30 research outputs found

    Analisis Kesulitan Peserta Didik dalam Menulis Permulaan di Kelas 1 Sekolah Dasar

    Get PDF
    Menulis merupakan kemampuan yang dimiliki individu dalam menuangkan gagasan/informasi melalui sebuah tulisan. Pada tingkatan awal di sekolah dasar, menulis permulaan adalah suatu keterampilan dasar yang wajib dikuasai oleh peserta didik. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dalam menulis permulaan serta upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi peserta didik. Penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa serangkaian kalimat yang mendeskripsikan temuan dari hasil observasi, wawancara, serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat  kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peserta didik dalam menulis permulaan seperti masih terdapat huruf yang tertinggal saat menulis, tidak terdapat jarak saat menulis serta Peserta didik menulis dengan sangat lambat. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah Guru memahami kondisi setiap peserta didik, Guru memahami karakteristik setiap peserta didik, Guru memberikan motivasi pada peserta didik dan Guru memberikan bimbingan dalam menulis. Kata Kunci: Kesulitan menulis, Menulis permulaa

    PERJUANGAN PEREMPUAN DALAM LEGENDE TELUK WANG: PERSEPSI GENDER (Women’s Struggle in the Legend of Teluk Wang: Gender Perception)

    Get PDF
    Salah satu bentuk sastra daerah Melayu Jambi adalah Legende Teluk Wang. Legende itu merupakan sastra lisan yang sangat menonjol dalam kehidupan masyarakat sebagai alat untuk mengungkapkan isi hati, menyampaikan maksud atau pikiran, dan menyampaikan suatu keadaan atau situasi yang menurut tradisi budaya harus disampaikan. Legende itu, melalui peran para tokohnya menggambarkan kehidupan perempuan yang berbeda dengan kehidupan perempuan dalam budaya Melayu Jambi jika dipandang dari sisi gender. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perjuangan perempuan dalam Legende Teluk Wang yang dipandang dari sisi gender dan dikaitkan dengan budaya Melayu Jambi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan metode analisis isi (content analysis) dan pendekatan semiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama perempuan mendapat kesempatan yang sama untuk memperjuangkan dan mengambil suatu keputusan yang penting, yaitu  ikut merintis dan menentukan perkampungan baru; kedua, laki-laki dan perempuan  bermitra dalam menjalankan perekonomian keluarga; ketiga,  laki-laki dan  perempuan mendapat bekal ilmu yang sama dari orang tuanya, seperti mendapat ilmu silat; dan keempat, perempuan dipandang sejajar dengan kaum laki-laki. Dengan demikian, perempuan diberi peran dan kedudukan  yang sama dengan kaum laki-laki dalam Legende Teluk Wang.Abstract:One form of Jambi Malay’s  literature is the  legend of  teluk Wang. The legend is an oral literature that is very prominent in public life as a tool to confide, to convey intentions or thoughts, and to express a condition or situation based on cultural traditions that must be delivered. The Legend through the role of the characters depicts different women’s lives  from their lives in Jambi Malay culture when viewed from the side of gender.  Therefore, this study attempts to reveal the struggle of women in the legend of  Teluk Wang  viewed from the side associated with gender and Jambi Malay culture. This qualitative study employs content analysis method and semiotic ap- proach. The results indicate four findings: first, the female got the same chance to fight on impor- tant decision, e.g. taking a part in  pioneering and determining new settlements; Second, men and women worked together as partners  in running the family economy; Third men and women got the same knowledge from their parents, i.e. having martial arts; fourth, women were equally treated to men. In conclusion, in legend of Teluk Wang women   had the same role and position as men. Key words: The legend of Teluk Wang, women’s struggle, gender perceptio

    NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT MASYARAKAT BUNGO DAN RELEVANSINYA TERHADAP PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

