388 research outputs found

    Media Alat Bantu Presentasi Promosi Hotel, Restoran dan Karaoke Berbasis 3d Menggunakan Metode Aida

    Full text link
    Presentasi adalah sebuah aktivitas yang sangat sering dijumpai dalam kehidupan ini, dan bisadipastikan akan selalu ada didalam kehidupan sehari-hari. Siapapun dan lingkungan manapun pasti akanbertemu dengan melakukan proses penyampaian gagasan kepada orang lain. Dalam dunia bisnis, kegiatanuntuk melakukan suatu presentasi dalam suatu acara penting seperti misalnya promosi, pengenalanproduk baru dan sejenisnya. Kebanyakan presentasi yang digunakan adalah presentasi yang hanyamenjelaskan suatu produk tertentu tanpa menampilkan contoh nyata dari produk tersebut.Perkembangan tekhnologi dan komputer membuat teknik pembuatan animasi 3D semakin populer.Animasi 3D adalah perkembangan dari animasi 2D. Dengan menggabungkan presentasi yang didalamnya terdapat animasi 3D, maka karakter yang akan ditampilkan semakin hidup dan nyata,mendekati wujud aslinya.Banyaknya unit USAha yang masih menggunakan media pemasaran dengan media cetak, memang dalampembuatanya sangatlah relatif murah dan praktis, namun media cetak masih mempunyai kelemahan,seperti mudah diabaikan dalam jangka waktu panjang atau pendek, mutu reproduksi kecil, peminatpembaca sangat rendah, sehingga informasi mudah diabaikan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media presentasi promosi berbasis 3D denganmenggunakan metode AIDA (Attention – Interest – Desire – Action), pengguna lebih tertarik danmengerti mengenai informasi yang terdapat dalam produk. Dikarenakan produk tersebut sudah terdapattampilan eksterior dan interior yang disertai dengan keterangan penjelasan fasilitas masing-masing. Halini sudah dibuktikan dengan pengisian angket yang mendapatkan nilai akhir 73% untuk yang sudahmenggunakan produk. Sedangkan yang tidak menggunakan produk hanya mencapai 23%, karena denganmenggunakan media cetak masih minimnya minat untuk membaca

    Hubungan Pengetahuan, Uang Saku, Dan Peer Group Dengan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji Pada Remaja Putri

    Full text link
    Latar Belakang : Salah satu penyebab peningkatan obesitas di kalangan remaja perkotaan adalah adanya peningkatan frekuensi konsumsi makanan cepat saji. Hal ini dikarenakan makanan cepat saji bersifat cepat, mudah, dan menarik untuk remaja serta faktor Kenyamanan yang mendukung. Remaja yang mengkonsumsi makanan cepat saji akan mengkonsumsi energi, lemak, dan gula secara berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan pengetahuan, uang saku, dan peer group serta promosi dan motivasi dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada siswi di SMA Theresiana 1 Semarang. Metode : Studi cross sectional pada 95 siswi kelas X dan XI di SMA Theresiana 1 Semarang. Subjek diambil dengan metode consecutive sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Data frekuensi konsumsi makanan cepat saji, pengetahuan, uang saku, dan peer group diperoleh dari pengisian kuisoner, sedangkan data motivasi dan promosi diperoleh dengan FGD (focus group discussion). Data kebiasaan makan sehari-hari diperoleh melalui FFQ (food frequency questionnaire). Uji normalitas menggunakan Kolmogorof-Smirnov. Data berdistribusi tidak normal pengujian menggunakan korelasi Rank spearman. Hasil : Frekuensi konsumsi makanan cepat saji subjek sebagian besar termasuk jarang (1-2x seminggu) yaitu 83,2%. Terdapat korelasi positif antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan uang saku (r = 0,279; p = 0,006). Tidak ditemukan korelasi antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan pengetahuan (r = 0,066; p = 0,527), dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan peer group (r = -0,005; p = 0,958). Informasi mengenai makanan cepat saji sebagian besar subjek dapatkan melalui iklan televisi. Sebagian besar subjek mengkonsumsi makanan cepat saji karena faktor praktis dan ingin mencoba rasanya. Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan jumlah uang saku (p=0,006)

