52 research outputs found
KARAKTERISTIK HABITAT DAN KELIMPAHAN KEPITING BIOLA (Uca spp) DI DAERAH EKSTRIM (PENGARUH ALIRAN AIR PANAS) PADA KAWASAN MANGROVE DI PESISIR JAILOLO. KABUPATEN HALMAHERA BARAT
Kawasan Pesisir Jailolo ditemukan aliran air panas bumi alami yang mengalir masuk membentuk jalur ke kawasan mangrove. Kepiting Biola (Uca spp) merupakan penghuni dan menjadikan substrat di daerah mangrove sebagai habitat. Pengambilan data di Desa Bobo (Stasiun I) dan Tuada (Stasiun II). Penentuan titik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode transek kuadran. Sampel kepiting biola (Uca spp) diambil kemudian dilakukan identifikasi berdasarkan karakteristik morfologi. Data karakteristik habitat seperti suhu air, salinitas, pH, suhu lubang kepiting dan tekstur substrat. Bentuk dan diameter lubang kepiting biola (Uca spp) diambil menggunakan cairan lilin yang telah dipanaskan, kemudian dituangkan di dalam lubang kepiting setiap spesies Uca spp hingga kering. Analisis data kepiting Uca spp menggunakan rumus kelimpahan. Hasil penelitian ditemukan suhu air di Bobo ditemukan suhu 45-51 ºC dikarenakan mendapatkan pengaruh geothermal yakni sumber air panas bumi dan Desa Tuada 30-31oC. Berdasarkan skala Wentworth ditemukan size, berat dan persentasi sedimen kategori pasir sedang sampai halus. Komposisi spesies Desa Bobo berjumlah yakni Uca Perplexa, Uca Lactea, Uca Annulipes, Uca Crassipes, Uca Vocans, Uca Triangularis, dan Uca Dussumieri serta Desa Tuada yaitu Uca Perplexa dan Uca Lactea. Karakteristik bentuk lubang kepiting biola memiliki bentuk lubang single. Komposisi dan kelimpahan spesies Uca spp pada kedua stasiun pengamatan berbeda, dimungkinan akibat perbedaan kondisi lingkungan dan ketersediaan bahan organik sebagai sumber pakan.Kata Kunci : Ekologi, geothermal, kepiting, liang, morfologi
EVALUASI PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA BERDASARKAN PENDEKATAN EKOSISTEM DI KABUPATEN PULAU MOROTAI
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat keberlanjutan setiap domain atau aspek dalam EAFM dan menentukan tingkat keberlanjutan kegiatan perikanan tuna di Kabupaten Pulau Morotai. Metode pengambilan data dilakukan dengan metode survei dengan cara wawancara/kuesioner dan FGD (Focus Group Discussion). Penentuan jumlah sampel menggunakan purposive sampling. Dengan analisis pendekatan EAFM, nilai komposit rata-rata seluruh domain berkisar antara 60-80 yang mencerminkan status dan kinerja sumber daya perikanan tuna yellowfin di Kabupaten Pulau Morotai yang baik dalam tingkat keberlanjutannya dengan menerapkan prinsip-prinsip EAFM. Namun, masih ada sejumlah indikator di setiap domain yang memiliki skor rendah sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan manajemen.EVALUATION OF TUNA FISHERIES MANAGEMENT BASED ON ECOSYSTEM APPROACH IN MOROTAI ISLAND DISTRICTS. This study aims to determine the level of sustainability of each domain or aspect in the EAFM and determine the level of sustainability of tuna fishery activities in the Morotai Island Districts. Methods of data taking was carried out with survey method by means of interview/questionnaires and FGD (Focus Group Discussion). Determination of samples quantity used purposive sampling. By the EAFM approach analysis, the average composite value of the entire domain was range of 60-80 which reflects the status and performance of yellowfin tuna fisheries resources in Morotai Island Districts was good in its level of sustainability by applying EAFM principles. However, there were still a number of indicators in each domain that had a low score so efforts are needed to improve management
The effect of NPK fertilizer with different dosage on the growth rate seaweed (Caulerpa racemosa)
NPK is a type of fertilizer that plays a role in increasing growth and survival in plants such as seaweed. This study aims to determine the effect of different NPK fertilizer doses on the growth rate of seaweed (Caulerpa racemosa), and to determine which NPK fertilizer dosage has the best effect on the growth rate of C. racemosa. Research begins with collecting samples of seaweed in coastal waters. Ternate Island District Kastela, and the cultivation process is carried out on Jalan Jan, Tabona Village, South Ternate City. The time of the research was two months from August to October, 2020. This study used 12 units of cool box in the form of cork with a size of 90 x 30 cm, which is used as a container for maintaining of