51 research outputs found

    EKSTRAKSI SENYAWA FENOLIK DARI LIMBAH KULIT KACANG TANAH SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI MENGGUNAKAN METODE DOMESTIC MICROWAVE MACERATION

    Get PDF
    Limbah kulit kacang tanah (Arachis hypogea L) umumnya dihasilkan dari industri kacang yang menghasilkan berbagai produk olahan kacang yang sebagian besar limbahnya belum dimanfaatkan. Hal ini sangat disayangkan karena di dalam kulit kacang terkandung senyawa fenolikyang dapat berfungsi sebagai antioksidan alami. Antioksidan alami dari senyawa fenolik kacang tanah dapat diperoleh melalui proses ekstraksi kulit kacang menggunakan metode Domestic Microwave Maceration (DMM). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh jenis pelarut (air dan etanol 96%), perbandingan jumlah solid dan pelarut (g/ml) (1:5,1:10,1:15), dan waktu ekstraksi (30, 90, dan 150 detik) terhadap yield dan Total Phenolic Content (TPC) ekstrak kulit kacang tanah menggunakan metode Domestic Microwave Maceration (DMM). Selain itu, juga diuji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada ekstrak kulit kacang dengan TPC terbesar. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada pelarut air, perbandingan solid dan pelarut 1:10 (g/mL) dan waktu ekstraksi 150 detik dihasilkan ekstrak kulit kacang tanah dengan yield ekstrak terbesar yaitu 5,46% dan pada pelarut etanol 96% berat, perbandingan solid dan pelarut 1:10 (g/mL) dan waktu ekstraksi 150 detik, dihasilkan ekstrak kulit kacang tanah dengan TPC terbesar yaitu 7,7901 g GAE/100 g ekstrak (0,7478 mg GAE/g kulit kacang tanah) dan aktivitas antioksidan sebesar 93,89%. Kata kunci: kulit kacang tanah, senyawa fenolik, antioksidan alami, domestic microwave maceration, pelarut etano

    Ekstraksi Senyawa Phenolic Pandanus Amaryllifolius Roxb. sebagai Antioksidan Alami

    Full text link
    Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan salah satu tumbuhan yang banyak tumbuh di Asia Tenggara, salah satunya di Indonesia. Pandan wangi adalah jenis tumbuhan monokotil dari famili Pandanaceae yang memiliki aroma wangi yang khas dan mempunyai kandungan kimia alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, serta polifenol yang berfungsi sebagai zat antioksidan. Zat antioksidan dalam pandan ini yang akan diambil menggunakan metode ekstraksi pelarut dengan pelarut etanol 96%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh suhu dan waktu ekstraksi senyawa phenolic dari daun pandan terhadap yield ekstrak dan kadar senyawa phenolic (Total Phenolic Content: TPC), menentukan suhu dan waktu ekstraksi yang menghasilkan yield senyawa phenolic terbesar, menentukan aktivitas antioksidan dari ekstrak daun pandan yang diperoleh pada kondisi yield phenolic terbesar. Mula-mula daun pandan dikecilkan ukurannya menjadi sekitar 0,5 x 0,5 cm, ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian diekstrak dengan 100 mL etanol 96% dengan suhu dan waktu ekstraksi yang divariasi. Setelah itu hasil ekstrak yang didapat dipisahkan menggunakan oven vakum. Ekstrak pandan yang telah dipisahkan dari pelarutnya diuji kadar senyawa phenolic dengan metode Folin-Ciocalteu, dan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH

