6 research outputs found

    Edukasi Pemakaian Masker yang Benar dan Pencegahan COVID-19 di Desa Dajan Peken

    Get PDF
    Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a new type of disease that has never been previously identified in humans. The virus that causes COVID-19 is called SarsCoV-2. Common signs and symptoms of COVID-19 infection include symptoms of acute respiratory distress such as fever, cough, and shortness of breath. The average incubation period is 5-6 days, with the most prolonged incubation period being 14 days. In severe cases of COVID-19, it can cause pneumonia, acute respiratory syndrome, kidney failure, and even death. The increase in coronavirus cases in Indonesia shows that people still do not understand the dangers of coronavirus and how to prevent it. On the streets, It can be seen that there are still people who do not use masks and heed the recommendations for maintaining a safe distance. In Dajan Peken Village, it was found that many people did not comply with health protocols, and the public tended to be at risk of contracting COVID-19 due to the lack of public awareness of using masks when gathering in public places. Currently, people rarely spray disinfectant in their home environment, and physical distancing behavior in the community is still lacking. The purpose of this activity is to provide education about preventing COVID-19 and how to wear masks correctly. The measurement results showed that most public knowledge before being given health education was in the excellent category. The majority of general knowledge after being given health education was in the high class. The results show differences in public expertise before and after providing health education to prevent COVID-19 and how to wear masks correctly.ABSTRAKCoronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan SarsCoV-2. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Terjadinya peningkatan kasus virus corona di Indonesia menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang belum memahami bahaya virus corona dan bagaimana cara pencegahannya. Hal ini terlihat di jalan-jalan masih ada masyarakat yang tidak menggunakan masker dan mengindahkan anjuran jaga jarak aman. Di Desa Dajan Peken, ditemukan banyak masyarakat yang kurang mematuhi protokol kesehatan serta masyarakat cenderung berisiko tertular COVID-19 karena kurangnya kesadaran masyarakat menggunakan masker saat berkumpul ditempat umum. Saat ini masyarakat sudah jarang menyemprotkan desinfektan dilingkungan rumah, serta perilaku physical distancing pada masyarakat masih kurang. Tujuan kegiatan ini dalam rangka memberikan edukasi tentang pencegahan COVID-19 dan cara memakai masker yang benar. Hasil pengukuran didapatkan hasil mayoritas pengetahuan masyarakat sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu berada pada kategori cukup, dan mayoritas pengetahuan masyarakat setelah diberikan pendidikan kesehatan yaitu berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaaan pengetahuan masyarakat sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan pencegahan COVID-19 dan cara memakai masker yang benar

    Edukasi Pemakaian Masker yang Benar dan Pencegahan COVID-19 di Desa Dajan Peken

    Get PDF
    Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a new type of disease that has never been previously identified in humans. The virus that causes COVID-19 is called SarsCoV-2. Common signs and symptoms of COVID-19 infection include symptoms of acute respiratory distress such as fever, cough, and shortness of breath. The average incubation period is 5-6 days, with the most prolonged incubation period being 14 days. In severe cases of COVID-19, it can cause pneumonia, acute respiratory syndrome, kidney failure, and even death. The increase in coronavirus cases in Indonesia shows that people still do not understand the dangers of coronavirus and how to prevent it. On the streets, It can be seen that there are still people who do not use masks and heed the recommendations for maintaining a safe distance. In Dajan Peken Village, it was found that many people did not comply with health protocols, and the public tended to be at risk of contracting COVID-19 due to the lack of public awareness of using masks when gathering in public places. Currently, people rarely spray disinfectant in their home environment, and physical distancing behavior in the community is still lacking. The purpose of this activity is to provide education about preventing COVID-19 and how to wear masks correctly. The measurement results showed that most public knowledge before being given health education was in the excellent category. The majority of general knowledge after being given health education was in the high class. The results show differences in public expertise before and after providing health education to prevent COVID-19 and how to wear masks correctly.ABSTRAKCoronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan SarsCoV-2. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Terjadinya peningkatan kasus virus corona di Indonesia menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang belum memahami bahaya virus corona dan bagaimana cara pencegahannya. Hal ini terlihat di jalan-jalan masih ada masyarakat yang tidak menggunakan masker dan mengindahkan anjuran jaga jarak aman. Di Desa Dajan Peken, ditemukan banyak masyarakat yang kurang mematuhi protokol kesehatan serta masyarakat cenderung berisiko tertular COVID-19 karena kurangnya kesadaran masyarakat menggunakan masker saat berkumpul ditempat umum. Saat ini masyarakat sudah jarang menyemprotkan desinfektan dilingkungan rumah, serta perilaku physical distancing pada masyarakat masih kurang. Tujuan kegiatan ini dalam rangka memberikan edukasi tentang pencegahan COVID-19 dan cara memakai masker yang benar. Hasil pengukuran didapatkan hasil mayoritas pengetahuan masyarakat sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu berada pada kategori cukup, dan mayoritas pengetahuan masyarakat setelah diberikan pendidikan kesehatan yaitu berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaaan pengetahuan masyarakat sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan pencegahan COVID-19 dan cara memakai masker yang benar