C. racemosa. In each treatment using a seed weight of 50 grams. The NPK fertilizer dosage treatment tested was 4 doses, with 3 replications, namely: treatment A: 40 ml NPK fertilizer; B: 60 ml NPK fertilizer; C: 80 ml NPK fertilizer; D: 0 ml NPK fertilizer (control). Research containers using random placement. The design used was a completely randomized design (CRD), using analysis of variance (ANOVA). The results obtained showed that NPK fertilizer with different doses the effect is not significantly different on the growth rate of C. racemosa with the highest average growth rate in treatment C amounting to 8.725%, followed by treatment B of 8.178%, treatment A of 7.761%, and the lowest was treatment D of 6.519%.Keywords:NPKSeaweedCaulerpa racemosaGrowth rat
Genetic Population Structure of Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) as Based Data of Fish Conservation in North Mallucas Sea
Tuna is a migratory species with high economic value. Utilization of tuna is increasing and growing every year. Fishing intensity of tuna in the Maluku Sea is high and can disrupt the population. The existence of the population will be threatened if not managed properly. The latest genetic information approach is necessary to prevent the population decline. The purpose of this research was to know the genetic structure of yellowfin tuna in North Maluku waters, Indonesi. Sampling was conducted in May-July 2016 in Morotai Island, Obi and Sanana, while secondary data was gathered in Ternate Island, Bacan and Ambon. A total of 72 samples were collected and analyzed. The result of the study found that the base length (bp) of the control region of mtDNA was found to be 512 bp (base pairs). the genetic distance in the nearest population is at Sanana and Obi (0.025). The results of genetic distance analysis between population found genetic similarity between Morotai-Sanana (0,021), Obi-Sanana (0,025), Obi-Morotai (0,026) and Ambon-Sanana (0,026), while the furthest genetic distance was found in Ternate-Bacan (0,040) and Ternate-Obi (0,042). The pairwise comparison test (Fst) shows a few genetic differentiation between yellowfin tuna populations. The value (Fst) of the yellowfin tuna population shows a strong gene flow between populations. The haplotype distribution shows a relationship between haplotypes in both yellowfin tuna, thus failing to show clade between different geographic locations. Unsustainable use can harm the population through genetic quality. Several approaches should be taken to support the life cycle of yellowfin tuna. The overall result shows that there has not been any change of genetic structure of yellowfin tuna in North Maluku Sea. Keywords : Haplotype, genetic distance, North Maluku, yellowfin tuna, pairwise comparison tes
GENETIC STRUCTURE POPULATIONS SKIPJACK, Katsuwonus pelamis (Linneaus, 1758) IN NORTH MALUKU SEA, INDONESIA
Genetik merupakan suatu pendekatan untuk pemanfaatan, pengelolaan dan keberlanjutan yang bersifat konservasi. Tujuan penelitian adalah struktur populasi genetik ikan cakalang di perairan laut Maluku Utara. Koleksi sampel dilakukan pada Pulau Morotai (n=10), Weda, Kabupaten Halmahera Tengah (n=10), Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan (n=10) dan data sekunder (n=4), pada Maret hingga Mei 2018. Analisis molekuler melalui tahapan ektraksi, PCR, elektroforesis dan pengurutan DNA (sekuensing DNA). Sekuen DNA kemudian dianalisis menggunakan MEGA 5 (jarak genetik dan filogenetik) serta Arlequin 3.5 (fiksasi indeks). Hasil penelitian menemukan panjang fragmen DNA 546 (base pairse) di daerah lokus control region DNA Mitokondria (mtDNA). Analisis jarak genetik populasi berdasarkan data primer (Maluku Utara) dan sekunder (Sulu-Celebes dan South China Sea, Bali, Indian coast, Kyushu Island Japan) dengan nilai 0,037-0,056. Analisis fiksasi indeks (Fst) diperoleh nilai 0,801-0,936 yang menunjukan bahwa tidak terdapat diferensiasi genetik antar populasi. Aliran genetik yang besar antar populasi berdasarkan hasil analisis jarak genetik dan Fst. Hasil analisis menunjukan bahwa struktur genetik populasi ikan cakalang di perairan Maluku belum terganggu. Data genetik ikan cakalang yang diperoleh dapat dijadikan sebagai basis data untuk melestarikan dan menjaga keberlanjutan sumberdaya ikan.Genetic is key substantial approach conservation, managament and sustainability. This study aims to genetic structure populations Skipjack tuna in North Maluku Sea. Samples