12,258 research outputs found

    The Influence of Family Support, Social Capital, Self Efficacy, Education, Employment, Income, and Residential Status on the Quality of Life Among the Elderly in Salatiga, Central Java

    Full text link
    Background: Lengthening life expectancy of population worldwide has led to rapid growth of the elderly population. This change indicates good development progress. However, it also poses quality of life concern among the elderly. Since the elderly have limitation in many ways, their quality of life decreases, often requiring self-confidence, family support, as well as community awareness, to improve their quality of life. Quality of life is affected by physical, psychological, social and environmental conditions. This study aimed to determine the effects of self efficacy, education, employment status, income, family support, social capital, and residential status on the quality of life of the elderly.Subjects dan Method: This was an analytic observational study using cross-sectional design. The study was conducted in 6 villages, in Sidorejo sub-district, Salatiga, Central Java, from March to April 2017. A total sample of 150 elderlies aged between 60 to 74 years old were selected for this study by stratified random sampling. The exogenous variables were education, social capital and residential status. The endogenous variables were family support, self efficacy, employment status, income, and the quality of life. The data were collected by a set of questionnaire and analyzed by path analysis.Results: The quality of life of the elderly was directly affected by income (b=0.06; SE= 1.16; p=0.005), family support (b=0.14; SE=0.22; p=0.003), and self efficacy (b=0.79; SE= 0.11; p<0.001). Family support was affected by residence status (b=0.54; SE=0.88; p<0,001), income (b=0.21; SE=0.40; p<0.001), and social capital (b=0.41; SE=0.02; p<0.001). Self efficacy was affected by family support (b=0.54; SE=0.10; p<0.001), and social capital (b=0.40; SE=0.04; p<0.001). Employment status was affected by education (b=0.16; SE=0.09; p=0.043). Income was influenced by education (b= 0.71; SE= 0.06; p<0.001).Conclusion: The quality of life of the elderly is directly affected by income, family support, and self efficacy. The quality of life is indirectly affected by education, employment status, social capital, and residential status.Keywords: quality of life, influencing factor, elderly, path analysisCorrespondence: Kadarwati. Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University, Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta, Central Java. Email: [email protected]. Mobile: +6285728953956.Journal of Epidemiology and Public Health (2017), 2(1): 58-69https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2017.02.01.0

    Comment on "Mechanical analog of temperature for the description of force distribution in static granular packings"

    Full text link
    It has been proposed by Ngan [Phys. Rev. E 68, 011301 (2003)] that the granular contact force distribution may be analytically derived by minimizing the analog of a thermodynamic free energy, in this case consisting of the total potential energy stored in the compressed contacts minus a particular form of entropy weighted by a parameter. The parameter is identified as a mechanical temperature. I argue that the particular form of entropy cannot be correct and as a result the proposed method produces increasingly errant results for increasing grain rigidity. This trend is evidenced in Ngan's published results and in other numerical simulations and experiments.Comment: 4 pages, 1 figure, minor editorial correction