    Survei Titer Anti Bodi Anak Sekolah Usia 6--17 Tahun di Daerah Klb Difteri dan Non Klb di Indonesia

    Full text link
    Diphtheriae is an reemerging infectious disease widespread in the world. Bacterial infection of Corynebacterium diphtheria usually not invasive, but the bacteria can produce toxins that cause pathological effects on the heart muscle and other organs, and a 10-17% death-risk was occurred. Diphtheriae can be prevented by immunization. Immunizations are given to infants at the age of 0-11 months and procead to booster for pupils at Elementary School. The imunization program at school is a routinely cunducted. Such program held annualy on certain month that called as BIAS pupils immunization month . To examine antibody titer of diphtheriae, research for sero survey titer antibody titer of diphtheriae was conducted on pupils between 6 and 17 years old at outbreak areas and non outbreak area.The research started in May 2010 and finished in Desember 2010. The aim of the research was to measure the antibody titer in area of outbreak and non outbreak of school children. Design was case control study. Sera of the respondens were axamined by Elisa for detecting antibody titers against diphtheriae. The study awarded ethical clearence from Research Ethics Committee of the National Institute of Health Research and Developmnent. Number of sample cases were 225 samples and 225 control. Analysis of the data by using the soft ware (SPSS 16.00). The result of this research were respondens who lived in the outbreak area with risk of dipthteriae infection of 2,3 times than respondens who lived in the non outbreak area. The immunization of diphthteriae more important for antibody titers.Keywords: Antibody titer diphtheriae, outbreak areaAbstrakDifteria adalah penyakit infeksi Reemerging tersebar luas di dunia. Infeksi kuman Corynebacterium diphtheria biasanya tidak invasif, tetapi kuman dapat memproduksi toksin yang dapat menimbulkan efek patologis pada otot jantung dan organ lain, dan berisiko terjadi kematian (10-17%). Difteri dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi diberikan pada saat bayi umur 0-11 bulan sebanyak tiga kali dan imunisasi lanjutan (booster), yakni imunisasi satu kali pada anak usia sekolah kelas 1 Sekolah Dasar yang dilaksanakan pada Bulan Imunisasi AnakSekolah. Untuk mengetahui adanya titer antibodi difteri maka dilakukan penelitian serosurvei titer antibodi terhadap difteri pada anak sekolah usia 6 tahun sampai 17 tahun. Penelitian ini membandingkan titer antibodi anti difteri pada anak di daerah yang melaporkan adanya kasus difteri dan tidak ada kasus difteri.Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2010 sampai Desember 2010. Penelitian untuk mengukur titer antibodi anak sekolah di daerah kasus dan bukan daerah kasus. Penelitian merupakan kasus kontrol yang dipadankan. Sampel berupa serum responden yang diperiksa titer antibodi terhadap difteri. Pemeriksaan titer antibodi dengan cara Elisa, (Enzyme Imunosorben assay) Penelitian mendapatkan izin etik dari Komisi Etik Badan Litbang Kesehatan. Jumlah sampel kasus sebanyak 225 sampel dan kontrol 225 sampel. Analisis data dengan menggunakan soft ware (SPSS16.00). Responden yang tinggal di daerah kasus berisiko terinfeksi 2,3 kali lebih besar dibandingkan responden yang tinggal di daerah bukan kasus. Imunisasi penting dilakukan untuk pembentukan kekebalan dalam tubuh.Kata kunci : Titer antibodi difetri, Daerah Kasus Luar Biasa (KLB

