15 research outputs found

    Pengaruh Kedalaman Tancap, Spasi, Dan Jumlah Cerucuk Dalam Peningkatan Tahanan Geser Tanah Lunak Berdasarkan Permodelan Di Laboratorium

    Full text link
    Belakangan ini pemakaian cerucuk cukup efektif sebagai metode alternatif perkuatan stabilitas lereng maupun perkuatan embankment jalan. Pada embankment jalan, cerucuk digunakan sebagai bahan yang kaku berfungsi untuk menaikkan stabilitas tanah. Sebagai perkuatan lereng, cerucuk sangat efektif berfungsi sebagai pasak/tulangan yang dapat memotong bidang kelongsoran lereng. Sehingga cerucuk dapat memberikan tambahan gaya geser pada lereng yang mampu melawan gaya geser longsoran yang terjadi. Tambahan gaya geser yang dihasilkan oleh cerucuk tersebut dapat meningkatkan angka keamanan (safety factor) stabilitas lereng.Akhir-akhir ini pengembangan teori tentang konstruksi perkuatancerucuk padastabilitas lereng tanah lunak guna menambah kekuatan gesernya(yang mendekati kondisi di lapangan) masih sedikit dan belum memadai.Hanya saja untuk pengembangannya tersebut sangat diperlukan informasi yang rinci dan jelas tentang interaksi antara tanah lunak dengancerucuk. Informasi tersebut dapat diperoleh salah satunya dari penelitian skala laboratorium yang dibuat mendekati kondisi lapangan. Tujuan penelitian ini untuk menjawab bagaimana pengaruh panjang tancapan (rasio tancap) dan pengaruh jarak (spasi) antar cerucuk terhadap penambahan tahanan geser dari stabilitas lereng tanah lunak. Penelitian ini dilaksanakan melalui salah satu cara pendekatan model skala laboratorium, namun perilakunya dibuat mendekati perilaku sebenarnya di lapangan. Bidang kelongsoran lereng yang terjadi di lapangan didekati dengan bidang geser yang sengaja dibuat di laboratorium dengan menggeser contoh tanah (Plab) yang terdapat dalam kotak geser hasil modifikasi yang berukuran relatif besar pada alat geser langsung. Cerucuk yang akan digunakan berupa cerucuk kayu mini dan ditanamkan pada contoh tanah tadi.Variasi rasio tancap (L/D) yang diterapkan sebesar 5, 10, 15, dan 20.Sedangkaan variasi spasi cerucuk yang digunakan sebesar 3D, 5D, dan 8D.Sedangkan untuk variasi jumlah cerucuk yang dipasang yaitu 1 batang, 2 batang, 4 batang, dan 6 batang.Diharapkan dari perilaku skala kecil tersebut dihasilkan tambahan teori mengenai perkuatan lereng dengan cerucuk yang mendekati kondisi sebenarnya di lapangan.Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa semakin besar rasio tancap yang digunakan cerucuk maka semakin meningkatkan tahanan geser tanah lunak.Selain itu tahanan geser tanah lunak juga meningkat apabila spasi antar cerucuk yang digunakan sebesar 3D sampai 5D.Akan tetapi penurunan tahanan geser tanah lunak terjadi apabila spasi antar cerucuk yang digunakan adalah lebih besar dari 5D.Selain itu bahwa tahanan geser tanah menjadi meningkat seiring dengan adanya penambahan jumlah cerucuk. Kelompok cerucuk yang menerima gaya geser horisontal pada arah sejajar terhadap baris kelompoknya (PolaPemasangan 1) menghasilkan tahanan geser tanah yang relatif lebih besar daripada arah tegak lurus terhadap baris kelompoknya (Pola Pemasangan 2). Selain itu bahwa kemampuan kelompok cerucuk dalam menahan geseran horisontal juga dipengaruhi oleh faktor efisiensi. Dimana kemampuan kelompok cerucuk dalam menahan geseran horisontal tidak akan sama dengan kemampuan masing-masing cerucuk dikalikan dengan jumlah cerucuk dalam kelompok yang bersangkutan

    Jebakan Air Dan Sebaran Cracks Dalam Talud Tanah Bermanfaat Untuk Membuktikan Sejarah Kelongsoran Talud