    Gambaran Tingkat Depresi, Ansietas, dan Stres Masyarakat di Kecamatan Tabanan Selama Pandemi Covid-19

    No full text
    The increasing number of COVID-19 cases and misinformation is confusing and raises public anxiety. People become worried and anxious about the current situation. The pandemic causes psychological changes such as stress, anxiety, and depression. This study aims to determine depression, anxiety, and stress levels in Tabanan District's community during the pandemic. This research was a descriptive-analytic study using quantitative research methods with a cross-sectional research design. The population in this study was the people of Tabanan District. This study uses the DASS-21 questionnaire. The analysis results showed that the respondents are predominantly (73%) have normal conditions in depression. The level of community anxiety was in the normal range (65,8%). The stress level was also in the normal range (70,8%). The condition shows that the dominant community is at the normal level for depression, anxiety, and stress. However,3.8%ven had a severe level of depression, 6% had an extremely severe level of anxiety, and 3.8% had an extremely severe stress level. The number that is not so big must get more attention from the government so that the respondent's condition does not worsen, which can cause harm to themselves and those around them during the COVIC-19 pandemic.Jumlah kasus COVID-19 yang semakin meningkat dan penyebaran informasi yang membingungkan semakin meningkatkan kecemasan masyarakat. Pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan psikologis, tidak hanya pada tenaga medis, tetapi juga pada masyarakat, dan perubahan psikologis tersebut dipicu oleh ketakutan, kecemasan, depresi, atau ketidakamanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat depresi, cemas, dan stres masyarakat di Kecamatan Tabanan selama pandemi COVID-19. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain yang digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Tabanan. Penelitian ini menggunakan kuesioner DASS-21. Hasil analisis menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini secara dominan memiliki kondisi normal pada aspek depresi yaitu 73%. Berdasarkan hasil analisis juga ditemukan bahwa tingkat kecemasan masyarakat juga berada pada kategori normal (68,5%). Tingkat stres juga berada pada kategori normal (70,8%). Terdapat 3,8% responden yang bahkan memiliki tingkat depresi yang berat, 6% responden memiliki tingkat ansietas sangat berat, dan 3,8% responden memiliki tingkat stress dalam kategori sangat berat. Hal ini tentunya bukanlah kondisi yang dapat diabaikan. Kondisi ini harus mendapat perhatian lebih dari pihak pemerintah agar kondisi responden tidak bertambah parah yang akan dapat mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain di tengah pandemi COVID-19

    Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Stigma Masyarakat terhadap Gangguan Jiwa Berat di Desa Sukonolo Kabupaten Malang Melalui Pendekatan Sunrise Model