    USAHA PEMBENIHAN IKAN HIAS CUPANG (Betta splenders) DI KABUPATEN SERANG

    Get PDF
    The fighting fish (Betta splenders) is one of ornamental fish with high economic value. The price of malefish is about Rp 5,000 to Rp 1,000,000 per fish. Demand for the fish in Serang Regency is satisfied by the fish raisersfrom other regencies. Seedling technique for the fighting fish is available at the Fresh Water Fisheries ResearchInstitute and the hobbyists but the fighting fish raisers in Serang Regency still rely on natural stocks for live feedsupply. The assessment aimed at applying and disseminating seedling technique for the fighting fish, and improvingfish raisers in Serang Regency. Assessment was conducted on January to December 2002 with nine cooperatingfarmers classified into three groups. Nine pairs of the fighting fish parent stocks of Serit type were spawned in nineaquaria of 20 x 20 x 25 cm3 . There were three treatments with three replications, namely (A) male fish was separatedafter spawning, (B) male fish was separated after the larvae were three days old, and (C) male fish was separated afterthe larvae were seven days old. The larvae were fed with Moina sp until 14 days old, fed with Moina sp and Daphniasp for 14-30 days old, and fed with Daphnia sp and the mosquito larvae of Chironomus sp for 30-45 days old. Totalegg produced varied from 408-815 eggs per female parent. Fertilization rates were 80.5-94.5 percent and hatchingrates were 74.5-95.8 percent. Egg incubation periods were 25-31 hours. Survival rates of B treatment in 14 and 45days old were each of 87.5 and 87 percent, while those C treatment were each of 82.0and 81.5 percent, and those Atreatment were each of 81.5 and 80.0 percent. Profit earned from fighting fish breeding was Rp 3,390,000 perspawning period of 1.5 months.Keywords: Betta splenders, seedling, separation of male fish, survival rate, proitabilityIkan cupang (Betta splendens) merupakan salah satu jenis ikan hias yang mempunyai nilai ekonomis tinggidan banyak terdapat di pasaran. Harga ikan cupang jantan berkisar Rp. 5.000,- - Rp. 1.000.000,- per ekor. DiKabupaten Serang kebutuhan ikan cupang masih dipenuhi dari berbagai daerah di luar Serang, seperti Tangerang,Bogor, Sukabumi, dan Jakarta. Kabupaten Serang merupakan salah satu daerah potensial yang dapat dikembangkanuntuk usaha pembenihan ikan cupang. Teknologi pembenihan ikan cupang sudah tersedia di Balai Penelitian Ikan AirTawar maupun di pihak swasta, namun di Kabupaten Serang para petani ikan cupang untuk penyediaan jasad pakan(pakan hidup) masih tergantung dari alam. Dengan menerapkan sistem budidaya pakan hidup yang berkesinambunganpada usaha pembenihan ikan hias cupang di tingkat petani, maka akan mendukung keberhasilan produksi benih.Tujuan pengkajian adalah untuk menerapkan dan menyebarluaskan teknologi pembenihan ikan cupang danmeningkatkan pendapatan petani di Kabupaten Serang. Pengkajian dilakukan bulan Januari-Desember 2002 yangdilaksanakan secara partisipatif. Petani kooperator berjumlah sembilan orang yang dibentuk menjadi tiga kelompok.Induk cupang yang digunakan sembilan pasang adalah jenis ā€œSeritā€ dan dipijahkan dalam sembilan akuariumberukuran 20x20x25 cm. Perlakuan yang diberikan adalah: A. Induk jantan diambil setelah pemijahan selesai. B.Induk jantan diambil setelah burayak berumur tiga hari. C. Induk jantan diambil setelah burayak berumur tujuh hari.Semua perlakuan diulang tiga kali. Pemeliharaan burayak sampai umur 14 hari diberi pakan Moina sp, umur 14-30hari di beri pakan Moina sp dan Daphnia sp, umur 30-45 hari diberi pakan Daphnia sp dan larva nyamuk Chironomussp. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa jumlah telur berkisar 408-815 butir per ekor induk. Derajat pembuahanberkisar 80,5-94,5 persen, dan penetasan 74,5-95,8 persen. Masa inkubasi telur ialah 25-31 jam. Kelangsungan hidup293Usaha Pembenihan Ikan Hias Cupang (Betta splenders) di Kabupaten Serang (Susanti Diani, Mustahal, dan PramuSunyoto)benih pada umur 14 dan 45 hari pada perlakuan B mencapai 87,5 dan 87,0 persen jauh lebih baik bila dibandingkandengan perlakuan C yaitu 82,0 dan 81,5 persen dan perlakuan A. 81,5 dan 80,0 persen. Secara ekonomis keuntunganyang diperoleh dari usaha pembenihan ikan cupang cukup tinggi yaitu Rp. 3.390.000/1,5 bulan/periode pemijahan.Kata kunci : Betta splenders, pembenihan, pemisahan induk jantan, kelangsungan hidup, tingkat keuntunga

    Masa Kerja, Sikap Kerja dan Kejadian Sindrom Karpal pada Pembatik

    Full text link
    Sikap kerja yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lama dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pekerja salah satunya yaitu gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu seperti tangan atau disebut musculoskeletal, salah satunya sindrom terowongan karpal. Pembatik merupakan pekerja sektor informal, dimana pada saat membatik melakukan gerakan berulang, gerakan tangan dengan kekuatan, posisi fleksi dan ekstensi, sehingga menyebabkan stress pada jaringan disekitar terowongan karpal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan masa kerja dan sikap kerja dengan kejadian STK pada pembatik CV. Pusaka Beruang. Penelitian dilakukan pada tahun 2011, dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian berjumlah 68 orang, dengan sampel berjumlah 22 responden. Instrument penelitian berupa kuesioner dan pengukuran tes phalen. Data dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan masa kerja p=0,029 dan sikap kerja p=0,031 dengan kejadian STK. Masa kerja &gt; 4 tahun dan level sikap kerja yang tinggi mempunyai risiko STK karena terjadi stress disekitar jaringan terowongan karpal. Simpulan pada penelitian ini ada hubungan antara masa kerja dan sikap kerja dengan kejadian STK.Work attitudes and ways of working that are not ergonomic for a long time can cause a variety of health problems in workers one of the disruption movement on certain body parts hand or musculoskeletal, are one of the sindrom terowongan karpal Batik is an informal sector workers describe or designed batik with the traditional way of working. Which time both do repetitive motion, hand movements with strength, position, position the extension and flexion, hand static, thus causing stress on the network around the carpal tunnel. The purpose of this research is to know the relation tenure and working attitude with STK batik meker in CV. Pusaka Beruang. This research uses the approach of cross sectional. The population in this research is totalling 68 peoples. Sample research amounted to 22 respondents. Research Instrument in the form of questionnaires and measurement test phalen. Data were analyzed by Chi square test. The results showed that there was a relationship tenure p = 0.029 and working attitude p = 0.031 with STK events. Tenure &gt; 4 years and a high level of work attitudes have STK risk due to stress around the carpal tunnel syndrome network. The conclusions in this study no relationship tenure and work attitude with STK