    Get PDF
    Indonesia adalah negara multikultural dengan adanya keragaman suku, ras, bahasa, agama dan budaya yang dikemas dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika. Salah satu keragaman budaya Indonesia terdapat dalam bidang sastra, termasuk cerita rakyat. Sastra lisan digunakan untuk mengungkapkan suatu peristiwa yang mengandung nilai-nilai mulai dari nilai moral, nilai agama, adat istiadat, fantas peribahasa, nyanyian, cerita rakyat dan mantra-mantra. Salah satu genre yang termasuk dalam sastra lisan adalah folklor, cerita lisan yang hidup dan bertahan dalam suatu lingkungan masyarakat dan diturunkan secara lisan dari satu generasi ke generasi lain dalam masyarakat tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam cerita rakyat Bungo. Sebutkan dan jelaskan relevansi nilai pendidikan karkter dalam cerita rakyat Bungo terhadap pembelajaran apresiasi sastra sekolah menengah pertama. Metodologi penelitian ini meliputi: (1) Konteks penelitian dibagi menjadi 2 yaitu lokasi dan waktu penelitian, (2) bentuk dan strategi penelitian, (3) data dan sumber data, teknik pengumpulan data, (4) teknik pengambilan sampel, ( 5) validitas data penelitian, (6) teknik analisis data.. Temuan dari penelitian ini antara lain: Cerita rakyat Bungo relevan terhadap pembelajaran apresiasi sastra karena dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk pembelajaran.Kata kunci : Pendidikan, Cerita Rakyat, Relevansi, Sekola

    NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP CERITA RAKYAT KERINCI “SAKUNUNG-SAKUNUNG NINAU

    Get PDF
    The purpose of this study was to describe the value of character education and public perceptions of the Kerinci folklore. This research is in the form of qualitative research and uses a descriptive approach. The study used was a sociology of literature study, the data source used was a folklore book entitled Sakunung-Sakunung Ninau originating from Koto Tuo, the indigenous people of Pulau Tengah as well as articles from the internet, journals and other supporting books. Based on the research results, there are values ​​of character education in the folklore of Kerinci Sakunung-Sakunung Ninau. In general, the five aspects of character education values ​​proclaimed by the Ministry of Education and Culture, namely Religious, Nationalist, Independent, Mutual Cooperation and Integrity are contained in the story of the Sakunung-Sakunung Folk. Sakunung Ninau, according to the community's perception, the three respondents said that Sakunung Ninau is a bedtime story filled with advice. It can be concluded that the folklore of Kerinci Sakunung-Sakunung Ninau has character education values, as well as the public's perception that Sakunung Ninau contains advice.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai pendidikan karakter dan persepsi masyarakat pada cerita rakyateKerinci. Penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan deskriptif. Kajian yang digunakan adalahekajian sosiologi sastra, sumber data yane dipakai adalah buku cerita rakyat berjudul Sakunung-Sakunung Ninau yang berasal  dari eDesa Koto Tuo Pulau Tengah, masyarakat asli Pulau Tengah serta artikel dari internet, jurnal dan buku penunjang lainnya. Berdasarkan hasil penelitian terdapat nilai-nilai pendidikan karakter di dalam cerita rakyat Kerinci Sakunung-Sakunung Ninau, secara garis besar kelima aspek nilai pendidikanekarakter yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong dan Integritas terkandung didalam cerita Rakyat Sakunung-Sakunung Ninau, pada persepsi masyarakat ketiga responden mengatakan bahwa Sakunung Ninau merupakan cerita penghantar tidur berisikan nasehat. Dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat Kerinci Sakunung-Sakunung Ninau memiliki nilai pendidikan karakter, serta persepsi masyarakat bahwa Sakunung Ninau mengandung naseha

    THE STRUCTURE OF POEM IN TALE KERINCI FOLKLORE

    Get PDF
    Tale is the folklore in the form of poem that is sung. This study aims to gain in-depth understanding of the structure of Tale poem in the release of the Kerinci pilgrims. This qualitative study employed content analysis as the method with a structural approach. This study discussed the structure of the Tale poem. The results of the study are Tale poem consists of sampiran phrase, the rhyme/ sound phrase, and content. It composed by ten lines to twenty lines. It has ab ab rhyme according to the sound phrase flanking each line. The sound expression serves as rhyme and rhythm former

    Children's Story Textbook and Character Education for the Elementary Students

    Get PDF
    This research aimed to develop textbooks containing short stories for young learners based on character education for the fourth grade students at one elementary school. The research subjects were elementary school students, while the research object was children's stories. Children's stories are tales that narrate a story close to the world of children and use language that is easy to be understood by them. The children's story textbook developed in this research was a literary work that reflects the value of character education. The method used was Research and Development. The result was a textbook to teach the fourth-grade students in the state elementary school, which contains children's story based on character education values. The findings illustrated by the expert validation showed that the textbook was feasible. It was effective since the learning results increased. In the trial, the learning goal was achieved in the time allocated. The textbook fascination was described from the interview result with the teacher and students at the trial. In addition, the student's responses to learning with the textbook were reflected in their enthusiastic learning behaviors. The assessment conducted by the teacher revealed that the average score was 89%, while the individual trial was 84%, the small trial was 96%, and the field trial was 97%. In conclusion, the children’s story textbook book based on character education was considered very interesting, precise, clear, and appropriate

