164 research outputs found

    PENGARUH PENGETAHUAN IBU DAN SIKAP TERHADAP PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI DUSUN SISWO MULIO TIMUR DESA KWALA BEGUMIT STABAT KABUPATEN LANGKAT

    Get PDF
    Diarrhea is a condition in which a person suffers from loose stools, watery stools, can be mixed with blood and mucus, sometimes accompanied by vomiting. Diarrhea is still the biggest cause of death for children under five years old in the world. According to the United Nations International Child's Emergency Fund (UNICEF), every second one toddler dies of diarrhea, Ridwan Amiruddin, (2007). In carrying out her role as a mother, it cannot be separated from the knowledge relationship she has. the knowledge possessed by the mother, the diarrhea prevention actions taken in toddlers will make the toddlers recover and be healthy. So that toddlers who suffer from diarrhea are handled well and do not cause complications due to diarrhea they experience. The purpose of this study was to determine the relationship between mother's knowledge and attitudes towards preventing diarrhea in toddlers in Siswo Mulio, Kwala Begumit Langkat. This type of research uses the type of research that is analytic observation with a cross sectional research design. The total sampling used in this study was 34 mothers who have toddlers. The data analysis technique carried out by the researcher was a closed questionnaire to the respondents as many as 24 questions, namely 12 questions for the independent variable and 12 questions for the dependent variable, then the variable answer interval was formulated using the Sturgers formula. The results showed that of the 34 mothers who became respondents, the level of knowledge of the respondents was good amounted to 11 people (32.4%), sufficient level of knowledge amounted to 17 people (50%) and the level of poor knowledge amounted to 6 people (17.6%).  Based on the attitude of the respondents to the prevention of diarrhea in toddlers, there were 8 good (23.5%), moderate 23 people (67.6%), and 3 bad people (8.8%). The results of the research analysis that has been carried out show that the majority of respondents have sufficient knowledge as many as 17 people (50%) and the majority have sufficient attitudes as many as 23 people (67.6%) and the number of respondents with poor knowledge is 6 people (17.6%) with bad attitudes as many as 3 people (8.8%). Statistical test results obtained p = 0.001 stating that there is a relationship between maternal knowledge and attitudes towards prevention of diarrhea in toddlers in Siswo Mulio Timur Hamlet, Kwala Begumit Village, Stabat District, Langkat Regency with p = 0.001. The mother's role in implementing and preventing diarrhea requires knowledge, because knowledge is one of the components of an important predisposing factor

    PEMBINAAN MASYARAKAT TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KOLAM KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

    Get PDF
    Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh Virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Beberapa faktor yang diduga yang mempengaruhi adalah faktor perilaku dalam bentuk domain perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan praktik dalam pelaksanaan pencegahan pada ibu–ibu rumah tangga beserta keluarganya, serta faktor pendukungnya adalah faktor ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan, serta faktor lingkungan yang mendasari terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD). Metode yang digunakan deskriptif observasional dengan 30 peserta yang merupakan masyarakat Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan. Tim PkM memberikan materi yang dimaksud 1) Pengertian penyakit demam berdarah, 2) Penyebab penyakit demam berdarah 3) Tanda dan gejala penyakit demam berdarah, 4) Komplikasi penyakit demam berdarah, dan 5) Pencegahan penyakit demam berdarah. Dari hasil evaluasi diperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta atau partisipan tentang 1) Pengertian penyakit demam berdarah (DBD) mayoritas buruk sebanyak 28 orang, 2) Penyebab penyakit demam berdarah (DBD) mayoritas buruk sebanyak 28 orang, 3) Tanda dan gejala penyakit demam berdarah (DBD) mayoritas buruk sebanyak 28 orang, 4) Komplikasi penyakit demam berdarah (DBD) mayoritas seluruh peserta belum mengetahui sebanyak 30 orang dan 5) pencegahan penyakit demam berdarah (DBD) yang benar seluruh peserta belum mampu sebanyak 30 orang sedangkan setelah pelaksanaan kegiatan: 1) Pengertian DBD mayoritas baik sebanyak 28 orang, 2) Penyebab DBD mayoritas baik sebanyak 26 orang, 3) Tanda dan gejala DBD mayoritas baik sebanyak 28 orang, 4) Komplikasi DBD mayoritas baik sebanyak 18 orang, dan 5) Pencegahan DBD yang benar seluruh peserta sudah mampu sebanyak 26 orang. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta dikarenakan masyarakat punya keinginan besar untuk mencegah terjadinya demam berdarah (DBD) dan merawat penderita DBD dirumah. Pengetahuan merupakan domain penting dan faktor awal seseorang untuk berperilaku. Pengetahuan membentuk keyakinan peserta sehingga dapat memahami tentang penyakit demam berdarah dengan tepat