    Citra Wanita dalam Hikayat Panji Melayu

    Get PDF
    vii, 119 p.; 21 c

    Strain bursts in plastically deforming Molybdenum micro- and nanopillars

    Full text link
    Plastic deformation of micron and sub-micron scale specimens is characterized by intermittent sequences of large strain bursts (dislocation avalanches) which are separated by regions of near-elastic loading. In the present investigation we perform a statistical characterization of strain bursts observed in stress-controlled compressive deformation of monocrystalline Molybdenum micropillars. We characterize the bursts in terms of the associated elongation increments and peak deformation rates, and demonstrate that these quantities follow power-law distributions that do not depend on specimen orientation or stress rate. We also investigate the statistics of stress increments in between the bursts, which are found to be Weibull distributed and exhibit a characteristic size effect. We discuss our findings in view of observations of deformation bursts in other materials, such as face-centered cubic and hexagonal metals.Comment: 14 pages, 8 figures, submitted to Phil Ma

    Analisis dan Simulasi Sistem Antrian pada Bank ABC

    Full text link
    Kejadian antrian sering kali terjadi pada banyak hal dalam kehidupansehari-hari, sebagai contoh yaitu antrian pada sistem pelayanan Bank ABC yangmerupakan salah satu sarana tempat melakukan berbagai kegiatan perbankan. Ter-dapat dua tipe pelayanan pada bank ini yaitu Teller dan Customer Service (CS) de-ngan satu orang petugas pelayanan. Analisis terhadap sistem antrian menunjukkanbahwa model antrian pada Bank ABC saat ini adalah (M/M/1) : (FIFO/ / )untuk masing-masing tipe pelayanan. Model antrian pada Teller diubah menjadimodel (M/M/c) : (GD/ / ) dengan nilai c = 2. Untuk model ini dipero-leh nilai E(Tt) pada Teller adalah 3, 51 menit sehingga jawab optimal yaitu de-ngan menambah petugas Teller menjadi 2 orang, dengan tidak menambah petugasCS. Untuk menilai jawab optimal tersebut digunakan metode simulasi. Setelahdilakukan analisis terhadap data hasil simulasi, diperoleh bahwa hanya dengan pe-nambahan 1 Teller, maka harapan pihak bank sudah dapat dipenuhi. Sedangkanpada CS tidak perlu dilakukan penambahan karena telah sesuai dengan harapan pi-hak bank. Hasil ini menunjukkan bahwa jawab optimal yang diperoleh dari hasilanalisis data hasil pengamatan dapat diterima

    Profil Lipida Daging Itik Diberi Ransum Mengandung Sekam Padi Terfermentasi Dengan Aspergilus Niger Disuplementasi Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L.)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh pemberian sekam padi terfermentasi dengan Aspergilus Nigerdisuplementasi daun ubi jalar ungu terhadap profil lipida daging itik. Rancangan acak lengkap (RAL) digunakanterdiri atas ransum kontrol (A) adalah ransum tanpa sekam padi dan daun ubi jalar ungu, (B) dan(D) adalah ransummengandung 10% dan 20% sekam padi, sedangkan (C) dan (E) adalah ransum yang mengandung 10% dan 20%sekam padi terfermentasi dengan Aspergilus Niger disuplementasi dengan daun ubi jalar ungu. Setiap perlakuandiulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total kolesterol daging itik yang mendapat perlakuan B danD tidak berbeda (P&gt;0,05) dengan kontrol, sedangkan pada perlakuan C dan E lebih rendah (P&lt;0,05) dibandingkankontrol. HDL daging itik perlakuan B, C, dan E lebih tinggi (P&lt;0,05) dan perlakuan D tidak berbeda (P&gt;0,05)dengan kontrol. LDL dan trigliserida daging itik perlakuan B tidak berbeda (P&gt;0,05) dengan kontrol. LDL padaperlakuan C, D dan E lebih rendah (P&lt;0,05) dibandingkan dengan control. Trigliserida daging perlakuan C danE lebih rendah (P&lt;0,05) dan perlakuan D tidak berbeda (P&gt;0,05) dengan kontrol. Dapat disimpulkan bahwapemberian ransum yang mengandung sekam padi terfermentasi dengan Aspergilus Niger disuplementasi dengandaun ubi jalar ungu pada taraf 20% memperbaiki profil lipida daging itik. Kata kunci: itik, sekam padi, fermentasi, ubi jalar ungu, penampilan, kolestero