    Full text link
    Penelitian ini dilakukan di tanah timbunan setinggi 10 m pada daerah Bandara Sanggu - Buntok yang mengalami kelongsoran yang dipicu oleh hujan lebat sehingga memicu adanya water pressure built up di dalam talud melalui cracks. Longsor yang terjadi berbentuk translasi didapatkan dari pengamatan di lapangan dengan patahnya dinding penahan tanah berupa pasangan batu kali. Hasil penelitian yang dilakukan setelah terjadinya longsor menunjukan adanya jebakan air di dalam timbunan dan adanya sebaran cracks yang didapatkan dari hasil tomography resistivity dan Induced Polarization. Hasil ini yang menunjukan adanya jebakan air dan sebaran cracks yang ditandai dengan adanya penurunan nilai resistivitas dan peningkatkan nilai induced polarization. Jebakan air dan sebaran cracks ditemukan hingga kedalaman 10 m. Jebakan air dan sebaran cracks digunakan untuk memperkuat analisis stabilitas talud terutama memodelkan bentuk stratifikasi tanah timbunan, jebakan air dan model cracks dengan baik. Hasil analisis stabilitas talud sebelum adanya jebakan air dan cracks didapatkan nilai keamanan 1.42 dan setelah tebentuknya jebakan air dan sebaran cracks hingga menyebabkan kelongsoran didapatkan nilai keamanan 0.869 dengan model longsoran translas

    Perencanaan Pondasi Rakit dan Pondasi Tiang dengan Memperhatikan Differential Settlement “Studi Kasus Gedung Fasilitas Umum Pendidikan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag)”

    Full text link
    Pondasi diperlukan untuk mendukung beban bangunan diatasnya. Pondasi tiang umumnya digunakan untuk bangunan sedang sampai tinggi. Namun apabila kedalaman tanah keras jauh dari permukaan pengunaan pondasi tiang dapat menjadi tidak ekonomis. Pondasi juga harus direncanakan dengan memperhatikan perbedaan penurunan (differential settlement) karena dapat menyebabkan retak-retak pada bangunan sehingga Kenyamanan penghuni terganggu akibat adanya retak tersebut. Studi ini dilakukan untuk merencanakan pondasi rakit dan tiang dengan memperhatikan perbedaan penurunan studi kasus pada “Gedung Fasilitas Umum Pendidikan 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG”) serta membandingkan biaya bahan antara pondasi rakit dan pondasi tiang. Gedung Fasilitas Pendidikan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG) ini dibutuhkan untuk menunjang kegiatan perkuliahan. Gedung ini memiliki luas 6.480 m2 dan berjumlah 9 tingkat. Pondasi rakit yang direncanakan memiliki panjang dan lebar 44x42 meter dikedalaman 3 meter dibawah permukaan tanah. Pada pondasi tiang pancang direncanakan menggunakan pondasi tiang D60 dengan kedalaman mencapai 30 meter. Hasil dari penelitian ini yaitu pada pondasi rakit terjadi differential settlement melebihi batas toleransi yaitu 0.0015 (NAVFAC, DM-7). Untuk menghilangkan penurunan konsolidasi dibutuhkan perbaikan tanah dengan PVD dan preloading. Sedangkan pada pondasi tiang menumpu pada tanah keras dikedalaman 30 m sehingga tidak terjadi penurunan konsolidasi. Adapun alternatif yang dipilih pada kasus ini yaitu menggunakan tiang pancang penurunan tanah (settlement) tidak menjadi masalah sehingga tidak diperlukan perbaikan tanah terlebih dahulu

    Alternatif Perencanaan Pondasi Tiang untuk Gedung Tinggi di Atas Tanah Lunak pada Proyek Pembangunan Kota Baru Summarecon-Bandung

    Full text link
    Proyek pembangunan Kota Baru-Summarecon Bandung terletak pada kawasan Gedebage Bandung Timur. Kawasan ini merupakan area bekas sawah sehingga memiliki jenis tanah yang sangat lunak (dominan lempung) dengan NSPT rata-rata sebesar 2. Proyek tersebut masih dalam pelaksanaan konstruksi tahap 1, sehingga belum diketahui desain konstruksi pada gedung yang akan dibangun. Untuk itu perlu adanya permodelan struktur atas yang diklasifikasikan sebagai gedung tinggi 10 Lt, 15 Lt, dan 20 Lt, dengan fungsi bangunan sebagai gedung perkantoran. Dalam tugas akhir ini, dilakukan perencanaan dengan beberapa alternative perencanaan pondasi, yaitu dengan menggunakan metode konvensional dan metode P-y curve. Perencanaan pondasi yang dilakukan adalah sebagai berikut; permodelan struktur gedung menggunakan Program Bantu SAP 2000, perhitungan daya dukung tanah untuk pondasi dengan Perumusan Meyerhoff & Bazaara, perhitungan kebutuhan jumlah tiang dalam kelompok, efisiensi tiang, daya dukung tiang kelompok, safety factor, analisa penurunan tiang menggunakan software allpile, konstanta pegas, perbandingan antara metode konvensional dengan P-y curve, serta perencanaan biaya. Berdasarkan hasil perencanaan pada tugas akhir ini, didapatkan bahwa, dengan nilai Safety Factor (SF) yang sama yaitu 2, penggunaan metode P-y curve akan lebih efisien karena kebutuhan jumlah tiang pancang lebih sedikit sehingga biaya lebih murah