    No full text
    Di Indonesia berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, angka penderita gangguan jiwa berat mencapai 4,6 per mil dan mengalami penurunan menjadi 1,7 per mil di tahun 2013. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan penderita gangguan jiwa berat yang tinggi, yaitu 3,1 per mil pada tahun 2007 dan mengalami penurunan menjadi 2,2 per mil pada tahun 2013. Meskipun terjadi penurunan, angka tersebut masih tinggi apabila dibandingkan dengan angka secara nasional. Beban yang dirasakan oleh penderita gangguan jiwa berat tidak hanya kondisi penyakitnya saja, tetapi juga stigma. Dampak stigma begitu besar di masyarakat sebagai penghambat keberhasilan terapi pada penderita gangguan jiwa. Stigma sebagai suatu pandangan negatif masyarakat terhadap gangguan jiwa berat berkaitan dengan aspek budaya. Adanya interaksi dari setiap komponen budaya dari model keperawatan yaitu sunrise model yang dikembangkan oleh Madeleine Leininger berhubungan dengan pandangan masyarakat luas terkait kondisi gangguan jiwa berat di masyarakat. Stigma dapat menghambat keberhasilan suatu terapi, menghambat individu dalam mencari pelayanan kesehatan, dan menurunkan harga diri penderita. Selain itu, interaksi antara penderita gangguan jiwa berat dengan lingkungannya juga terhambat, hal ini tentunya sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. Beberapa hasil penelitian terdahulu memperlihatkan adanya hasil yang tidak konsisten tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa berat. Di Desa Sukonolo, sebagian masyarakat masih takut berinteraksi dengan penderita gangguan jiwa berat, menganggap penderita berbahaya sehingga harus dihindari dan tidak mungkin untuk disembuhkan. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan stigma masyarakat dan mencari faktor dominan yang berhubungan dengan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa berat di Desa Sukonolo Kabupaten Malang melalui pendekatan sunrise model. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 150 orang yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Sukonolo Kabupaten Malang dari tanggal 18 Desember 2017 hingga 11 Januari 2018. Analisis bivariat menggunakan uji Spearman Rank, sedangkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda untuk menentukan faktor yang paling dominan berhubungan dengan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa berat. x Hasil analisis bivariat menunjukkan paparan media massa, kesejahteraan spiritual, kontak interersonal, sikap, dan pengetahuan memiliki nilai p < 0,05 sehingga H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan antara paparan media massa, kesejahteraan spiritual, kontak interpersonal, sikap, dan pengetahuan dengan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa berat di Desa Sukonolo Kabupaten Malang.Dari hasil analisis regresi logistik berganda yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa variabel dengan nilai p < 0,05 adalah variabel pengetahuan, paparan media massa, dan kesejahteraan spiritual. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan, paparan media massa, dan kesejahteraan spiritual dengan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa berat di Desa Sukonolo Kabupaten Malang. Nilai statistik Hosmer and Lemeshow‘s Goodness of Fit Test adalah 3,629 dengan probabilitas signifikansi 0,889 yang nilainya jauh lebih besar dari nilai p= 0,05. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan untuk memprediksi stigma yang dimiliki masyarakat terhadap gangguan jiwa berat. Nilai R Square menunjukkan nilai 0,588 atau sebesar 59% yang berarti bahwa variabel stigma masyarakat dapat dijelaskan sebesar 59% oleh variabel paparan media massa, kesejahteraan spiritual, kontak interpersonal, sikap, dan pengetahuan. Sedangkan 41% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Paparan media massa yang rendah memiliki nilai OR paling tinggi yaitu sebesar 26,744. Sebagai faktor yang paling dominan terhadap stigma masyarakat terkait gangguan jiwa berat di Desa Sukonolo, media massa harusnya dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai penyebaran informasi yang positif. Media massa dianggap sebagai sumber informasi utama bagi masyarakat tentang gangguan jiwa. Sebagian besar masyarakat di Desa Sukonolo mengatakan belum pernah mendapat penyuluhan kesehatan terkait ganggun jiwa. Kegiatan Posyandu Jiwa yang dilaksanakan setiap hari Senin di minggu ke tiga setiap bulannya yang juga didampingi oleh bidan atau perawat dari Puskesmas Bululawang belum membentuk program penyuluhan. Posyandu yang dilakukan saat ini masih berfokus pada masyarakat yang sakit, belum mencakup yang risiko maupun sehat. Minimnya informasi terkait gangguan jiwa yang diperoleh oleh masyarakat di Desa Sukonolo membuat mayarakat lebih sering terpapar informasi melalui media televisi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara paparan media massa, kesejahteraan spiritual, kontak interpersonal, sikap, dan pengetahuan dengan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa berat di Desa Sukonolo Kabupaten Malang berdasarkan pendekatan sunrise model, dengan paparan media massa sebagai faktor dominan khususnya melalui televisi. Sebagai faktor yang paling dominan terhadap stigma masyarakat terkait gangguan jiwa berat di Desa Sukonolo, media massa khususnya televisi harusnya dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai penyebaran informasi tentang gangguan jiwa

    EXPOSURE TO MASS MEDIA AS A DOMINANT FACTOR INFLUENCING PUBLIC STIGMA TOWARD MENTAL ILLNESS BASED ON SUNRISE MODEL APPROACH

