6 research outputs found

    HUBUNGAN PERSEPSI IBU DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI DI POSYANDU VETERAN RT03 RW01 GRESIK

    Get PDF
    MP-ASI seharusnya diberikan usia 6 bulan ke atas, namun masih banyak ibu yang memberikan MP-ASI dini di bawah usia 0-6 bulan. Data awal di Posyadu Veteran Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dari 20 bayi yang berusia 0-6 bulan, 12 bayi yang diberi ASI dan 8 bayi yang diberi MP-ASI dini. Tujuan penelitian mengetahui hubungan persepsi keluarga dengan pemberian MP- ASI dini. Desain penelitian ini dalah analitik secara cross sectional. Populasi semua ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Posyandu Veteran kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik sebesar 40 responden, besar sampel 36 responden yang diambil secara simple random sampling. Variabel independen persepsi keluarga dan variabel dependen pemberian MP-ASI dini. Instrument pengumpulan data menggunakan kuesioner. Dianalisis dengan uji chi square, tingkat kemaknaa

    Leukaemia Identification based on Texture Analysis of Microscopic Peripheral Blood Images using Feed-Forward Neural Network

    Get PDF
    ABSTRACT Leukaemia is very dangerous because it includes liquid tumour that it cannot be seen physically and is difficult to detect. Alternative detection of Leukaemia using microscopy can be processed using a computing system. Leukemia disease can be detected by microscopic examination. Microscopic test results can be processed using machine learning for classification systems. The classification system can be obtained using Feed-Forward Neural Network. Extreme Learning Machine (ELM) is a neural network that has a feedforward structure with a single hidden layer. ELM chooses the input weight and hidden neuron bias at random to minimize training time based on the Moore Penrose Pseudoinverse theory. The classification of Leukaemia is based on microscopic peripheral blood images using ELM. The classification stages consist of pre-processing, feature extraction using GLRLM, and classification using ELM. This system is used to classify Leukaemia into three classes, that is acute lymphoblastic Leukaemia, chronic lymphoblastic Leukaemia, and not Leukaemia. The best results were obtained in ten hidden nodes with an accuracy of 100%, a precision of 100%, a withdrawal of 100%

    LOKALITAS DALAM SENI GLOBAL TAHUN 2013

    No full text
    Globalisasi yang sedang diwacanakan ternyata melampaui batas-batas kata world. Globalisasi mengisyaratkan mengenai poin-poin lokal seni budaya yang tersebar di manapun dapat disebut aktivitas global. Jim Supangkat memberikan pandangannya mengenai global art bahwa upaya mengidentifikasi global contemporary art yang justru mempertanyakan tanda-tanda keseragaman. Sejarawan terkemuka Hans Belting memulainya dengan melihat global contemporary art sebagai ā€œglobal artā€ yang harus dibedakan dari world art. Bagi Hans Belting, pengertian world art mencerminkan pemahaman modernisme yang hegemonik(1). Jadi secara struktur world art masih sebatas klaim bahwa pandangan dunia Barat merupakan pandangan yang mampu diaplikasikan ditiap pelosok kebudayaan dunia, padahal jika dibaca secara teliti hal ini sebatas hegemoni dari moderisme dengan jargon world art. Global art menurut Hans Belting sama sekali bukan tanda-tanda munculnya kenyataan yang diprediksi universalisme. Global Art muncul karena sebab sebab ekonomi. Perkembangannya di art market tidak peduli pada keseragaman pada universalisme. Bisnis membuat global contemporary art memedulikan kekuatan lokal demi kepentingan bisnis(2). Global art mampu merangkul tiap-tiap aspek lokal yang walaupun ada sebuah kepentingan namun keberpihakannya mengankat nilai- nilai lokal didalam percaturan medan sosial seni sudah selayaknya diapresiasi. Tidak ada batas antara Timur dan Barat, semua kebudayaan itu bersifat global. perlu juga diuraian mengenai batas-batas istilah ā€œlokalā€ serta ā€œglobal artā€ dalam kesempatan ini karena sering terjadi pemaknaan yang bias. Istilah ā€œlokalā€ didalam seminar yang bertajuk ā€œLokalitas dalam Global Artā€ berada pada wilayah artefak-artefak kebudayaan lokal yang terdapat di Bali khususnya, ikon-ikon lokal yang mencirikan lokal jeniusnya. Sedangkan Global art berkutat kepada wacana seni yang diangkat dengan kekuatan lokal serta mampu diwacanakan diseluruh penjuru atau pelosok dunia. Note: (1) Lihat ā€œContemporaneityā€: Biennale Indonesia Awards 2010. Pewacanaan Contemporaneity oleh Jim Supangkat. ( 2) Ibid

    LOKALITAS DALAM SENI GLOBAL

    No full text
    Globalisasi yang sedang diwacanakan ternyata melampaui batas-batas kata world. Globalisasi mengisyaratkan mengenai poin-poin lokal seni budaya yang tersebar dimanapun dapat disebut aktivitas global. Jim Supangkat memberikan pandangannya mengenai global art bahwa upaya mengidentifikasi global cobtemporary art yang justru mempertanyakan tanda-tanda keseragaman. Sejarawan terkemuka Hans Belting memulainya dengan melihat global contemporary art sebagai "global art" yang harus dibedakan dari word art. Di Dalam ranah seni pertunjukan, Etnomusikologi itu sebuah eklitisme, tidak sekedar ilmu mencari musik disana sini, menyelidiki, mengkaji, bermain musik, namun Etnomusikologi itu lahir dari perlawanan para lokalitas pencinta musik - musik tradisional terhadap superior komunitas musik barat yang selalu menganggap diri paling hebat dan paling bermutu. Di sini para Etnomusikologi berjuang mengangkat citra lokal. Dari ranah visual art atau seni rupa dan desain dewasa ini terhembus wacana seni rupa mengenai Global Art yang kembali melirik dan menghadirkan ikon atau unsur lokal kemudian divisualkan secara kreatif dengan ide-ide "gila", sehingga disetiap karya-karya akan hadir atmosfer lokal bernuansa baru yang mampu eksis di dalam ranah medan sosial seni rupa dunia

    Proceedings of the 3rd International Conference on Community Engagement and Education for Sustainable Development

    No full text
    This proceeding contains articles on the various ideas of the academic community presented at The 3rd International Conference on Community Engagement and Education for Sustainable Development (ICCEESD 2022) organized by the Universitas Gadjah Mada, Indonesia on 7th-8th December 2022.Ā  ICCEESD is a biannual forum for sharing, benchmarking, and discussing HEIā€™s activities in developing Education for Sustainable Development towards community engagement. Education for Sustainability as a teaching strategy for resolving community challenges through formal, informal, or non-formal education is expected to benefit from various community service best practices by academics, researchers, and students. The 3rd ICCEESD has ā€œStrengthening Education for Sustainability Towards Better Community Engagementā€ as its theme this year. It is expected that the 3rd ICCEESD will provide a forum for the presenters and participants to exchange best practices, policies, and conceptual implementation of Education for Sustainability towards better community engagement and explore ideas to address community needs.Ā  Conference Title:Ā 3rd International Conference on Community Engagement and Education for Sustainable DevelopmentConference Theme:Ā Strengthening Education for Sustainability Towards Better Community EngagementConference Acronyms:Ā ICCEESD 2022Conference Date: 7th-8th December 2022Conference Location: Grand Rohan Jogja Yogyakarta, IndonesiaConference Organizer: Universitas Gadjah Mada, Indonesi
    corecore