak (85,6 %), kelas mitra terbanyak 1-2 adaĀ  15 anak Ā (35,7 %), pekerjaan orang tua terbanyak adalah swasta 31 anak (73,8 %). Setelah dilakukan program kemitraan masyarakat dengan pendekatan psikososial terdapat respons mitra yang bervariasi. Terbanyak mitra menyatakan: menyenangkan 42 anak (100 %), bermanfaat 42 anak (100 %), diperlukaan 37anak (88,1 %), kegiatan ini baik 42 anak (100 %), menyukai 38 anak (90,5 %).Ā Our partners in this activity were SLB Widya Bhakti Semarang students who have intellectual and adaptation limitations. To help reduce the limitations of partners, psychosocial support was provided. This activity aimed to analyze demographic data and partners' responses to psychosocial support. The method of implementing this activity used a partnership method with a simple qualitative and quantitative approach, providing psychosocial support in the form of cognitive remediation education, simple games, entertainment songs and struggle songs as encouragement. The results obtained partners as many as 42 people (100%), the most demographic data based on gender were 27 boys (64.3%), the most age 11-13 years 23 children (54.8%) the most partner religion was Islam 39 children (92.8%), most address Semarang 36 children (85.6%), most partner class 1-2 there were 15 children (35.7%), most parents work was private 31 children (73.8%). After the community partnership program was carried out with a psychosocial approach, there were various responses from partners. Most partners stated: it was fun for 42 children (100%), useful for 42 children (100%), needed for 37 children (88.1%), this activity was good for 42 children (100%), liked 38 children (90.5%).

    STRESS, ANXIETY, AND DEPRESSION RELATIONSHIP AMONG UNDERGRADUATE MEDICAL STUDENTS AND THEIR FINAL EXAM MARK

    Get PDF
    Medical students often experiencing a stressful environment in their medical school. Stress occurred in students that currently studying for examinations. Higher stressor expose leads to higher levels of anxiety and depression. High level of stress declines cognitive functioning and learning process in their medical academic process and cause mental health impairment. A prospective cross-sectional study with 26 end-stage medical students as a participant, the participant ordered to fill 3 section questionnaire that measures stress, anxiety, and depression. Final exam mark obtained from Indonesian Medical Education Institution Association (AIPKI) one month after the exam held. There is no significant relationship between stressor in all domain and anxiety, and there is a significant relationship between academic related stress, social related stress, and depression. There is no significant difference between stress, anxiety, depression and their final exam mark. In conclusion, there is a strong relationship between stress that leads to depression in undergraduate medical students. Therefore, a good coping mechanism of stress should be well managed in medical students
    corecore