    Industrial location and the East African common market

    Get PDF

    Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal dengan Peningkatan Berat Badan pada Akseptor Kb

    Get PDF
    Alat kontrasepsi hormonal mempunyai sifat kimiawi sehingga memiliki efek samping yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi non hormonal seperti alat kontrasepsi mantap. Efek samping dari kontrasepsi hormonal salah satunya yaitu peningkatan berat badan (BKKBN, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan alat kontrasepsi hormonal dengan peningkatan berat badan pada Akseptor KB. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti mencari hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi hormonal dengan peningkatan berat badan pada akseptor KB. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini adalah kontrasepsi hormonal. Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah peningkatan berat badan. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti pada bulan Januari 2016 - Nopember 2016. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh akseptor KB lama yang menggunakan kontrasepsi hormonal maupun non hormonal yang tercatat di register pada bulan Januari – Nopember 2016 yang berjumlah 58 orang. Analisa penelitian ini menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square. Berdasarkan perbandingan Chi-Square Hitung dengan Chi-Square tabel, dari hasil analisis diperoleh Chi-Square Hitung sebesar 7,721 sementara diketahui bahwa nilai Chi-Square Tabel untuk α = 5% (0.05), db = 1 sebesar 3, 481. Karena Chi-Square Hitung > Chi-Square Tabel maka Ho ditolak. Dari hasil analisis diketahui nilai Asymp.Sig adalah 0,005, dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai α = 5% (0,05). Dengan demikian diputuskan menolak Ho. Berarti kesimpulannya ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan peningkatan berat badan pada akseptor KB. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kontrasepsi hormonal dengan peningkatan berat badan. Frekuensi terbanyak adalah akseptor KB dengan penggunaan kontrasepsi hormonal > 6 bulan sebanyak 34 orang (68 %) dan yang mengalami peningkatan berat badan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal > 6 bulan juga merupakan frekuensi terbanyak sebanyak 28 orang (82 %)

    Perlindungan Hukum Terhadap Whistleblower Dan Justice Collaborator Dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

    Full text link
    The development of the modus of corruption criminal act in Indonesia today has indicated a wide scale and become more sophisticated so that it is very difficult to prove it. One of the methods to uncover this organized crime of corruption is by using the role of whistleblowers that can help uncover the modus of corruption criminal act more easily. Unfortunately, whistleblowers and justice collaborators in corruption case in Indonesia have not received maximal legal protection; in consequence, people who want to expose the crime and who have the right to gain reward will go to prison instead. In Indonesia, judicial normatively, based on Law No.13/2006, whistleblowers and justice collaborators have not yet received maximal legal protection. The same is true for SEMA No.4/2011; whistleblowers and justice collaborators only received leniency of a sentence. The ideal legal protection is by giving reward, treatment, and protection from all charges as the compensation for what a whistleblower has exposed, whether he is one of the perpetrators or not

    Hubungan Fungsi Keluarga Bidang Kesehatan terhadap Relaps Penderita Asma Bronkhiale di Pantai Labu Deli Serdang