    Teka-Teki Dalam Bahasa Kerinci Deskripsi &Analisis (2001)

    Get PDF

    NILAI-NILAI BUDAYA KISAH CERITA RAKYAT KERINCI : STUDI STRUKTURAL DAN SEMIOTIK

    Get PDF
    Tale is a means of a singing folklore. This research is trying to explore the cultural values of the tale performed in Kerinci’s local tradition to see the hajj participants off. This research applies a qualitative study in the form of content analysis with structural and semiotic approach. Structural approach is aimed at revealing cultural values related to structural elements of tale, and semiotic approach is used to find out the meaning of both cultural value and cultural semiotic signs as such icon, index, and symbol. The findings on the structural elements of Kerinci’s tale can be classified into: first, the tale of conventional poetry where the structure refers to the existing conventions. Second, the themes are in the forms of a separation, grief and compassion, advice, guidance, and love desire, desire, hope, or ideals. The findings on cultural value is human relationships with God are obedience, resignation, providence of God, the power of God, gratitude, the power of faith. Keywords : Tale structures, moral values, semiotic symbols

    STRUKTUR NASKAH DRAMA ROH KARYA WISRAN HADI

    Get PDF
    The structural approach is an initial approach in a literary research. The purpose of this research is to describe the structural elements and describe the relationship between any elements in the drama script Roh by Wisran Hadi. The source of this research is the drama script Roh by Wisran Hadi written in June 1998 in Pagaruyung, West Sumatra. The script of this play has four acts with 29 pages. The drama script Roh is one of the best scripts by Wisran Hadi and won the 2nd place award in the 2003 DKJ competition. The drama script Roh by Wisran Hadi was published in the Sobrat drama script collection. Published by PT. Grasindo Jakarta 2003. The results of this study are in accordance with the initial objectives, the process of obtaining data is carried out through various stages, starting from the stage of recording data, classifying data and analyzing data. This research was conducted to prove that within the intrinsic elements of Wisran Hadi's dramae Roh, there is a concrete and significant relationship so that a literary work can be enjoyed in every verse of the written wordPendekatan struktur merupakan suatu pendekatan awal dalam sebuah penelitian sastra. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan unsur-unsur struktur dan mendeskripsikan hubungan antar unsur apa saja yang ada dalam  naskah drama Roh karya Wisran Hadi. Sumber penelitian ini adalah naskah drama Roh karya Wisran Hadi yang ditulis pada Juni 1998 di Pagaruyung, Sumatera Barat. Naskah drama ini memiliki empat babak dengan 29 halaman. Naskah drama Roh merupakan salah satu naskah terbaik karya Wisran Hadi dan mendapatkan penghargaan juara II sayembara DKJ Tahun 2003. Naskah Drama Roh karya Wisran Hadi diterbitkan dalam kumpulan naskah drama Sobrat. Diterbitkan oleh PT. Grasindo Jakarta 2003. Hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan awal, proses mendapatkan data dilakukan melalui berbagai tahap, mulai dari tahap pencatatan data, pengklasifikasian data serta menganalisis data. Penelitian ini dilaksanakan  untuk membuktikan bahwa di dalam unsur-unsur intrinsik naskah dramaeRoh Karya Wisran Hadi memiliki hubungan yang konkret dan signifikan sehingga terbentuklah suatu karya sastra yang dapat dinikmati setiap bait kata yang tertuli