    Peningkatan Angka Kejadian Obesitas Dan Hipertensi Pada Pekerja Shift

    Full text link
    Latar Belakang : Pekerja shift berkaitan erat dengan kejadian obesitas dan hipertensi. Peningkatan berat badan dan tekanan darah pada pekerja shift disebabkan oleh gangguan irama sirkadian. Gangguan irama sirkadian seseorang terjadi jika terdapat Perubahan jadwal kegiatan seperti kurangnya waktu tidur. Waktu tidur yang kurang berdampak terhadap peningkatan kadar ghrelin dan penurunan kadar leptin yang dapat meningkatkan nafsu makan. Peningkatan angka kejadian hipertensi dan obesitas berpengaruh terhadap penurunan produktivitas kerja yang berdampak pada Perusahaan Tujuan : Menganalisis perbedaan status obesitas dan hipertensi antara pekerja shift dan non-shift. Metode : Desain penelitian cross-sectional dengan 32 subjek penelitian untuk setiap kelompok yang dipilih secara simple random sampling. Data yang diambil tekanan darah, status gizi, dan asupan zat gizi. Analisis bivariat dengan uji independent T-Test, Uji mann-whitney, dan chi-squared. Hasil : Proporsi obesitas pada pekerja shift (53.1%) lebih tinggi dibandingkan pada pekerja non-shift (46.9%). Kejadian hipertensi pada pekerja shift juga lebih tinggi (59.4%) dibandingkan pada pekerja non-shift (47.9%). Sebagian besar pada pekerja shift (71.8%) mengkonsumsi energi >100% dari angka kecukupan gizi indvidu. Pada pekerja shift dan non-shift memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kafein. Simpulan : Pekerja shift memiliki peluang hipertensi dan obesitas yang lebih besar dibanding pekerja non-shift

    R. ONO LESMANA KARTADIKOESOEMAH KREATOR TARI SUNDA GAYA SUMEDANG (1901–1987)

    Get PDF
    ABSTRAKR. Ono Lesmana Kartadikoesoemah merupakan tokoh Tari Sunda yang berhasil mengembangkan Tari Sunda menjadi menarik, tidak hanya sebagai tari pertunjukan, namun juga sebagai materi bahan ajar, baik di sekolah, sangar-sanggar seni, maupun di Perguruan Tinggi Seni. Karya seni yang lebih dikenal dan digemari adalah tari Wayang, tari Keurseus, dan tari Topeng. Tarian tersebut merupakan improvisasi, modifikasi, inovasi serta seleksi terhadap tari Topeng Cirebon dan Tayuban. Karya-karyanya mampu bertahan sampai sekarang dan masih dipelajari di antaranya; tari Jakasona, tari Jayengrana, tari Ekalaya, tari Gandamanah, tari Gatotkaca, tari Topeng  Menak Jingga,  tari Leunyepan  dan tari  Gawil.  Atasdedikasi dan Prestasinya, pada tahun 1982 pemerintah Republik Indonesia menganugrahkan “Piagam Hadiah Seni”. Fenomena kreativitas R. Ono Lesmana Kartadikoesoemah cukup menawarkan daya tarik untuk diamati dalam suatu penelitian. Untuk menjawab permasalahan kreativitasnya,  digunakan teori Penjelasan Sejarah Kuntowijoyo dengan metode Sejarah melalui tahapan heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun hasil yang didapatkan adalah bahwa R. Ono Lesmana Kartadikoesoemah telah menggunakan bakat, potensi, kualitas dan kapasitasnya dalam proses menciptakan karya seninya.Kata Kunci : R. Ono Lesmana Kartadikoesoemah, Kreator Tari Sunda, Tokoh Tari Sunda. ABSTRACTR. Ono Lesmana Kartadikoesoemah A Creator of Sundanese Dance of Sumedang Style (1901-1987), June 2020. R. Ono Lesmana Kartadikoesoemah is a Sundanese dance figure who succeeded in developing Sundanese dance to be interesting, not only as a dance performance  but also as a teaching material in schools, art studios, and in the College of Arts. The art works that are well known and favored are Wayang dance, Keurseus dance, and Mask dance. The dances are improvisation, modification, innovation and selection of the Cirebon mask dance and Tayuban. His works have been able to survive to this day and are still being studied, among others; Jakasona dance, Jayengrana dance, Ekalaya dance, Gandamanah dance, Gatotkaca dance, Menak Jingga Mask dance, Leunyepan dance, and Gawil dance. For his dedication and achievement, in 1982 the government of the Republic of Indonesia awarded him "The Charter of Art Prizes". The creativity phenomenon of R. Ono Lesmana Kartadikoesoemah offers interests to be observed in a study. To answer the problem of creativity, Kuntowijoyo's Historical Explanation theory is used with the History method through stages of heuristics, critics, interpretation and historiography. The results show that R. Ono Lesmana Kartadikoesoemah has used his talent, potential, quality and capacity in the process of creating his artworks.Keywords: R. Ono Lesmana Kartadikoesoemah, Sundanese Dance Creator, Sundanese Dance Figure.

