15 research outputs found
Prolin, Asam Askorbat, dan Kandungan Air Relatif pada Tanaman C3 dan C4 yang Tercekam Kekeringan
Drought stress reduces plant growth and development that even reduces crop productivity. Plants activate various physiological defense mechanisms against water stress. This study aimed to compare the contents of proline (Pro), abscisic acid (ABA), and relative water content (KAR) in the leaves tissue of C3 plants from spinach (Amaranthus hybridus) and C4 from water spinach (Ipomea reptana) during drought stress of 2 days, 4 days, 6 days, and 8 days. The parameters measured were the content of Pro, ABA, and KAR in both leaves of A. hybridus and I. reptana at each stress period. The results of the study showed that the concentration of Pro was higher in water spinach at 6 days and 8 days of drought stress and the highest KAR value at 8 days of drought stress. The highest proline was synthesized by I. reptana at the longest-term stress of 8 days (1.54 µmol proline/g leaf). While the highest KAR value was shown by A. hybridus, namely 1.00% at 8 days stress. The high value of Pro in I. reptana was a physiological response to the decrease of KAR value. The high ABA concentration in A. hybridus as much as 3878.12/100 g leaf samples is a strategy for C3 plants to reduce the transpiration rate. On the other hand, the C4 plant of I. reptana demonstrated a defense mechanism by increasing the Pro osmoregulator to balance the osmotic cells when the KAR value decreased under prolonged stress.
Keywords— abscisic acid, C3, C4, proline, relative water conten
Kontrol auksin dan PIN1 dalam perkembangan dan venasi daun
Kontrol auksin dan PIN1 dalam perkembangan dan venasi dau
Mekanisme toleransi tanaman pada lahan salin: akumulasi prolin
Salinitas menambah faktor penghambat pertumbuhan perkembangan tanaman serta meningkatkan penurunan produktivitas tanaman pada tanaman glikofit. Tingginya sodium dan klorin menstimulus produksi prolin (Pro) yang berperan sebagai osmoregulator dan buffer dalam mempertahankan turgor sel. Review ini membahas tentang mekanisme fisiologi adaptasi toleran terhadap salinitas melalui kajian biosintesis dan regulasi ekspresi gen, respon morfo-fisiologi dan peran fitohormon ABA terhadap akumulasi Pro. Prolin merupakan metabolit sekunder yang disintesis melalui metabolisme nitrogen dengan prekursor glutamat dan atau ornitin. Tanaman yang tercekam akan melakukan mekanisme pertahanan melalui (1) aktivasi gen P5CS, PDH, ProT, dan δ –OAT terkait metabolisme sintesis Pro yang tinggi pada akar, (2) peningkatan Pro pada akar di awal cekaman dan pada bunga di fase generatif, dan (3) penyerapan N tinggi pada akar. Peningkatan serapan N, NH4+, mendukung asimilasi N di akar sebagai respon tanaman dalam meningkatan pertumbuhan dan biomasa pada kondisi tercekam. Selain N, peningkatan ABA menstimulus gen-gen terkait stres salinitas. Dengan demikian, aplikasi NH4+ dan penambahan ABA memperbaiki produktivitas pertanian dengan meningkatkan resistensi tanaman terhadap salinitas
The Physiological Responses of Zea Mays L. and Cucumis Sativus L. on Drought Stress and Re-Watering
Drought leads to deficit water availability and its detrimental effects seriously threaten plant growth. This study assessed the physiological, biochemical, and antioxidant adjustments in different types of photosynthetic plants between Zea mays L. (C4) and Cucumis sativus L. (C3 plant) under response to short-term drought stress. Analyses of relative water content (RWC), proline, and ascorbic acid (AsA) were performed to explore how these plants react to drought. Fifteen-day-old plants were subjected to full irrigation or gradual drought periods for 2-d, 4-d, 6-d, and 8-d following by recovery for 7-d. The results revealed that drought significantly reduces leaf RCW in both plants. Re-watered Z. mays after 8-d drought was higher than C. sativus and reestablished RCW by 23% of stressed plant although remained lower by 9% of the well-watered plant. While, proline and AsA contents in Z. mays were higher than those in C. sativus in drought treatment at 8-d (2.05 µmol/g FW) and 6-d (3174.60 AsA/100 g FW), respectively, that could demonstrate osmotic adjustment ability in this C4 species. The increased proline in both plants also indicates a good strategy for plants to recover. Rewatering gave a decrease AsA and could be expected that plants restore cellular activity after oxidative injury. Based on our study, proline is the most informative biochemical marker to differentiate plant response to drought and Z. mays adjusted defense mechanism to drought rather than C. sativus due to higher accumulation of proline, better antioxidant activity, and improved RCW after recovery
Identifikasi Morfologi Penyakit Tanaman Cabai (Capsicum sp.) yang Disebabkan Oleh Patogen dan Serangan Hama Lingkup Kampus UIN Alauddin Makassar
