17 research outputs found

    Field Trials Of Fenitrothion, Malathion, And Ddt Dusts Against Fleas On Rattus Rattus Diardii In Ciloto, West Java, Indonesia

    Full text link
    Sebuah percobaan penanggulangan pinjal Xenopsyll cheopis dari tikus Rattus rattus diardii dilaku­kan di Ciloto dari bulan Februari sampai Nopember 1978. Racun serangga yang digunakan 50 % mala-thion wdp, 40 % fenitrothion wdp dan 75 % DDT wdp. dicampur dengan serbuk bedak sehingga ter­dapat 5 % zat racun aktif (active ingredient). Percobaan dilakukan pada 3 dusun. Pengamatan dilakukan dari bulan Februari sampai Nopember 1978 di daerah percobaan dan daerah kontrol DDT 5 % tidak effektif untuk pemberantasan pinjal, malathion 5 % effektif sampai 15 minggu dan Fenitrothion 5 % sampai 19 minggu sesudah perlakuan pertama. Ketiga racun serangga juga effektif untuk tungau dan kutu, tapi tidak demikian untuk tungau dewasa mesostigmatik (mesostigmatic mites)

    A Village-scale Trial of Baythroid (Oms-2012) for Control of the Malaria Vector Anopheles Aconitus in Central Java, Indonesia

    Full text link
    Pengujian racun serangga baythroid 10 % wdp. tingkat pedesaan (stage IV) dosis 100 mg/m2 telah dilakukan untuk menanggulangi vektor malaria Anopheles aconitus yang telah kebal terhadap DDT di daerah pedesaan dekat Semarang, Jawa Tengah. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa penyemprotan racun serangga baythroid efektip selama 8 minggu untuk menanggulangi populasi An. aconitus yang hinggap di kandang malam hari, di dalam rumah dan di luar rumah pada pagi hari. Sedang jumlah An. aconitus yang menggigit orang di dalam dan di luar rumah pada 3 minggu sesudah penyemprotan tampak mulai meningkat. Umur residu yang efektip racun serangga ini (kematian An. aconitus > 70 %) pada permukaan bambu di dalam rumah adalah selama 5 minggu setelah penyemprotan, sedang pada permukaan kayu kematian tidak mencapai 70 %, kecuali pada penilaian minggu ke 4 setelah penyemprotan. Pengaruh fumigasi racun serangga baythroid adalah sangat lemah, kematian hanya sebesar 3,5 % di dalam rumah dan 4 % di dalam kandang pada 4 hari setelah penyemprotan. Selama percobaan tidak ditemui adanya kesulitan dalam membuat suspensi, hambatan pada tangki penyemprot, maupun masalah keracunan dalam penggunaan racun serangga ini

    House—scale Trials of Alphamethrin (Oms—3004) Against Ddt Resistant Anopheles Aconitus in Central Java

    Full text link
    Uji coba racun serangga alphamethrin (OMS—3004) tingkat Perumahan (Stage IV) telah dilakukan untuk menanggulangi vektor malaria Anopheles aconitus di desa Kaligading, Kecamatan Boja, Jawa Tengah. Alphamethrin 5 % disemprotkan pada permukaan dinding dengan dosis 100 mg/m2 dan 200 mg/m2. Penilaian entomologi dilakukan dengan cara pengujian hayati kontak langsung, kontak tidak langsung dan penangkapan An. aconitus di kandang pagi hari. An. aconitus penuh darah hasil penangkapan dipelihara selama 24 jam untuk diperiksa kematiannya. Hasil pengujian hayati kontak langsung menunjukkan bahwa umur residu racun serangga alphamethrin adalah cukup baik pada permukaan bambu maupun kayu. Umur residu yang^efek-tip (kematian > 70 %) adalah selama 25 minggu setelah penyemprotan dosis 100 mg/m dan selama 29 minggu setelah penyemprotan 200 mg/m2. Efek fumigasi racun serangga alphamethrin adalah sangat lemah baik pada penyemprotan dosis 100 mg/m2 maupun pada 200 mg/m2. Kema­tian An. aconitus hanya sebesar 2 % pada 4 hari setelah penyemprotan dosis 100 mg/m2 dan 4 % pada 4 hari setelah penyemprotan 200 mg/m2

    Novel Plasmids and Resistance Phenotypes in Yersinia pestis: Unique Plasmid Inventory of Strain Java 9 Mediates High Levels of Arsenic Resistance

    Get PDF
    Growing evidence suggests that the plasmid repertoire of Yersinia pestis is not restricted to the three classical virulence plasmids. The Java 9 strain of Y. pestis is a biovar Orientalis isolate obtained from a rat in Indonesia. Although it lacks the Y. pestis-specific plasmid pMT, which encodes the F1 capsule, it retains virulence in mouse and non-human primate animal models. While comparing diverse Y. pestis strains using subtractive hybridization, we identified sequences in Java 9 that were homologous to a Y. enterocolitica strain carrying the transposon Tn2502, which is known to encode arsenic resistance. Here we demonstrate that Java 9 exhibits high levels of arsenic and arsenite resistance mediated by a novel promiscuous class II transposon, named Tn2503. Arsenic resistance was self-transmissible from Java 9 to other Y. pestis strains via conjugation. Genomic analysis of the atypical plasmid inventory of Java 9 identified pCD and pPCP plasmids of atypical size and two previously uncharacterized cryptic plasmids. Unlike the Tn2502-mediated arsenic resistance encoded on the Y. enterocolitica virulence plasmid; the resistance loci in Java 9 are found on all four indigenous plasmids, including the two novel cryptic plasmids. This unique mobilome introduces more than 105 genes into the species gene pool. The majority of these are encoded by the two entirely novel self-transmissible plasmids, which show partial homology and synteny to other enterics. In contrast to the reductive evolution in Y. pestis, this study underlines the major impact of a dynamic mobilome and lateral acquisition in the genome evolution of the plague bacterium

    Bait preference by urban and suburban mammals in the port area Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia

    No full text
    Bait trials using burnt coconut, burnt saltfish and peanut butter for trapping urban rodent and insectivores were carried out at two residential areas and a rice field plot around Tanjung Priok, Jakarta from July to September 1977. Traps baited with cotton wool used as controls. Coconut was found to be a better bait than saltfish in residential areas, whilst both baits were observed to be equally as good in rice field. Peanut butter was least accepted in both habitats. Saltfish and coconut were found to be equally acceptable baits for R. r. diardii. Coconut was preferred to saltfish by R. r. norvegicus, and saltfish was preferred to coocnut by S. murinus, but R. argentiventer was shown to feed on coconut only. Baitpreference by individual species of rodents and insectivores in relation to their feeding behaviours was discussed. Overall results showed that coconut was the most effective bait followed by saltfish and least effective was peanut butter. Flavours of these baits as an additional attractant to house and field rats was also disecussed
    corecore