    Kelayakan Finansial Layanan Ojek Di Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah

    Full text link
    Ojek (motorcycle paratransit) is one form of paratransit in Indonesia, using a motorcycle rented by a person and gives the person a lift. By evaluating the feasibility of ojek services, the sustainability of ojek as a mode of transportation in a rural area can be determined. This research was conducted on ojek services in Wonogiri, Central Java Province. The results indicate that the investment of ojek services for rural areas is feasible to be implemented because it meets the feasibility criteria used in the analysis. The prospect of the existence of ojek in the rural areas in the future is also quite good and is expected to take place for long time, especially in areas with limited formal employment, relatively low education level of job seekers, and low-wage workers

    Determining the Characteristics of Trips Generated on Southern Bali using Category Analysis

    Get PDF
    Southern Bali, a tourism center of Indonesia, has been rapidly developed. Unfortunately, the development is not followed simultaneously by the development of adequate transportation network, as a result, traffic congestion are inevitably occurred along every urban road in the district. Therefore integrated development and regional transport planning therefore, is urgently required. In this study, trip generation is determined using Category Analysis. It is Figured out from the household based interview that Denpasar Barat zones are found to have the largest trip generation while Pecatu zones are found to be the smallest. Most of the household trips generated use private vehicles (94.95%) and the rest uses public transport. This also indicates that public transport services in Southern Bali still need to be developed

    Analisa Sudut-Geser-Dalam Tanah Berbutir Halus (Cohesive Soil) Berdasarkan Pendekatan Cracked Soil

    Full text link
    Penelitian mengenai cracked soil yang telah dilakukan Hutagamissufardal & Mochtar, 2018 adalah memodifikasi alat uji geser yaitu, alat uji geser bisa digunakan untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut geser internal tanah pada kondisi tanah retak (cracked soil). Namun, penelitian yang telah dilakukan tidak mempertimbangkan nilai liquid limit dan void ratio dari sampel tanah lempung yang diujikan. Seperti yang diketahui bahwa, nilai kohesi tanah dan sudut geser tanah merupakan fungsi dari jenis tanah dan kepadatan. Jenis tanah dapat diketahui dari plasticity index (PI), plasticity limit (PL), atau liquid limit (LL), sedangkan kepadatan tanah dapat diketahui dari berat jenis tanah (gt) dan void ratio sehingga dibutuhkannya korelasi antara parameter liquid limit dan void ratio dengan nilai sudut geser internal tanah. Selain itu, teori serta pengujian untuk tanah pada kondisi cracked soil masih minim/butuh dikembangkan sehingga dibutuhkan studi lebih lanjut mengenai cracked soil. Material yang dipakai dalam pengujian adalah tanah lempung dari daerah Surabaya, Bojonegoro, pasir halus, dan kaolinite; material dicampuran untuk mendapatkan beberapa nilai untuk liquid limid atau pasticity index. Dalam mempersiapkan benda uji, material yang sudah dikumpulkan dicampurkan dalam keadaan slurry dan diberi beban 1-tahap sesuai konsistensi tanah yang ingin dicapai. Benda uji yang sudah selesai dibebani kemudian diuji dengan alat uji direct shear sesuai standard ASTM D 6528. Dari hasil pengujian didapatkan rumusan empiris antara plasticity index dan void ratio dengan nilai sudut geser tanah pada kondisi cracked serta didapatkan korelasi sudut geser tanah sebagai berikut: f = -0.144LL - 20.456e + 50.463 dan didapatkan korelasi nilai kohesi tanah sebagai berikut: Cu = -0.179e + 0.419

    Perencanaan Pondasi Tiang Pancang dengan Memperhitungkan Pengaruh Likuifaksi pada Proyek Pembangungan Hotel di Lombok