Cabai merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena mempunyai nilai pemasaran yang tinggi dari segi konsumsi dan ekonomi. Di Indonesia, cabai menjadi salah satu komoditi sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat, dan setiap hari kebutuhan masyarakat akan cabai terus mengalami peningkatan. Akan tetapi, produksi cabai di Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan cabai nasional. Salah satu penyebab menurunnya produksi cabai di Indonesia adalah adanya gangguan penyakit dan serangan hama yang menyerang tanaman saat penyemaian sampai panen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakter morfologi penyakit pada tanaman cabai (Capsicum sp.) lingkup kampus UIN Alauddin Makassar. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2021 – 06 Januari 2022 dengan menggunakan metode deskriptif (descriptive research) yaitu mengamati secara langsung bentuk morfologi penyakit pada tanaman cabai yang disebabkan oleh patogen dan serangan hama. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan studi hasil penelitian. Adapun jenis penyakit yang diduga menyerang tanaman cabai yaitu bercak daun Cercospora, busuk buah antraknosa dan serangan hama Thrips
Identifikasi morfologi penyakit tanaman cabai (Capsicum sp.) yang disebabkan oleh patogen dan serangan hama lingkup kampus UIN Alauddin Makassar
Cabai merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena mempunyai nilai pemasaran yang tinggi dari segi konsumsi dan ekonomi. Di Indonesia, cabai menjadi salah satu komoditi sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat, dan setiap hari kebutuhan masyarakat akan cabai terus mengalami peningkatan. Akan tetapi, produksi cabai di Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan cabai nasional. Salah satu penyebab menurunnya produksi cabai di Indonesia adalah adanya gangguan penyakit dan serangan hama yang menyerang tanaman saat penyemaian sampai panen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakter morfologi penyakit pada tanaman cabai (Capsicum sp.) lingkup kampus UIN Alauddin Makassar. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2021 – 06 Januari 2022 dengan menggunakan metode deskriptif (descriptive research) yaitu mengamati secara langsung bentuk morfologi penyakit pada tanaman cabai yang disebabkan oleh patogen dan serangan hama. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan studi hasil penelitian. Adapun jenis penyakit yang diduga menyerang tanaman cabai yaitu bercak daun Cercospora, busuk buah antraknosa dan serangan hama Thrips.Cabai merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena mempunyai nilai pemasaran yang tinggi dari segi konsumsi dan ekonomi. Di Indonesia, cabai menjadi salah satu komoditi sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat, dan setiap hari kebutuhan masyarakat akan cabai terus mengalami peningkatan. Akan tetapi, produksi cabai di Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan cabai nasional. Salah satu penyebab menurunnya produksi cabai di Indonesia adalah adanya gangguan penyakit dan serangan hama yang menyerang tanaman saat penyemaian sampai panen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakter morfologi penyakit pada tanaman cabai (Capsicum sp.) lingkup kampus UIN Alauddin Makassar. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2021 – 06 Januari 2022 dengan menggunakan metode deskriptif (descriptive research) yaitu mengamati secara langsung bentuk morfologi penyakit pada tanaman cabai yang disebabkan oleh patogen dan serangan hama. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan studi hasil penelitian. Adapun jenis penyakit yang diduga menyerang tanaman cabai yaitu bercak daun Cercospora, busuk buah antraknosa dan serangan hama Thrips
Analisis Proksimat Dan Metabolomik Untuk Evaluasi Nilai Gizi Beras Aromatik “Pulut Mandoti Emas” Khas Enrekang Untuk Pangan Unggul Yang Thayyib
Karya Buku yang merupakan hasil penelitian “Analisis Proksimat Dan Metabolomik Untuk Evaluasi Nilai Gizi Beras Aromatik “Pulut Mandoti Emas” Khas Enrekang Untuk Pangan Unggul Yang Thayyib” yang dihasilkan oleh tim penulis ini mengkaji mengenai kandungan beras aromatik Pulut Mandoti Emas (PME). Padi Varietas PME menunjukkan kualitas nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan beras aromatik lainnya yaitu Pinjan dan Pare Lambau dengan nilai kadar air (20.76%), kadar abu (4.74%), dan kadar protein (7.03%). Varietas ini juga mengandung konsentrasi kadar lemak, total karbohidrat, dan serat kasar (2.62%, 67.42%, dan 5.28% secara berurutan) yang lebih rendah dibandingkan kedua varietas lainnya
Pengaruh pemberian plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) dari akar bambu terhadap pertumbuhan tanaman terung ungu (Solanum melongena L.)