    Get PDF
    Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan. Buruknya kualitas udara dan berubahnya pola hidup masyarakat diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penderita asma,'' (Faisal, 2007). Penelitian di Amerika Serikat mendapatkan prevalensi asma sekitar 3%, sementara di Inggris angkanya adalah sekitar 5%. Penelitian pada guru-guru di India menghasilkan prevalensi asma sebesar 4,1 %, sementara laporan dari Taiwan menunjukkan angka 6,2%. Di negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam dan Singapura, bronkitis, emfisema dan asma merupakan penyebab kematian ke delapan (Arief,  2009). Dukungan keluarga diharapkan mampu dapat menekan frekuensi kekambuhan asma bronkial yang berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional. Keberhasikan pengobatan tidak saja ditentukan oleh obat anti asma, tetapi juga oleh kepatuhan minum obat dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan pencegahan timbulnya serangan asma. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Hubungan Tugas Kesehatan Keluarga Terhadap Pencegahan Kekambuhan Pasien Asma Bronkhiale di Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Desain penelitian ini bersifat Deskriptif Korelasi rancangan penelitian cross sectional. Dari 39 responden mayoritas memiliki tugas keluarga dibidang kesehatan cukup jumlah responden 21 orang (53,8%) dengan pencegahan kekambuhan asma bronkial mayoritas baik sebanyak 21 responden (53,8%), dan tugas keluarga dibidang kesehatan kurang baik  dengan jumlah responden 7 (17,9%) dengan pencegahan kekambuhan asma bronkial buruk sebanyak 2 responden (5,1%). Dengan uji statistik chi – square didapatkan hasil p = 0,000 berarti p < 0,05 dapat disimpulkan bahwa “ Ada Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Sikap dalam Pencegahan Kekambuhan Asma Bronkial di Panti Labu Kabupaten Deli Serdang“.Kesimpulan bahwa dukungan keluarga sangat memegang peranan penting untuk terjadi atau tidaknya relaps pada penderita Asthma Bronchiale. Saran hasil penelitian ini bisa berguna untuk menambah wawasan dan sebagai bahan masukan untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya terhadap Upaya Pencegahan kekambuhan asma bronkiale

    Hubungan Pelaksanaan Oral Hygiene dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut pada Pasien dengan Penurunan Kesadaran di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan

    Get PDF
    Oral Hygiene adalah tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi. Untuk pasien yang tidak mampu mempertahankan kebersihan mulut dan gigi secara mandiri harus dipantau sepenuhnya oleh perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan oral hygiene pada pasien penurunan kesadaran dengan kejadian infeksi pada rongga mulut di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan rancangan Cross Sectional pada 30 responden pasien dengan penurunan kesadaran di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan. Variabel independen penelitian ini adalah pelaksanaan Oral Hygiene dan variabel dependen penelitian ini adalah kejadian infeksi rongga mulut. Data dikumpulkan melalui observasi dan menggunakan instrumen berupa checklist. Hasil penelitian bahwa ada hubungan yang bermakna secara signifikan antara pelaksanaan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut dengan batas kemaknaan α < 0.05. Didapatkan p = 0,00, sehingga 0,00 < 0.05. Disarankan perawat meningkatkan pelaksanaan oral hygiene dengan cara mengikuti SOP yang ada diruangan

    Economic Growth and Poverty Alleviation: A

    Get PDF
    The Dollar and Kraay (2000) paper has proved to be remarkably influential with many of its conclusions widely quoted, particularly in support of the open market policies of the ‘Washington consensus’. However, although there have been a number of critical commentaries there have been very few formal analyses of the results or of the robustness of the support which they provide for the policy conclusions. In this paper the Dollar and Kraay results are investigated from a number of different perspectives. First, a number of questions are raised about the approach adopted. In particular, the Dollar and Kraay paper is notable for having no theoretical structure supporting the specification of the equations. It is unclear how much significance therefore can be attached to the correlations uncovered. In addition, there are the well-known difficulties of drawing conclusions from large cross section samples as well as the attendant problems of data quality. Finally, the identification of poverty with the income of the lowest quintile does not map into either an absolute or relative measure of poverty. There are thus grounds for an initial scepticism. However, this paper then considers in some detail the precise results reported in Dollar and Kraay. The results are replicated and a number of experiments with different regressors and different samples are performed. It is found that the central result of a strong correlation between average per capita income and the income of the lowest quintile is robust and holds under all of the various regressions. However, a number of important caveats are noted. First, a similarly strong result is also found for the higher quintiles. One is entitled to wonder whether the regressions are picking up any movement in the distribution of income, which is known to have changed markedly in a number of countries. Second, the significance of the other regressors in Dollar and Kraay, upon which much of the policy support hinges, changes dramatically under different samples and equations. Although the negative impact of inflation is maintained in most, but not all, of the alternative experiments, the significance of the openness variable vanishes while the significance of the rule of law variable, for which Dollar and Kraay found no evidence, emerges strongly. In addition, when the Gini coefficient is substituted for the income of the bottom quintile the performance of the equation falls markedly, with, however, a strong negative correlation with average income suggesting that higher income reduces inequality. It is unclear how this result is consistent with the Dollar and Kraay findings. The implications of this paper are that in general the policy prescriptions associated with the Dollar and Kraay regressions cannot be sustained. In addition, the weakness of the variable chosen to measure poverty and the differing support provided in different specifications for the other regressors fully justifies the initial scepticism and invites further research in this area.
    • …
    corecore