collection in Morotai Island (n=10), Central Halmahera District, Weda (n=10) dan South Halmahera District, Bacan, (n=10) and secondary data (n=4) in March-May 2018. Molecular analysis through stages extraction, PCR, electrophoresis and sequencing DNA. DNA sequences analysis used MEGA 5 (Genetic distance and phylogenetic) and arlequin (Fixation index). The result found that fragment length 546 (base pairs) in control mitocondrial DNA. Genetic distance analysis Skipjact tuna population based on primary (North Maluku) and secondary data (Sulu-Celebes and South China Sea, Bali, Indian coast, Kyushu Island Japan) show close genetic 0.037-0.056. Fixation indices (Fst) analysis value 0.801-0.936 the show that weak genetic differentiation between populations. High genetic flow between populations based on genetic distance and Fst. The result show that genetic distance and Fst show that genetic structure populations Skipjack tuna in North Maluku Sea undistrubed. The Skipjack tuna data obtained can uses data base to preserve and sustainability fish resource
AKTIVITAS BIOLOGI DARI SENYAWA TERPENOIDS SOFT CORAL GENUS SINULARIA sp
The soft coral genus Sinularia is one of the most widely distributed soft corals. It constitutes a dominant portion of the biomass in the tropical reef environment. Sinularia elaborates a rich harvest of secondary metabolites including sesquiterpenes, diterpenes, polyhydroxylated steroids, and polyamine compounds. These metabolites were recently shown to possess a range of biological activities such as antimicrobial, anti-inflammatory, and cytotoxic activities. During the past decade, Sinularia has yielded many new structures with novel skeletons. Several of the previously published secondary metabolites have been reexamined for their pharmacological properties, and the results strongly support further investigations. The current article reviews the terpenoids of the soft coral genus Sinularia and their pharmacological significance.Keywords: Marine natural products, Soft corals,, Octocorals, Sinularia, Bioactive terpenes, Terpenoids.
Kondisi Suhu, Salinitas, pH dan Oksigen Terlarut di Perairan Terumbu Karang Ternate, Tidore dan Sekitarnya
Pengamatan suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut di perairan terumbu karang Ternate, Tidore dan sekitarnya, telah dilaksanakan pada bulan Juli 2018. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa suhu air dan oksigen terlarut di lapisan permukaan dengan dekat dasar adalah berbeda nyata. Salintas dan pH tidak berbeda nyata antara lapisan permukaan dengan dekat dasar. Variasi kedalaman air laut terhadap suhu, salinitas, pH dan kadar oksigen menunjukkan perbedaan yang relatip kecil namun masih dalam batas ambang kehidupan biota laut. Pada lapisan permukaan nilai AOU yang positip diperoleh 85,71 % dan AOU negatip 14,29 % menggambarkan adanya lokasi yang pemakaian oksigennya lebih besar daripada produksi oksigen. Nilai suhu air laut, salinitas, pH dan oksigen terlarut di perairan ternate, tidore dan sekitarnya belum menunjukkan dampak negatif terhadap lingkungan perairan dan masih baik untuk pertumbuhan terumbu karang
Sebaran Horizontal Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut di Perairan Pantai Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara
Pengamatan fosfat, nitrat dan oksigen terlarut telah dilakukan di perairan Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara pada bulan Pebruari 2019. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi perairan berdasarkan ketersediaan dan distribusi spasial fosfat, nitrat dan oksigen terlarut di perairan tersebut. Analisa fosfat dan nitrat berdasarkan metoda spektrofotometri menggunakan spektrofotometer UV-VIS Shimadzu 1700. Kadar oksigen terlarut ditentukan dengan metoda elektrokimia menggunakan DO meter AZ 8563. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa kadar fosfat dan oksigen terlarut di lapisan permukaan dengan dekat dasar adalah berbeda, sedangkan kadar nitrat tidak berbeda antara lapisan permukaan dengan dekat dasar. Tinggi rendahnya kosentrasi fosfat, nitrat dan oksigen terlarut di perairan ini dipengaruhi oleh arus, pergerakan massa air, aktifitas plankton dan masukkan dari daratan. Kadar fosfat, nitrat dan oksigen terlarut di perairan Bolaang Mongondow masih tergolong normal dan baik untuk kehidupan biota laut.Kata kunci: Sebaran, fosfat, nitrat, oksigen terlarut, kualitas air, Sulawesi Utar