    Konsumsi Tanin dan Fitat sebagai Determinan Penyebab Anemia pada Remaja Putri di SMA Negeri 10 Makassar

    Full text link
    Anemia yang sangat umum dijumpai di Indonesia adalah anemia gizi. Perilaku konsumsi remaja terhadap makanan yang serba instan dan kurang bergizi akan menyebabkan terjadinya masalah gizi. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan asupan zat gizi mikro, pelancar dan penghambat absorbsi zat besi dengan status Hb pada remaja putri di SMAN 10 Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan rancangan cross sectional study. Populasi adalah seluruh siswi di SMAN 10 Makassar berjumlah 380 orang. Sampel penelitian ini adalah remaja putri yang memenuhi kriteria inklusi. Penarikan sampel menggunakan simple random sampling dengan besar sampel 148 siswi. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square dan uji independent sample t test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan status Hb adalah asupan tanin/konsumsi teh (p=0,013) dan fitat ( p=0,048) sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan status Hb adalah asupan Fe (p=0,776), vitamin B6 (p=0,915), vitamin B12 (p=0,094), vitamin C (p=0,683), vitamin A (p=0,340) protein (p=0,399) dan kalsium (p=0,673). Tidak ada perbedaan bermakna antara asupan asam folat remaja putri anemia dengan tidak anemia (p=0,680). Kesimpulan dari penelitian bahwa ada hubungan asupan penghambat zat besi (tanin/konsumsi teh dan fitat) dengan status Hb remaja putri di SMAN 10 Makassar tahun 2014

    USAHATANI KOPI ROBUSTA DENGAN PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING SEBAGAI PUPUK ORGANIK DI BALI

    Get PDF
    Coffee farming system assessment using dung manure decomposed by worms, Rummino bacillus, andnormally decomposed was done in Buleleng, Bali in 2001-2002. The productive coffee plantation assessed inthis study was owned by farmers and planted in 1994. The assessment consisted of three farmersā€™ groups and 5farmers were selected from each group or total of 15 participating farmers treated as replication with 3 types oforganic fertilizers as technology introduced, namely (a) P0 = normally decomposed, (b) P1 = dung manure ofgoats decomposed by worms, and (c) P2 = dung manure of goats decomposed by Rummino bacillus. The resultsshowed that P2 produced the average highest yield of 948.80 kilograms per hectare of coffee beans with profitsof Rp 863,800 per year and return to cost (R/C) ratio of 1.35. P0 gave the lowest yield of 550.40 kilograms perhectare of coffee beans and its R/C ratio of 0.89.Key words : robusta coffee, farming systems, organic fertilizerĀ Pengkajian usahatani kopi robusta dengan pupuk organik dari kotoran kambing yang dikomposkandengan cacing, Rummino bacillus dan cara pengomposan biasa telah dilakukan pada tahun 2001-2002 diBuleleng Bali. Tanaman kopi yang digunakan sebagai obyek pengkajian adalah jenis kopi robusta milik petanidan telah menghasilkan (TM) tahun tanam 1994. Pengkajian melibatkan 3 kelompok tani dan tiap kelompokdiambil 5 orang sehingga terdapat 15 petani kooperator sebagai plot pangkajian (ulangan) dengan 3 macampupuk organik digunakan sebagai introduksi teknologi yaitu (a) PO= Pengomposan dilakukan dengan cara biasa(b) P1= Pupuk dari kotoran kambing yang dikomposkan dengan cacing (kascing) dan (c) P2= Pupuk dari kotorankambing yang dikomposkan dengan menggunakan Rummino bacillus. Hasil pengkajian menunjukan bahwateknologi P2 menghasilkan jumlah produksi kopi tertinggi dengan rata-rata 948,80 kg kopi beras/ha dengankeuntungan Rp 863.800/tahun dengan tingkat R/C 1,35. PO menghasilkan produksi terendah, yaitu 550,40 kgkopi beras/ha dengan tingkat R/C 0,89.Kata kunci : kopi robusta, usahatani, pupuk organi
    • ā€¦
    corecore