    Bleaching Vacuum Minyak Biji Kapuk

    Get PDF
    Minyak biji kapuk sebelum digunakan sebagai minyak pangan perlu dibleaching terlebih dahulu. Bleaching dilakukan dengan menggunakan campuran adsorben activated carbon (AC) dan activated bentonit (AB) dalam kondisi vacuum atau bebas udara. Hal ini dikarenakan dalam kondisi vacuum dapat diminimalisasi terbentuknya peroksida yang berasal dari reaksi antara oksigen dengan asam lemak tak jenuh. Sebelum dilakukan proses bleaching, terhadap minyak dilakukan proses degumming terlebih dahulu menggunakan asam fosfat (H3PO4) 60% sebanyak 0,2% berat minyak dan diaduk selama 30 menit pada suhu konstan 90oC. Proses bleaching dilakukan dengan memanaskan minyak hasil degumming pada suhu tertentu (50, 60, 70, 80, 90oC). Setelah itu, adsorben dengan variasi rasio massa antara activated carbon (AC) dan activated bentonite (AB) sebesar 0% AC(100% AB), 5%AC, 10%AC, 15%AC, 20%AC, dan 100% AC) dimasukkan ke dalam minyak sambil dipanaskan dan diaduk selama 30 menit. Proses bleaching dilakukan dengan kondisi vacuum. Setelah penyaringan, dilakukan analisa warna, FFA dan PV. Dari penelitian didapatkan kondisi proses terbaik, yaitu suhu dan rasio massa karbon aktif-bentonit yang menghasilkan minyak dengan kualitas terbaik, yaitu suhu 70oC dan rasio adsorben 0%AC (100%AB). Pada kondisi ini minyak memiliki grade warna Y=10, grade warna R=2,4 , kadar FFA= 8,153 % dan PV= 7 meq/kg minyak

    Ekstraksi Minyak Kulit Jeruk Dengan Metode Distilasi, Pengepresan dan Leaching

    Get PDF
    Minyak atsiri adalah senyawa yang mudah menguap yang tidak larut dalam air. Minyak atsiri merupakan ekstrak alami dari tanaman, baik yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian, ataupun kulit buah. Salah satu jenis minyak atsiri yang dapat diproduksi di Indonesia adalah minyak kulit jeruk. Mengingat bahwa jeruk merupakan salah satu buah-buahan tropis andalan yang dihasilkan di Indonesia dan banyaknya industri minuman yang menggunakan buah jeruk sebagai bahan baku, maka limbah jeruk yang dihasilkan jumlahnya cukup banyak. Dalam penelitian ini dipelajari tentang produksi minyak kulit jeruk dengan berbagai macam metode untuk menghasilkan minyak kulit jeruk dengan kualitas yang baik dan yield yang paling tinggi. Tujuan dari peneliitan ini adalah mempelajari kualitas dan yield minyak kulit jeruk yang dihasilkan dari metode distilasi, pengepresan, dan leaching. Penelitian dilakukan dengan 3 metode yaitu distilasi, pengepresan, dan leaching. Untuk tahap pengepresan, variasi yang dilakukan adalah variasi tekanan yang berkisar dari 2.000 sampai 7.000 psia. Untuk tahap leaching variasi yang dilakukan adalah volume pelarut yaitu berkisar dari 200 sampai 500 mL untuk tiap 100 gram kulit jeruk. Dari hasil penelitian didapat yield minyak kulit jeruk terbesar adalah dengan metode leaching dengan volume solvent 500 mL/100 gram kulit jeruk, dan kualitas terbaik adalah dengan metode distilasi

    Bleaching Vacuum Minyak Biji Kapuk

    Full text link
    Minyak biji kapuk sebelum digunakan sebagai minyak pangan perlu dibleaching terlebih dahulu. Bleaching dilakukan dengan menggunakan campuran adsorben activated carbon (AC) dan activated bentonit (AB) dalam kondisi vacuum atau bebas udara. Hal ini dikarenakan dalam kondisi vacuum dapat diminimalisasi terbentuknya peroksida yang berasal dari reaksi antara oksigen dengan asam lemak tak jenuh. Sebelum dilakukan proses bleaching, terhadap minyak dilakukan proses degumming terlebih dahulu menggunakan asam fosfat (H3PO4) 60% sebanyak 0,2% berat minyak dan diaduk selama 30 menit pada suhu konstan 90oC. Proses bleaching dilakukan dengan memanaskan minyak hasil degumming pada suhu tertentu (50, 60, 70, 80, 90oC). Setelah itu, adsorben dengan variasi rasio massa antara activated carbon (AC) dan activated bentonite (AB) sebesar 0% AC(100% AB), 5%AC, 10%AC, 15%AC, 20%AC, dan 100% AC) dimasukkan ke dalam minyak sambil dipanaskan dan diaduk selama 30 menit. Proses bleaching dilakukan dengan kondisi vacuum. Setelah penyaringan, dilakukan analisa warna, FFA dan PV. Dari penelitian didapatkan kondisi proses terbaik, yaitu suhu dan rasio massa karbon aktif-bentonit yang menghasilkan minyak dengan kualitas terbaik, yaitu suhu 70oC dan rasio adsorben 0%AC (100%AB). Pada kondisi ini minyak memiliki grade warna Y=10, grade warna R=2,4 , kadar FFA= 8,153 % dan PV= 7 meq/kg minyak