ANALISIS KESESUAIAN EKOWISATA HUTAN MANGROVE DI KAWASAN TELUK JAILOLO KABUPATEN HALMAHERA BARAT
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem utama di wilayah pesisir yang sangat produktif namun sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Pengelolaan hutan mengrove harus memperhatikan keterpaduan secara ekologis, ekonomis dan sosial-budaya masyarakat agar pengelolaan secara optimal dan lestari tercapai. Potensi sumber daya ekosistem mangrove di Kawasan Teluk Jailolo cukup besar tetapi kondisi hutan mangrove belum terdata optimal. Tujuan dari penelitian ini menganalisis kesesuaian lahan dan potensi hutan mangrove bagi peruntukan kegiatan konservasi dan ekowisata mangrove dengan harapan agar pemanfaatan potensi hutan mangrove dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan teknologi penginderaan jauh dalam memperoleh data dan informasi spasial luas mangrove dan pengukuran langsung (survey lapangan) untuk memperoleh data dan kondisi fisik hutan mangrove di kawasan pesisir Teluk Jailolo, analisis area kesesuaian lahan diketahui berdasarkan analisis spasial dengan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil analisis data Citra Alos Avnir-2 bahwa luas mangrove yang terdapat di Teluk Jailolo adalah 393.77 ha, sebagian besar menyebar disekitar garis pantai bagian Timur Teluk Jailolo. Sedangkan berdasarkan hasil analisis SIG diketahui bahwa luas kesesuaian mangrove untuk ekowisata dikatahui bahwa kategori sesuai 123. 79 ha, kategori cukup sesuai 157.83 ha, dan kategori kurang sesuai 112.15 ha. Kata Kunci : Teluk Jailolo, hutan mangrove, analisis kesesuaian lahan, ekowisat
Struktur komunitas ekosistem mangrove di kawasan pesisir Sidangoli Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara
Abstract. Mangroves is important ecosystem in coastal. However, multiple destructive activities to cause reduced mangrove area. The information about area and criteria of mangrove in Sidangoli coastal area, had been doing, however information ecology mangrove unexplored. This information is required to plan better conservation strategy of mangrove. The study was conducted to infer the ecology of mangrove in the Sidangoli coastal of west halmahera regency, North Mollucas. A total of location diveded by four and perform in November 2014. Mangrove sampling, done by the "spot check". The results showed that mangrove of thickness ranging from 145-750 meters and founded 11 specieses from 5 families of mangroves. The ecology analysis showed that frequency and density of mangrove founded station three. Whereas persent cover contained station four and value sicnificant analysis in all station. The mangrove vegetation analysis contained the high frequency, density and value sicnificant is Rhizopora stylosa and high persent cover Sonneratia alba.the overall observation of mangrove explaided that mangrove ecosystem enter in low/damage criteria.Keywords: Mangroves; Rhizopora stylosa; spot check; Sonneratia alba Abstrak. Mangrove merupakan ekosistem penting di kawasan pesisir. Tetapi, berbagai macam aktivitas yang bersifat destruktif telah menurunkan luas penyebaran lahan mangrove. Informasi tentang luas dan kriteria mangrove di kawasan pesisir Sidangoli, Kabupaten Halmahera Barat telah dilakukan. Akan tetapi informasi tentang nilai ekologi mangrove belum dilaporkan, sehingga perlu adanya kajian tentang anailsis ekologi mangrove. Informasi nilai ekologi dapat dijadikan sebagai data untuk dijadikan sebagi acuan dalam merencanakan strategi konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekologi mangrove dikawasan pesisir Sidangoli Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Lokasi penelitian dibagi menjadi empat dan penelitian dilaksanakan pada November 2014. Pengambilan contoh mangrove, di lakukan dengan menggunakan metode “spot chek”. Hasil penelitian menunjukkan ketebalan mangrove berkisar 145-750 meter dan diperoleh sebanyak 11 jenis dari 5 famili mangrove. Analisis ekologi memperlihatkan bahwa nilai total kerapatan dan frekuensi tertinggi ditemukan pada stasiun tiga. Sedangkan tutupan tertinggi pada stasiun empat serta nilai penting pada setiap stasiun adalah 300. Analisis vegetasi mangrove disetiap stasiun diperoleh kerapatan, frekuensi dan nilai penting jenis tertinggi adalah Rhizopora stylosa serta tutupan jenis tertinggi adalah Sonneratia alba. Total pangamatan jenis mangrove dan jumlah yang tersedia, menggambarkan kondisi ekosistem mangrove di pesisir Sidangoli masuk dalam kategori rendah/rusak
- …