Budidaya tanaman terung ungu (Solanum melongena L.) yang kurang intensif dan faktor degradasi tanah menjadi penyebab menurunnya hasil produksi tanaman. Oleh karena itu, diperlukan budidaya yang lebih intensif dan usaha yang lebih ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman terung yaitu dengan menggunakan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). PGPR mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian PGPR dari akar bambu terhadap pertumbuhan tanaman terung ungu (Solanum melongena L.). Studi ini dilaksanakan di Balai Benih Tanaman Hortikultura. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 4 taraf perlakuan dosis PGPR yaitu 0 mL/L, 10mL/L, 20 mL/L, dan 30 mL/L yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 12 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian PGPR tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi dan jumlah daun. Hal ini disebabkan karena durasi pengamatan yang terlalu singkat sehingga pengamatan perlu dilanjutkan hingga masa panen untuk melihat pengaruh PGPR di setiap fase pertumbuhan terung ungu
KARAKTER MORFOLOGI DAN FISIOLOGI PERKECAMBAHAN UMBI BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) PADA PENYIMPANAN SUHU RENDAH
Produktivitas bawang putih yang terbatas di Indonesia membuat komoditas impor semakin meningkat. Perkecambahan bawang putih sangat bergantung pada faktor abiotik yang terkontrol dan tepat termasuk paparan suhu dan kelembaban, karena itu bawang putih ini dapat mengalami fase dorman. Namun, penelitian yang berfokus pada perkecambahan bawang putih masih jarang dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur karakteristik morfologi dan fisiologis siung bawang putih (Allium sativum L.) yang diberi perlakuan suhu yang bervariasi. Perlakuan dilakukan secara eksperimen faktorial dengan satu faktor suhu kamar (K) sebagai kontrol, suhu rendah (dingin) selama 3 hari (R3) dan 5 hari (R5). Suhu dingin dirancang pada 7oC, sedangkan kontrol pada suhu 29oC. Perlakuan awal perkecambahan bawang putih tidak berpengaruh nyata terhadap parameter fisiologis. Namun, perlakuan R5 menunjukkan nilai rata-rata yang jauh lebih tinggi yaitu 18,75% dan persentase kecepatan perkecambahan 16,32% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Selanjutnya, penyimpanan pada suhu 7oC selama 3 hari menunjukkan laju pertumbuhan 76,44% dan 45,75% lebih tinggi, serta indeks vigor 76,73% dan 45,76% lebih tinggi dibandingkan perlakuan R3 dan kontrol. Perlakuan R5 secara nyata meningkatkan tinggi tanaman, panjang akar dan jumlah daun yang masing-masing 66,43%, 54,45%, dan 50% lebih tinggi dibandingkan dengan R3 dan 84,26%, 61,79%, dan 50% lebih tinggi dari pada tanaman kontrol. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perawatan pra-perkecambahan dalam penyimpanan dingin dapat menginduksi pertumbuhan dan proses perkecambahan yang lebih baik. Untuk meningkatkan varietas bawang putih lokal di Indonesia perlu kajian lebih lanjut khususnya lama penyimpanan dingin yang tepat untuk mengatur dormansi yang mungkin terjadi pada budidaya bawang putih di luar musim tanam yang sesuai
Karakter Morfologi Dan Fisiologi Perkecambahan Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) pada Penyimpanan Suhu Rendah
Produktivitas bawang putih yang terbatas di Indonesia membuat komoditas impor semakin meningkat. Perkecambahan bawang putih sangat bergantung pada faktor abiotik yang terkontrol dan tepat termasuk paparan suhu dan kelembaban, karena itu bawang putih ini dapat mengalami fase dorman. Namun, penelitian yang berfokus pada perkecambahan bawang putih masih jarang dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur karakteristik morfologi dan fisiologis siung bawang putih (Allium sativum L.) yang diberi perlakuan suhu yang bervariasi. Perlakuan dilakukan secara eksperimen faktorial dengan satu faktor suhu kamar (K) sebagai kontrol, suhu rendah (dingin) selama 3 hari (R3) dan 5 hari (R5). Suhu dingin dirancang pada 7oC, sedangkan kontrol pada suhu 29oC. Perlakuan awal perkecambahan bawang putih tidak berpengaruh nyata terhadap parameter fisiologis. Namun, perlakuan R5 menunjukkan nilai rata-rata yang jauh lebih tinggi yaitu 18,75% dan persentase kecepatan perkecambahan 16,32% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Selanjutnya, penyimpanan pada suhu 7oC selama 3 hari menunjukkan laju pertumbuhan 76,44% dan 45,75% lebih tinggi, serta indeks vigor 76,73% dan 45,76% lebih tinggi dibandingkan perlakuan R3 dan kontrol. Perlakuan R5 secara nyata meningkatkan tinggi tanaman, panjang akar dan jumlah daun yang masing-masing 66,43%, 54,45%, dan 50% lebih tinggi dibandingkan dengan R3 dan 84,26%, 61,79%, dan 50% lebih tinggi dari pada tanaman kontrol. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perawatan pra-perkecambahan dalam penyimpanan dingin dapat menginduksi pertumbuhan dan proses perkecambahan yang lebih baik. Untuk meningkatkan varietas bawang putih lokal di Indonesia perlu kajian lebih lanjut khususnya lama penyimpanan dingin yang tepat untuk mengatur dormansi yang mungkin terjadi pada budidaya bawang putih di luar musim tanam yang sesuai