5 research outputs found

    Pengaruh Komposisi Media Serbuk Kayu Sengon dengan Tepung Jagung dan Tepung Sorgum pada Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)

    Get PDF
    Jamur tiram ialah makanan bergizi tinggi yang kaya protein dan dapat tumbuh di berbagai jenis media salah satunya serbuk kayu sengon. Serbuk kayu sengon memiliki sifat mudah lapuk dan memiliki kandungan lignin dan selulosa yang baik bagi pertumbuhan jamur tiram. Namun, jamur tiram juga mmembutuhkan nutrisi lain seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin. Sehingga perlu ditambahkan tepung jagung dan tepung sorgum yang memiliki protein, karbohidrat, lemak dan vitamin. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh perbedaan komposisi media pada pertumbuhan dan hasil jamur tiram dan untuk mendapatkan kombinasi media tanam yang tepat bagi pertumbuhan dan hasil jamur tiram yang optimal. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2018 hingga Juni 2018. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 12 perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan nyata pada beberapa parameter pengamatan kecuali panjang tangkai dan diameter badan buah jamur tiram. Total produksi tertinggi dimiliki perlakuan 70% serbuk kayu sengon + 25% tepung sorgum + 5% bekatul ialah 0,650 kg dengan persentase efisiensi biologis 73,44 %. Perlakuan 90% serbuk kayu sengon + 5% Tepung jagung + 5% bekatul memiliki total produksi terendah sebanyak 0,465 kg dengan persentase efisiensi biologis 38,42 %

    Potensi Alelopati Ekstrak Jerami Padi pada Dua Jenis Gulma dan Tanaman Kedelai

    Get PDF
    Sistem rotasi tanam dan pengolahan tanah sebelum tanam ternyata masih menyisakan seed bank. Seed bank yang memiliki dormansi singkat dapat berkembang menjadi gulma masif dan bersaing dengan tanaman. Dua jenis gulma itu adalah Amaranthus spinosus dan Eleusine indica. Herbisida kimia sering digunakan untuk memberantas gulma secara berlebihan.  Dampak negatif yang ditimbulkan diantaranya: matinya organisme non target dan resistensi gulma. Penggunaan mulsa jerami dapat menekan populasi gulma. Namun, mulsa jerami memiliki kelemahan  diantaranya : imobilisasi N pada tanah dan inang penyakit soil borne. Pelepasan alelokimia yang lambat menyebabkan penghambatan pada gulma lambat. Jerami yang diekstrak dapat mempercepat proses penghambatan pada gulma. Penelitian dirancang pada rancangan petak terbagi (RPT) yang diulang 3 kali. Sebanyak 5 konsentrasi ekstrak jerami padi K1 (kontrol) K2 (25%), K3 (50%), K4 (75%) dan K5 (100%) dan diaplikasikan pada A. spinosus (T1), E. indica (T2) dan kedelai (T3) pada umur 24 HST. Tujuannya untuk mengetahui konsentrasi ekstrak jerami yang menghambat pertumbuhan pada setiap spesies gulma dan kedelai. Perlakuan K5 (100%) menghambat tinggi tumbuhan, jumlah dan luas area daun, indeks klorofil dan bobot segar tumbuhan

    Pengaruh Komposisi Media Serbuk Kayu Sengon Dengan Tepung Jagung Dan Tepung Sorgum Pada Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus)

    No full text
    Jamur yang banyak dibudidayakan di Indonesia ialah jamur tiram. Jamur tiram dibudidayakan karena biaya produksi yang murah, tidak mengenal musim dalam membudidayakannya, makanan berprotein tinggi sehingga menjadikan komoditas ini diminati konsumen dan jamur ini dapat tumbuh di berbagai jenis media tanam Selama ini, serbuk kayu sengon sering dijadikan media tanam karena mudah diperoleh, memiliki sifat mudah lapuk dan mengandung selulosa 49,08%, lignin 26,80%, pentosa 15,60%, abu 0,60% dan silika 0,20%. Namun, kandungan nutrisi serbuk kayu sengon tidak lengkap karena protein, lemak dan unsur mineral yang minim. Sehingga perlu ditambahkan media lain untuk melengkapi nutrisi yang tidak ada di serbuk kayu sengon. Sehingga solusi yang diterapkan ialah dengan menambahkan bahan pelengkap lain seperti tepung sorgum dan tepung jagung. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh perbedaan komposisi media tanam pada pertumbuhan dan hasil jamur tiram dan mengetahui kombinasi media yang tepat bagi pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih yang optimal. Hipotesis penelitian ini ialah persentase tepung jagung dan tepung sorgum yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil jamur tiram. Penelitian dilaksanakan di CV. Damar Ayu yang berlokasi di Desa Kebonagung, Kecamatan Pakishaji, Kabupaten Malang, mulai bulan Februari hingga Juni 2018. Alat yang digunakan dalam penelitian ialah termohigrometer, timbangan digital, cincin paralon berbentuk lingkaran, kertas koran, karet gelang, sekop, ayakan, bunsen, drum sterilisasi, keranjang, masker, sarung tangan, spatula, alkohol 70%, spiritus, plastik propilen penggaris, mesin press baglog sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah bibit jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) F2, serbuk gergaji kayu sengon, tepung sorgum, tepung jagung, bekatul, CaCO3, dan air. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 12 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Setiap perlakuan terdapat 6 baglog dengan 3 baglog sebagai sampel pengamatan. Parameter pengamatan meliputi parameter pertumbuhan dan parameter hasil. Parameter pertumbuhan terdiri dari waktu total kolonisasi, panjang miselium, kecepatan miselium rata-rata dan waktu saat muncul badan buah pertama. Parameter hasil meliputi waktu panen pertama, jumlah badan buah per baglog, total bobot segar buah per baglog, biological efficiency ratio, diameter badan buah rata-rata dan panjang tangkai rata-rata. Data pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) 5% dan jika terdapat beda nyata antar perlakuan akan dilakukan uji lanjut menggunakan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) dengan 5%. Pengaruh perlakuan perbedaan komposisi media tanam bagi pertumbuhan dan hasil jamur tiram menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada beberapa parameter pengamatan kecuali panjang tangkai rata-rata dan diameter rata-rata. Perlakuan 70% Serbuk kayu sengon + 25% tepung sorgum + 5% Bekatulmenghasilkan total produksi tertinggi dari semua perlakuan ialah 0.650 g/baglog dengan persentase efisiensi biologis 73,44% dengan jumlah badan buah 45,00. Total produksi terendah dicapai oleh perlakuan 90% serbuk kayu sengon + 5% tepung jagung + 5% bekatul ialah 0,465 g dengan persentase efisiensi biologis 38,42% dan jumlah badan buah sebanyak 51,00. Berdasarkan hasil, tinggi rendahnya jumlah badan buah tidak selalu berhubungan dengan tinggi rendahnya total produksi