    No full text
    Background: The person suffering mental disorders is not only burdened by his condition but also by the stigma. The impact of stigma extremely influences society that it is considered to be the obstacle in mental disorders therapy. Stigma as the society adverse view toward severe mental disorders is related with the cultural aspect. The interaction appeared from each component of nursing model namely sunrise model, which a model developed by Madeleine Leininger is connected with the wide society views about severe mental disorders condition in society. Objective: The aim of this study was to analyze the factors related to public stigma and to find out the dominant factors related to public stigma about severe mental illness through sunrise model approach in Sukonolo Village, Malang Regency. Methods: This study using observational analytical design with cross sectional approach. There were 150 respondents contributed in this study. The respondents were obtained using purposive sampling technique. Results: The results showed a significant relationship between mass media exposure, spiritual well-being, interpersonal contact, attitude, and knowledge with public stigma about mental illness. The result from multiple logistic regression shows the low exposure of mass media has the highest OR value at 26.744. Conclusion: There were significant correlation between mass media exposure, spiritual well-being, interpersonal contact, attitude, and knowledge with public stigma toward mental illness. Mass media exposure as a dominant factor influencing public stigma toward mental illness

    Community compliance of delod peken village, tabanan sub district in using masks during the covid-19 pandemic: Kepatuhan masyarakat desa delod peken kecamatan tabanan dalam penggunaan masker selama pandemi covid-19

    No full text
    Latar Belakang: Saat ini dunia digemparkan oleh jenis coronavirus baru yang berdampak signifikan terhadap beberapa aspek kehidupan manusia. Jumlah pasien COVID-19 di Indonesia semakin meningkat. Salah satu provinsi dengan jumlah kasus terkonfirmasi terbanyak adalah Provinsi Bali yang berada di urutan ke 10 dengan jumlah kasus terkonfirmasi sebanyak 10.605. Dari Sembilan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali, Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam zona merah COVID-19. Kecamatan Tabanan adalah kecamatan dengan jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 terbanyak, dengan Desa Delod Peken sebagai Desa dengan jumlah kontak erat paling tinggi. Upaya yang telah dilakukan pemerintah belum sepenuhnya mampu menekan jumlah kasus COVID-19. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Desa Delod Peken, sebagian besar masyarakat belum patuh dalam penggunaan masker. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kepatuhan masyarakat Desa Delod Peken dalam penggunaan masker selama pandemi COVID-19. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 110 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil: kepatuhan masyarakat Desa Delod Peken Kecamatan Tabanan dalam penggunaan masker selama pandemic COVID-19 menunjukkan sebanyak 54 responden (49,1%) memiliki kepatuhan dalam kategori patuh dalam penggunaan masker, 41 responden (37,3%) berada pada kategori kurang patuh, dan sebanyak 15 responden (13,6%) tidak patuh dalam penggunaan masker selama pandemic COVID-19. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Delod Peken Kecamatan Tabanan sebagian besar patuh dalam penggunaan masker selama pandemic COVID-19.Background:&nbsp;currently, a new type of coronavirus that significantly affects several aspects of human life shocks the world. The number of COVID-19 patients in Indonesia is increasing. One of the provinces with the highest number of confirmed cases in Bali is in 10th place with 10,605 confirmed cases. Of the nine regencies/cities in Bali Province, Tabanan Regency is one of the regencies included in the COVID-19 red zone. Tabanan is the sub-district with the highest number of confirmed cases of COVID-19, with Delod Peken Village as the village with the highest number of close contacts. Efforts that the government has made have not been fully able to reduce the number of COVID-19 cases. Based on a preliminary study conducted in Delod Peken Village, most people have not complied with the use of masks. Objective: This study aims to identify the compliance of the Dead Peken Village community in the use of masks during the COVID-19 pandemic. Methods: This type of research is quantitative research with an analytical descriptive design. The number of samples in this study was 110 respondents. The sampling technique used is purposive sampling. Results: community compliance in Delod Peken Village, Tabanan Sub District, in masks during the COVID-19 pandemic shows that 54 respondents (49.1%) had compliance in the obedient category in the use of masks, 41 respondents (37.3%) were in the less compliant category, and as many as 15 respondents (13.6%) did not comply with the use of masks during the COVID-19 pandemic. Conclusion: This study shows that the people of Delod Peken Village, Tabanan Sub District, are mostly obedient in using masks during the COVID-19 pandemic. &nbsp; Keywords: COVID-19; Community Compliance; Use of Masks; Health Protoco
    corecore