    Analisis Kandungan Zat Gizi Dan Daya Terima Makanan Enteral Berbasis Labu Kuning Dan Telur Bebek

    Full text link
    Latar Belakang: Fase rehabilitasi sebagai bagian dari fase pemulihan gizi buruk memerlukan pemberian makanan yang tepat agar tumbuh kejar anak dapat tercapai. Salah satu bentuk makanan yang diberikan yaitu makanan enteral yang dapat dibuat sendiri menggunakan bahan pangan lokal yang bernilai gizi tinggi seperti labu kuning dan telur bebek.Tujuan: Menganalisis kandungan zat gizi dan daya terima formula makanan enteral dengan variasi persentase telur bebek.Metoda: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap satu faktor yaitu variasi komposisi telur bebek 3% (A1), 6% (A2), dan 9% (A3). Kandungan zat gizi yang dianalisis antara lain kadar karbohidrat, lemak, protein, betakaroten, serat kasar, dan abu. Pengujian daya terima dilakukan dengan uji hedonik oleh 30 panelis tidak terlatih. Analisis yang digunakan yaitu uji One Way ANOVA CI 95% dilanjutkan dengan uji posthoc Tukey.Hasil: Terdapat perbedaan pada kadar karbohidrat, lemak, protein, betakaroten, serat kasar, dan abu. Sementara pada daya terima tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Formula yang direkomendasikan adalah formula A2 dengan energi 130 kkal/100 ml dan protein 5,6 g/100 ml. Konsumsi 100 ml formula A2 dapat memenuhi 86% kecukupan energi dan 93% kecukupan protein anak gizi buruk pada fase rehabilitasi dengan kebutuhan energi 150 kkal/kgBB/hari dan protein 4 g/kgBB/hari.Simpulan: Formula makanan enteral berbasis labu kuning dan telur bebek memenuhi persyaratan kandungan gizi dan dapat diterima oleh panelis. Formula makanan enteral berbasis labu kuning dan telur bebek mengandung tinggi protein dan vitamin A

    Hubungan Frekuensi Kunjungan Anc (Ante Natal Care) Dengan Riwayat Pemberian Asi Pada Bayi Usia 6 Bulan

    Full text link
    Latar Belakang: ASI bermanfaat untuk kesehatan bayi. Namun saat praktiknya masih rendah. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan, bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif di Indonesia hanya 15,3%. Penyebab rendahnya pemberian ASI Eksklusif di Indonesia adalah faktor sosial budaya dan kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat.Tujuan: Mengetahui hubungan frekuensi kunjungan ANC (Ante Natal Care) dengan riwayat pemberian ASI pada bayi usia 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mopah Kabupaten Merauke, Propinsi Papua.Metode: Penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional dan subjek adalah ibu menyusui. Data karakteristik subjek, frekuensi kunjungan ANC dan riwayat pemberian ASI diperoleh melalui kuesioner. Subjek sebanyak 30 ibu diperoleh dengan cara purposive sampling. Data dianalisis secara kuantitatif dan menggunakan uji chi square.Hasil: Hasil univariat menunjukkan frekuensi kunjungan ANC tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan riwayat pemberian ASI pada bayi usia 6 bulan (p=0,713). Pengetahuan dan budaya merupakan penyebab yang masih mendukung ibu untuk tidak melakukan pemberian ASI Eksklusif.Simpulan: Frekuensi kunjungan ANC tidak berhubungan dengan riwayat pemberian ASI pada bayi usia 6 bulan
    • …
    corecore