    Uji Alelopati Jerami Padi Pada Pengendalian Dua Jenis Gulma Dominan di Pertanaman Kedelai.

    No full text
    Mekanisme alelopati yang dimiliki oleh suatu tumbuhan donor diketahui mempengaruhi ekologis dan fisiologis tumbuhan target. Tumbuhan target yang dimaksud adalah gulma. Keberadaan populasi gulma yang melebihi ambang batas dapat menurunkan hasil budidaya tanaman. Jerami padi yang melimpah mengandung beberapa alelokimia diantaranya asam fenolat (fenol), momilakton, indol, steroid dsb. (Khanh et al., 2007). Ekstrak jerami menghambat pertumbuhan gulma Echinochloa crusgalli (Anuar et al., 2015). Sehingga, ekstrak jerami padi diuji coba pada dua jenis gulma dominan yang ada di pertanaman kedelai. dua jenis gulma tersebut adalah Amaranthus spinosus dan Eleusine indica. ekstrak jerami diharapkan dapat menghambat pertumbuhan gulma tetapi tidak mengganggu pertumbuhan kedelai. selain itu, ekstrak jerami padi diharapkan menjadi sumber bioherbisida yang dapat mengurangi pemakaian herbisida kimia berlebihan. Penelitian dilakukan di rumah plastik yang terletak di Kelurahan, Mulyorejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Oktober 2022. Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan dua faktor diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah jenis tanaman (T) yang terdiri dari T1: Amaranthus spinosus, T2: Eleusine indica dan T3: kedelai. Faktor kedua adalah tingkat konsentrasi jerami padi (K) yang terdiri dari K1: 0% (kontrol), K2: 25%, K3: 50%, K4: 75% dan K5: 100%. Setiap perlakuan terdiri dari 20 polibag (2 polibag untuk pengamatan non destruktif, 12 polibag (masing-masing 3 polibag untuk pengamatan destruktif). Pada kedelai terdapat 3 polibag untuk panen. Setiap polibag berisi 2 gulma atau 2 tanaman. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, indeks klorofil, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman, waktu muncul bunga, jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot segar polong + biji dan berat kering polong + biji. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji regresi pada setiap jenis tumbuhan dan pada setiap hari pengamatan. Maka dari pengujian ini diperoleh model regresi dan koefisien regresi (koefisien determinasi). Setiap konsentrasi ekstrak jerami padi berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan gulma, kedelai dan hasil dari kedelai. Hal itu ditunjukkan dari nilai koefisien regresi diatas 0,5 serta F hitung > F significance. Jumlah daun dan luas daun kedelai yang diaplikasikan konsentrasi 100% menunjukkan kenaikan pertumbuhan yang terendah (penghambatan tertinggi) di semua spesies tumbuhan yaitu di 35 HSA hingga 49 HSA. Bobot segar gulma dan kedelai yang diaplikasikan konsentrasi ini juga menunjukkan kenaikan pertumbuhan terendah pada 35 HSA ke 49 HSA. Namun, pada variabel indeks klorofil dan bobot kering gulma dan kedelai justru menunjukkan kenaikan pertumbuhan terendah di 7 HSA ke 21 HSA. sementara itu, bobot segar biji + polong kedelai dihambat lebih tinggi yaitu 4,61% saat diaplikasikan 100% ekstrak jerami padi. Selain itu, 100% ekstrak jerami padi menghambat bobot kering biji + polong kedelai lebih tinggi dari perlakuan lainnya yaitu 21,67%
    corecore