    Pembuatan Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe Vera) sebagai Antiseptik Alami

    Full text link
    Dewasa ini masyarakat semakin memperhatikan kebersihan diri dikarenakan banyak penyakit yang ditimbulkan akibat bakteri maupun kuman. Salah satu sarana untuk membersihkan diri adalah sabun. Bentuk sabun yang saat ini diminati oleh masyarakat adalah sabun kertas karena praktis dan mudah digunakan. Biasanya dalam sabun ditambahkan zat aktif seperti triclosan untuk membunuh bakteri, namun triclosan berdampak negatif bagi tubuh. Lidah buaya mengandung saponin yang berfungsi sebagai antibakteri alami. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi proses terbaik menggunakan minyak kelapa dan minyak jagung; variasi jumlah NaOH; dan variasi jumlah lidah buaya yang menghasilkan sabun dengan daya antiseptik terbaik untuk kemudian dibuat menjadi sabun kertas. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada uji lempeng total, tangan yang telah diolesi dengan lidah buaya memiliki bakteri lebih sedikit dibandingkan dengan tangan yang tidak diolesi dengan lidah buaya. Hal ini membuktikan bahwa lidah buaya memiliki kemampuan antiseptik untuk menggantikan triclosan. Tetapi sabun dengan lidah buaya memiliki kemampuan lebih baik dalam membunuh bakteri. Sabun dengan hasil terbaik ditentukan dengan membandingkan sabun hasil penelitian dengan sabun komersial. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sabun dari minyak kelapa dengan jumlah NaOH 8 gram dan lidah buaya 20 mL merupakan sabun yang memiliki karakteristik sabun yang sesuai dengan standar dan memiliki jumlah bakteri paling sedikit

    Pengaruh Pasteurisasi Terhadap Kualitas Jus Jeruk Pacitan

    Get PDF
    Jeruk Pacitan adalah salah satu hasil perkebunan asli Indonesia dan menjadi hasil unggulan daerah Pacitan. Jeruk Pacitan mempunyai rasa yang manis, kandungan air yang banyak, dan memiliki kandungan vitamin C yang tinggi sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat terutama anak– anak. Jeruk dapat dikonsumsi dalam bentuk jus. Pada pembuatan jus jeruk dalam kemasan terlebih dahulu dilakukan pasteurisasi sebelum dikemas untuk mematikan mikroba dan menginaktifkan enzim–enzim yang menyebabkan reaksi pencoklatan. Tujuan penelitian ini yaitu mempelajari pengaruh suhu dan waktu pemanasan pada proses pasteurisasi jus jeruk Pacitan serta menentukan kondisi terbaik agar didapatkan jus jeruk dengan jumlah mikroba sesuai SNI

    Pengaruh Pasteurisasi terhadap Kualitas Jus Jeruk Pacitan

    Full text link
    Jeruk Pacitan adalah salah satu hasil perkebunan asli Indonesia dan menjadi hasil unggulan daerah Pacitan. Jeruk Pacitan mempunyai rasa yang manis, kandungan air yang banyak, dan memiliki kandungan vitamin C yang tinggi sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat terutama anak– anak. Jeruk dapat dikonsumsi dalam bentuk jus. Pada pembuatan jus jeruk dalam kemasan terlebih dahulu dilakukan pasteurisasi sebelum dikemas untuk mematikan mikroba dan menginaktifkan enzim–enzim yang menyebabkan reaksi pencoklatan. Tujuan penelitian ini yaitu mempelajari pengaruh suhu dan waktu pemanasan pada proses pasteurisasi jus jeruk Pacitan serta menentukan kondisi terbaik agar didapatkan jus jeruk dengan jumlah mikroba sesuai SNI
    • …
    corecore