    Fungsi Pelaku dan Lingkungan Tindakan dalam Cerita Rakyat Sarolangun

    Get PDF
    Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta menguraikan kondisi dan keadaan dari identifikasi aspek-aspek fungsi pelaku, dan lingkungan tindakan yang terdapat pada masing-masing cerita rakyat Sarolangun. Metode penelitian ini berjenis kualitatif yang berbasis pada jenis data berupa satuan kalimat, dialog, narasi yang secara deskriptif akan diuraikan sesuai dengan struktur fungsi pelaku, serta lingkungan tindakan yang terdapat dalam teori struktur Vladimir Propp. Sumber data diambil dari informan yang merupakan penduduk asli daerah Sarolangun dan betul-betul memahami cerita rakyat Sarolangun. Data dalam penelitian didapat dari hasil rekaman dan transkripsi berupa cerita rakyat Sarolangun dengan judul, Putri Putik Kelumpang, Gadis Malang, Abu dan Keris Sakti, Kelakar Si Pongah, Kerbau Beranak Manusia, Si Puti dan Tuan Beruk, Dukun Cindai, dan Tipu Daya Si Kancil. Hasil penelitian yang diperoleh dalam menganalisis fungsi pelaku dan lingkungan tindakan terhadap delapan cerita rakyat Sarolangun ditemukan data sebanyak 46 fungsi pelaku serta lingkungan tindakan yang berbeda-beda disetiap cerita rakyat Sarolangun berdasarkan teori Vladimir Propp, diantaranya yaitu: Fungsi pelaku dalam cerita Putri Putik Kelumpang ditemukan sebanyak 5 fungsi pelaku  dengan 7  lingkaran tindakan, cerita Gadis Malang ditemukan sebanyak 9 fungsi dengan 4 lingkaran tindakan, cerita Abu dan Keris Sakti ditemukan sebanyak 5 fungsi pelaku dengan 1 lingkaran tindakan, cerita Kelakar Si Pongah ditemukan sebanyak 3 fungsi pelaku dengan 3 lingkaran tindakan, cerita Kerbau Beranak Manusia ditemukan sebanyak 8 fungsi dengan 3 lingkaran tindakan, cerita Putri dan Kak Beruk ditemukan sebanyak 8 fungsi pelaku dengan 3 lingkaran tindakan, cerita Dukun Cindai ditemukan sebanyak 6 fungsi pelaku dengan 4 lingkaran tindakan, cerita Tipu Daya Si Kancil ditemukan sebanyak 2 fungsi pelaku dengan 2 lingkaran tindakan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masing-masing cerita rakyat Sarolangun memiliki jumlah fungsi dan lingkungan tindakan yang beragam dengan jumlah fungsi terbanyak yaitu 9 fungsi dalam cerita Gadis Malang dan paling sedikit ditemukan 2 fungsi dalam cerita Tipu Daya Si Kancil sedangkan lingkungan Tindakan yang paling lengkap terdapat pada cerita Putri Putik Kelumpang dan paling sedikit terdapat pada cerita Abu dan Keris Sakti. Jumlah fungsi serta lingkungan tindakan yang didapat tentunya dipengaruhi oleh banyaknya aksi pelaku serta kelengkapan alur cerita sehingga kemungkinan untuk munculnya fungsi-fungsi pelaku bisa lebih banyak. Selain itu terdapat beberapa temuan yang jarang atau bahkan belum pernah terjadi dalam cerita rakyat lain. Abstract This study aims to describe and describe the conditions and circumstances of identifying aspects of the actor's function, and the action environment contained in each of the Sarolangun folklore. This research method is a qualitative type based on the type of data in the form of units of sentences, dialogues, narratives which will be described descriptively in accordance with the structure of the actors' functions, as well as the action environment contained in Vladimir Propp's structural theory. Sources of data were taken from informants who are natives of the Sarolangun area and really understand the Sarolangun folklore. The data in the study were obtained from recordings and transcriptions in the form of the folklore of Sarolangun with the title, Princess Pistil of Kelumpang, Girl of Malang, Abu and Keris Sakti, Jokes of Si Pongah, Buffalo with Human Child, Si Puti and Tuan Beruk, Shaman Cindai, and Deception of the Kancil . The research results obtained in analyzing the actors' functions and the action environment for eight Sarolangun folklore found data on 46 actors' functions and different action environments in each Sarolangun folklore based on Vladimir Propp's theory, including: 5 actor functions with 7 action circles, Malang Girl story found 9 functions with 4 action circles, Abu and Keris Sakti story found 5 actor functions with 1 action circle, Kelakar Si Pongah story found 3 actor functions with 3 action circles, story Buffaloes give birth to humans found as many as 8 functions with 3 circles of action, the stories of Putri and Kak Beruk found as many as 8 functions of actors with 3 circles of action, the story of Shaman Cindai found as many as 6 functions of actors with 4 circles of action, the story of Tipu Daya Si Kancil found as many as 2 functions of actors d ith 2 action circles. Based on the results of the study it can be concluded that each of the Sarolangun folklore has several functions and various action environments with the highest number of functions, namely 9 functions in the Malang Girl story and at least 2 functions are found in the story Tipu Daya Si Kancil while the most complete action environment is in the story Putri Pistil Kelumpang and at least in the story Abu and Keris Sakti. The number of functions and the action environment obtained is of course influenced by the number of actors' actions and the completeness of the storyline so that there are more possibilities for the appearance of the actor's functions. In addition, there are several findings that are rare or even never happened in other folklore
    corecore