    Full text link
    Indonesia merupakan kawasan rawan gempa. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi letak geografis Indonesia, bahwa Indonesia merupakan tempat bertemunya 4 lempeng dunia yaitu, lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Filipina dan lempeng Pasific. Bukti lainnya adalah banyaknya jumlah gunung berapi yang aktif di Indonesia. Jika mendesain sebuah bangunan pada lokasi tanah yang dominan pasir, maka salah satu bahaya yang dihadapi adalah likuifaksi. Likuifaksi adalah suatu kondisi berubahnya perilaku tanah dari padat menjadi cair akibat adanya getaran atau beban sklik. Salah satu penyebab dapat terjadinya likuifaksi adalah gempa. Maka jika mendesain bangunan yang berada pada kondisi tanah pasir serta daerah gempa tinggi, harus dilakukan analisa zona likuifaksi. Saat ini terdapat sebuah proyek pembangunan hotel di Pantai Malimbu, Lombok. Proyek tersebut berada di tanah dominan pasir dan juga termasuk daerah dengan resiko gempa tinggi. Pada perencanaan yang telah dilakukan, pihak perencana tidak melakukan analisa terhadap zona likuifaksi dan pengurangan daya dukung pondasi tiang pancang akibat dari likuifaksi. Untuk menangggulangi adanya bahaya akibat likuifaksi, hanya dilakukan dengan menggunakan angka keamanan (safety factor) = 5. Pada tugas akhir ini akan dilakukan perencanaan pondasi tiang pancang dengan membandingkan kondisi likuifaksi dan kondisi tidak likuifaksi. Perencanaan pondasi dilakukan terhadap 4 kondisi. Kondisi 1 adalah kondisi eksisting proyek, dimana tidak meninjau terhadap kemungkinan likuifaksi, meninjau beban gempa, dan safety factor = 5. Kondisi 2 adalah kondisi dimana meninjau kemungkinan likufaksi dan penggunaan safety factor = 1.5. Kondisi 3 adalah kondisi tidak meninjau adanya kemungkinan likuifaksi, meninjau beban gempa dan safety factor = 2. Kondisi 4 adalah kondisi tidak meninjau kemungkinan likuifaksi, tidak meninjau beban gempa dan safety factor = 3. Struktur bangunan atas akan di modelkan dengan program bantu SAP 2000. Tujuannya untuk mengetahui reaksi pada dasar bangunan. Permodelan struktur bangunan atas terdri atas 2 jenis, yaitu permodelan pada kondisi likuifaksi dan tidak likuifaksi. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan jumlah kebutuhan pondasi tiang pancang untuk masing-masing kondisi.Kondisi 1 menggunakan PC spun pile diameter 1000 mm sejumlah 192 buah. Kondisi 2 menggunakan bored pile diameter 800 mm sejumlah 192 buah. Kondisi 3 dan kondisi 4 menggunakan PC spun pile diameter 600 mm sejumlah 192 buah dan 256 buah untuk masing-masingnya

    Usulan Penyelesaian Masalah Rekayasa Tanah untuk Jalan dan Gedung di Atas Tanah Ekspansif Studi Kasus Surabaya Barat

    Full text link
    Tanah ekspansif merupakan salah satu jenis tanah bermasalah yang paling sering ditemui di Indonesia. Tingginya kemampuan kembang susut saat mengalami Perubahan kadar air merupakan sifat yang menonjol pada tanah ekspansif. Dalam kondisi basah, volume tanah ekspansif akan bertambah dan sebaliknya di saat kering, volume tanah ekspansif akan mengecil. Perubahan volume inilah yang sering menyebabkan kerusakan pada bangunan sipil yang berdiri di atas tanah ekspansif. Surabaya Barat juga mengalami masalah akibat tanah ekspansif, oleh karena itulah dibutuhkan suatu alternative usulan penyelesaian untuk menyelesaikan masalah ini. Kontur tanah Surabaya Barat yang naik turun menyerupai bukit dan lembah membuat perencanaan perbaikan tanah untuk jalan dan gedung di 2 jenis lokasi tersebut menjadi berbeda. Hal ini disebabkan karena, daerah lembah akan sangat mungkin tergenang air pada saat musim penghujan dikarenakan air hujan secara langsung maupun air hujan yang mengalir dari bukit, oleh karena itu digunakan metode Keep it Wet untuk setiap perencanaan yang dilakukan. Sedangkan di daerah bukit tidaklah demikian, pembasahan hanya terjadi di daerah permukaan karena sifat alami air yang mengalir ke tempat yang lebih rendah menyebabkan tidak mungkinnnya terjadi genangan. Namun tetap dibutuhkan perencanaan untuk memastikan agar tidak mempengaruhi kadar air dalam tanah di atas bukit. Oleh karena itu pada perencanaan di Bukit, digunakan metode Keep it Dry
    corecore